Sabtu, 25 Juli 2015

SEMOGA BUKAN RAMADHAN TERAKHIR
Hari-hari ini adalah hari terakhir kita berjumpa dengan bulan ramadhan. Bak seorang tamu ia akan segera berpamitan untuk meninggalkan rumah kita. Dan kita tidak tahu apakah tahun depan atau 2 sampai 3 tahun saat ia kembali kita masih bisa menjumpainya. Ia akan segera berlayar meninggalkan kita. Tentu  ada pertanyaan yang menghantui jiwa kita, masihkah kita hidup ramadhan tahun depan? Masihkan kita bisa sujud untuk terawih di masjid bersama keluarga, sanak saudara dan para tetangga?. Masihkan kita punya umur untuk membersihkan jiwa kita dengan zakat fitrah atau membersihkan harta kita dengan zakat maal. Atau jika kita masih diberi kesempatan bernafas dan bertemu dengan bulan ramadhan tahun depan, terus bagaimana dengan keluarga, sanak saudara, atau teman yang kita cintai. Masihkan mereka bersama kita menghidupkan kebaikan ramadhan? Semoga bukan yang terakhir pula perjumaan mereka dngan ramadhan tahun ini.
Harus nya ketika tamu datang kita memberikan pelayanan terbaik, karena tamu adalah raja. Kita suguhkan makanan dan minuman terbaik yang kita punya. Kalaupun kita tidak punya maka kita usahakan untuk memberikan yang terbaik. Seperti juga tamu ramadhan, harusnya kualitas dan kuantitas amalan kita harus layak dan pantas. Sehingga kitapun pantas dan layak untuk mendapatkan ‘afwu yaitu terhapusnya catatan buruk kita dari buku catatan amal kita serta derajat takwa dan puncaknya adalah terbebasnya dari api neraka. Karena itu adalah kakikat puasa sesungguhnya, bukan sekedar menahan lapar dan dahaga atau gembira karena setelah puasa ada hari raya.
Sayangnya di akhir ramadhan ini Masjid atau musholla yang awalnya penuh dengan jamaah untuk ibadah wajib atau menghidupkan sunnah bulan ramadhan seperti sholat terawih, tadarus dan lain sebagainya, kini shof nya makin menipis. Hal ini sangat kontras dengan pasar atau pusat perbelanjaan yang makin hari makin penuh dengan lautan manusia yang mencari sesuatu untuk kebutuhan lebaran. Tak bisa dipungkiri awal ramadhan kebanyakan kita sangat semangat beribadah, seiring dengan berjalannya waktu makin hari makin mengalami penurunan.
 Kesempatan emas ini tidak boleh kita lewatkan begitu saja meski kita sudah memasuki penghujung ramadhan.  Karena ada satu malam yaitu malam lailatul qodr dimana nilainya lebih baik dari 1000 bulan atau sekitar 83 tahun dari kebanyakan hadist adanya di sepuluh hari terakhir dan terutama dimalam-malam ganjil. Hidup kita saja belum tentu selama itu. Makanya kesempatan ini tak boleh kita sia-siakan. Tentu kita harus belajar pada yang pernah dilakukan oleh Rosul tercinta kita ketika memasuki hari-hari akhir ramadhan. Beliau, Nabi Muhammad SAW mengingatkan kita untuk menghidupkan malam-malamnya dengan beribadah. “Rosululloh SAW ketika memasuki 10 hari terakhir, beliau menghidupkan malamnya, membangunkan keluarganya dan mengencangkan ikat pinggangnya.”(HR.Bukhori Muslim).
 Selain itu Nabi SAW juga sangat sedih ketika memasuki detik-detik  terakhir ramadhan. Lantas bagaimana dengan kita? Alangkah celakanya kita jika memasuki akhir ramadhan malah kita merasa bahagia karena sebentar lagi kita bisa bebas berbuka di siang hari, dan saat ramadhan kita berusaha mati-matian menahan hawa nafsu maka saat ramadhan berakhir kita lepas kontrol begitu saja. Belum lagi pikiran dan tenaga kita dipenuhi persiapan menyambut lebaran yang kadang berlebihan atau menyalahartikan esensi idul fitri itu sendiri. Padahal esensinya idul fitri tidak serumit yang kita bayangkan, ketika kita sudah dengan sekuat tenaga ingin mendapatkan ampunan Alloh dengan amal ibadah terbaik kita maka saat idul fitri saatnya mendapatkan maaf dari sesama entah dengan cara silaturahim fisik atau yang lainnya.

Agar dipenghujung ramadhan ini kita berpisah dengan perpisahan terbaik  mari kita berdoa kepada Alloh SWT agar menerima segala bentuk amal ibadah yang kita lakukan selama ramadhan. Semoga amalan-amalan terbaik kita dibulan ini adalah bekal  kita untuk  melakukan perbaikan diri, keluarga, serta umat islam juga negara dan bangsa ini. Dan semoga pula Alloh memberikan keberkahan usia buntuk kita bisa berjumpa dengan ramadhan tahun depan dan tidak menjadikannya ramadhan tahun ini ramadhan terakhir untuk kita dan keluarga kita tercinta. Amien 

Artikel untuk radar moker 16 juli 2015