photo by google
Dampak covid semakin luas disemua
sektor kehidupan, termasuk sektor pendidikan. Dan dampak ini sangat serius
melanda sektor yang vital ini. Meskipun demikian, sudah Berbagai upaya terus
dilakukan agar covid tidak semakin menyebar luas. Olehkarenanya, Menteri
pendidikan dan kebudayaan Nadiem Makarim pada selasa, 24 maret 2020,
mengeluarkan surat edaran nomor 4 tahun 2020 tentang pelaksanaan kebijakan
pendidikan dalam masa darurat penyebaran virus corona. Di dalam surat edaran
ini tertulis bahwa proses belajar dilaksanakan dari rumah melalui pembelajaran
daring (online).
Dan kini hampir sembilan bulan pembelajaran
daring masih terus berlangsung, meskipun ada beberapa daerah yang sudah
melaksanakan pembelajaran secara tatap muka dengan persyaratan cukup ketat,
karena harus mendapat izin dari satgas covid dll. Belum lagi SOP pembelajaran
tatap muka yang tentu sangat berbeda dengan pembelajaran klasikal seperti
biasanya.
Bagaimana kondisi pembelajaran daring yang terkesan
“dipaksa” ini, sekarang? Apa saja kendala-kendala yang biasanya dihadapi oleh
siswa dan guru ? berikut beberapa kendala yang biasa dihadapi oleh guru dalam
pembelajaran daring:
1. Kemampuan digital
Era
ini adalah era digital. Jauh hari sebelum covid melanda, guru diharapkan sudah
mengaplikasikan IT dalam kegiatan belajar mengajar mereka. Namun tidak semua menyambut
seruan ini dengan segera. Berbagai pertimbangan menjadi alasan para guru. Salah
satunya adalah alasan ketidaksiapan dan kurangnya kemauan mereka belajar pada
IT sendiri. Tentu hal ini cukup dimaklumi karena, sebagian guru di negara ini
secara usia sepertinya merasa kesulitan
beradaptasi dengan pembelajaran menggunakan IT ini.
2. Jaringan
Jaringan menjadi kendala utama dalam kegiatan belajar mengajar ini. Indonesia yang terbentang dari sabang sampai merauke menjadi tantangan tersendiri dalam pembelajaran daring yang mana jaringan internet menjadi kebutuhan paling essensial. Kendala jaringan ini menyebabkan kuranglancarnya proses belajar mengajar. Akibatnya pembelajaran tidak dapat dinikmati dengan optimal oleh siswa. Olehkarenanya kami para guru untuk daerah yang mengalami kesulitan jaringan internet, kami mengadakan pembelajaran secara luring.
3.
Sarana
dan prasarana
Sarana dan prasarana dalam hal ini adalah perangkat yang dipakai pembelajaran yaitu gawai, laptop ataupun internet. Setiap siswa dengan latar belakang keluarga yang berbeda tentunya, mereka para orangtuanya memiliki kemampuan finansial yang berbeda dalam memberi fasilitas kepada anaknya. Apalagi kondisi sulit seperti sekarang ini, dimana covidpun juga melanda ke sektor ekonomi yang akhirnya para orangtua yang terdampakpun tidak bisa melengkapi fasilitas pembelajaran putra putrinya. Jika sarana dan prasarana ini kurang terpenuhi dengan baik maka proses kegiatan belajar mengajar yang dilakukan secara daring ini tidak bisa dilakukan dengan maksimal. Guru melakukan aktivitas pembelajaran yang dilewatkan gawai, jika siswa tidak mempunyainya maka transfer ilmu itu tidak akan terjadi.
4.
Biaya
Selain sarana dan prasarana, biaya adalah kebutuhan yang tidak bisa
dihindari. Ketika sarana dan prasarana sudah tercukupi namun orangtua tidak
mampu membelikan kuota internet, atau memberikan fasilitas wifi maka tentu saja
kegiatan belajar mengajar akan ada kendala. Namun demikian pemerintah sudah
berusaha membantu dengan sedikit meringankan para siswa ini dengan bantuan
kuota internet khusus pembelajaran untuk
beberapa bulan. Namun tetap saja kuota yang dibutuhkan perbulan kadang lebih
besar daribantuan yang diberikan.
Selain kendala-kendala di atas, ada pula kendala-kendala yang menjadi faktor kekurangberhasilan pembelajaran daring. Guru dengan dukungan dinas pendidikan sudah sangat berupaya melakukan proses pembelajaran daring ini dengan maksimal. Termasuk kendala-kendala utama seperti kendala kuota, yang terus diupayakan dapat bantuan dari pemerintah pusat. Namun tetap saja masih ada kendala-kendala non teknis yang menghambat proses kegiatan belajar mengajar.
Kendala non teknis yang terjadi selama proses belajar mengajar adalah,
kekurangdisiplinan siswa dalam mengikuti proses belajar mengajar ini. Namun kami
menyadari bahwa anak-anak ini belajar mandiri, meskipun kami berusaha memberi
penjelasan sehingga lewat video, voice
note namun terbentangnya jarak sehingga kami tidak bisa bertemu secara
fisik dimungkinkan anak-anak tidak dapat menikmati proses KBM ini. Akibatnya mereka
harus mandiri belajar, karena mereka belajar mandiri maka sebagian mereka mengalami
kesulitan. Karena kesulitan maka merekapun kesulitan mengerjakan tugas untuk
penilaiannya.
Kalau ditanya kepada bapak ibu guru, apakah
mengajar secara klasikal lebih nyaman dibandingkan mengajar secara daring. Saya
yakin mereka akan menjawab iya. Karena belajar secara daring, serasa ada barrier antara siswa dan guru sehingga
tidak bisa secara fleksibel dalam menjelaskan pokok materi dalam pelajaran
tersebut. Apakah rasa bosan pernah menyapa? Tentu saja pernah bahkan sering.
Hal-hal teknis kadang yang menjadi alasan utama para guru mudah bosan bahkan
stress. Seperti misalnya, sudah membuat video pembelajaran semalaman suntuk
bahkan berhari-hari, ternyata siswa tidak menontonnya apalagi mengerjakan
tugasnya. Sudah janjian dikelas virtual
zoom, dikasih link hanya separuh saja yang bisa gabung, atau juga sudah
mengirim tugas, ada saja siswa yang
tidak mengumpulkan tugas atau tidak tepat waktu dalam mengumpulkan tugas.
Tentu saja kami sudah berupaya maksimal planning- doing-evaluating untuk pembelajaran daring ini ke siswa. Namun bagaimanapun
kendala yang cukup banyak membuat jarak terbentang. Sehingga kekurangoptimalan
pembelajaran masih saja ditemui. Salah satu solusi untuk kendala non teknis ini
adalah dibutuhkan kerjasaa yang baik antara pemerintah – sekolah dan orangtua
siswa untuk mensukseskan kegiatan pembelajaran.
Selain itu tentunya kita semua berharap pandemic ini segera berakhir sehingga pembelajaran kembali normal secara klasikal. Jika belum jua, maka kami berharap ada terobosan metode pembelajaran yang handal agar meminimalisir kendala-kendala yang ada.
#ODOP
#One Day One Post
#ODOPChallenge 9
Tidak ada komentar:
Posting Komentar