Al banna, iya itu nama yang kami beri kepada
anak laki-laki kami. Begitu banyak hal yang bisa kami pelajari dari dia. Masya Alloh sungguh ini sebuah anugerah sekaligus amanah besar dari Alloh. Hal-hal
yang kami pelajari dari banna adalah.
Tentang kelembutan
Meskipun laki-laki lembut sekali hatinya,
sensor hatinya hampir sama dengan bundanya. Jangankan dimarahi kami berbicara
keras sedikit saja dia langsung memberi warning, suatu ketika saya bicara sama
kakaknya, dan juga pernah terjadi sama dia beberapa waktu lalu.
“abi marah ya?”
Dengan agak salah tingkah,entah bagaimana caranya saat itu kamipun
langsung menurunkan suara dan menjelaskan bahwa kami tidak marah,
nggak mas, abi tidak marah kok?
Padahal ini baru mau marah. Meski itu tidak
sedang berbicara kepada dia, maunya bicara pada kakaknya. Dia seringnya mengingatkan dan tak jarang wajah sendunya pun meleleh, agar kami tidak jadi marah.
Tentang tanggung jawabnya
Seringkali ayahnya berkata sejak dia sudah mulai
memahami perannya sebagai anak laki-laki, kalau saya pergi terutama malam hari
pinginnya ikut saja, karena dia tahu ayahnya tidak pakai baju kerja. Awal sebelum
saya pahamkan, agak sedikit rempong karena tiap ayahnya mau pergi lagi sore atau
malam dia nangis ingin ikut, bahkan tak jarang sayahnyapun mengajaknya padahal pulangnya
hampir tengah malam. Tapi kalau pagi saat rutinitas kerja dia sudah paham dan
nggak mau ikut, apalagi sekarang sudah bermain di play grup.
Hal yang paling menempel dalam pikirannya
adalah, kalau ayahnya pergi kerja atau keluar kota,
“mas banna jaga bunda ya, sama kakak dan adik
bita. “ kalau sperti ini sekarang jadi anggukan bukan rengekan lagi seperti dulu.
Setelah itu justru pesannya ke ayahnya, "hati –hati
ya bi, jangan lupa kunci pintunya, pagarnya”,
Dan seperti biasa seringnya sang ayah kadang cuma saya tutup saja, pasti
kalau ketemu lagi tengah malam dia bangun atau besok pagi dia menegur, "abi cuma
tutup aja, abi ga maaf" begitu kata-katanya kalau bangun. (maksudnya mungkin atas kesalahan ayahnya yang tidak menutup dan mengunci pintu dengan baik).
Dan tak jarang pula tengah malam dia bangun dan
“gupuh” alias tergesa, membangunkan saya, bunda nya bahkan juga ayahnya untuk mengecek kembali pintunya. apalagi kalau ayahnya dari keluar malam itu.
Bund, pintunya sudah dikunci sama abi tah? begitu pertanyaannya
Kalau ke ayahnya, bi pintunya sudah dikunci belum?
Kalau ayahnya bilang belum, meski mengantuk, dia bakal merengek sampai ayahnya bangun " ayo kunci bi, nanti ada pencuri!"
Masya Alloh, ayahnya yang sering lupa atau lalai dan
menggampangkan soal kunci mengunci pintu, justru ayahnya merasa diajari dari sang jagoan, anak laki-laki kami yang
belum genap 4 tahun saat itu.
Tentang aktif bertanyanya
Diantara anak-anak kami, si ganteng in sangat aktif bertanya. Kemampuannya menggunakan bahasa yang cetho kata orang jawa, membuat bahasanya mudah dipahami sejak dia mulai biasa. kalau kakak adiknya kadang masih "pelat" kata orang jawa. kalau dia tidak sama sekali. kemampuan linguistiknya ini tidak hanya tentang cetho nya, namun juga perbendaharaan kata yang cukup banyak dan lebih dari kakaknya diusia yang sama. serta yang paling kami ambil pelajaran dari dia adalah dia bersabar bertanya sampai mendapat jawaban, dan kalau sudah dapat jawababn dia gigih mengejar pertanyaan berikutnya, sampai kami sendiri yang tidak sabar menjawabnya. duh ya Allah. kalau neneknya yang ditanyai, sudah ampun-ampun menjawab, dilemparlah pertanyaan sama bunda atau ayahnya.
Kalau dipelajari mendalam lagi, sebenarnya masih banyak lagi teguran-teguran yang Alloh
selipkan melalui anak-anak kami Tentunya kami yakin, teguran ini agar
kami senantiasa lebih baik dalam mengarungi kehidupan kami sebagai orangtua. Ini adalah amanah besar kami, semoga
Alloh memudahkan selalu urusan-urusan kami.