Sabtu, 31 Oktober 2020

Tentang hati



Duhai Rabbi 

Jagalah hati-hati kami

Dan juga tingkah laku dan perbuatan kami

Kadang hati kami masih kotor tak suck

Bahkan akhlak kami kadang masih buruk diluar kendali


Duhai Ya Allah

Aku yang sering merasa lelah

Aku yang kadang merasa kalah

Bahkan tak terasa berselimut amarah

Namun ku yakin Engkau Maha pemurah

Kan memberi jalan pada kami dengan segala rahmah


Duhai Tuhanku

Aku yang tak selalu taat padaMu

Namun masih berlimpah kasih sayangMu

Aku yang kadang tak kuasa menolak laranganMu

Namun masih terbentang luas ampunanMu


Dan hanya padaMu ya Ilahi

Aku berharap bisa menata hati ini

Menjaga dengan penuh khidmat taqwa ini

Kan kudapati kebaikan pada perangai

Dan juga lisan yang menentramkan jiwa Ini

Jumat, 30 Oktober 2020

Luaskan pandanganmu


agar kau tak mudah terkesima

pikiran dan energi kan tersita

Rugi diri tak ternilai harganya

Karena bertarung antara waktu dan tenaga 


Luaskan pandanganmu.... 

Agar Kau tak mudah "nggumun"

Dengan hal-hal yang kadang membuatmu melamun

Padahal kebaikan tak beetambah sedikitpun

Masalah datang malah beruntun


Luaskan pandanganmu.... 

Agar kau tak sempit pikiran

Apalagi terjatuh dalam kubang baperan

Energi terkuras kurang kerjaan

Semakin dipikir semakin bertambah kurusan


Yuk luaskan pandangan kita

Agar semakin dewasa dan bijaksana

Agar semakin kuat menghadapi kenyataan dunia yang fana

Agar semakin bertambah semangat nan membaja

Serta Bertambah syukur atas kasih sayangNya

Kamis, 29 Oktober 2020

Syukurku

 


Bila kembali ku lihat ciptaanMu

Yang terbentang indah di bumiMu

Mengingatkan ku betapa kecil nya diri ku

Dan betapa Maha Agungnya Engkau


Aku merasa semakin kecil

Kadang jiwaku pun ikut kerdil

Rasa syukurku terkadang tak riel

Hanya sambilan ucapan dihati yang terlampau dekil


Tadabburku kadang tak membuatku berubah

Hanya sebatas semangat sesaat saat rihlah

Kemudian kembali aku bersalah

Hilang kesyukuranku yang penuh hikmah


Ya Rabbi... 

Ampuni dosa kami

Indah lukisanMu kan coba ku syukuri

Kan kupaksa meskipun kadang aku lalai

Tak hanya manis dibibir tapi juga perangai

Agar semakin bertambah nikmat yang kan Kau Beri

Bukan azab besar yang datang menghampiri




Rabu, 28 Oktober 2020

Yang muda yang membara


Tak pantas disebut pemuda
Jika kita tak punya semangat membara
Jika kita tak punya jiwa membaja
Jika kita tak punya nyali membela

Adakah jiwa pemuda dalam dirimu
Yang selalu mengharu biru
Pada setiap keadaan yang selalu tak kau rindu
Pada keangkamurkaan orang-orang yang punya cinta semu


Siapakah pemuda itu wahai diri
Yang mendeklarasikan cinta NKRI
Tapi tak sanggup membawa diri
Ketika musuh datang menginjak negeri

Harus nya pemuda idaman itu
Tangguh dan rela berkorban
Kokoh dan siap berjuang
Sigap dan siap datang
Ketika ada musuh menghadang



Selasa, 27 Oktober 2020

Sebuah Puisi: Ya Rasululloh

 

                                                                    pict: by google

 

Ya Rasululloh….

Manusia Agung kekasih ilahi

Manusia pilihan dengan wajah berseri

Bagaikan purnama di malam hari

Yang terus bersinar menyinari bumi

 

Ya Rasululloh…..

Dalam Mengenangmu menyusuri lembar sejarah nang agung

Kami sadari Betapa pahit dan getirnya engkau berjuang

Membawa cahaya kebenaran yang terang

Untuk umatmu yang kadang lalai dan terlalu bersenang-senang

 

Ya Rasulalloh…

Engkau menaburkan benih cinta kepada kami

Melalui pengorbanan yang tak kenal henti

Melalui derita yang luarbiasa kau alami

Demi tertegaknya dienul islam tercinta ini

 

Ya Rasulalloh…..

Tergambar akhlakmu nan indah

Seperti Alquran suci  nan berkah

Segala tindakan dan perbuatanmu adalah sunnah

yang menjadikan islam menjadi indah nan penuh izzah

 

Ya Rasullalloh….

Kami kan coba mengamalkan sunnahmu

Kami kan sambung segala perjuanganmu

meskipun kami sering jatuh pada dunia yang semu

namun terimalah kami sebagai umatmu

 

 

Minggu, 25 Oktober 2020

PEMUDA dan KEBANGKITAN

 

                                                        pict: by google

Pemuda…….

Bangkit tegak dari kemalasanmu

Tunjukkan semangat membajamu

Dunia membutuhkan sumbangsihmu

Kejayaan islampun menanti uluran tanganmu

 

Pemuda….

Tak kan bebas negeri ini dari cengkraman tangan-tangan keji

Tanpa kerja nyata dan semangat meninggi

Tak kan bangkit dan tidak akan punya harga diri

Jika kalian tidak menegakkan jati diri negeri ini

 

Pemuda…..

Harus ada jiwa – jiwa yang berani dan berkorban

Yang mampu mendorong sebuah kebangkitan

Demi negeri dan ummatan washatan

Yang terus menanti kokohnya tangan-tangan kalian

 

 

Pemuda…..

Hapus semua peluh darah dan duka

Demi negerimu yang tercinta dan juga alam semesta

Kan terukir jerih payah tenaga dan juga  nama

Serta termaktub dengan baik di arrasy sana

 

Pemuda……

Dinaungan nama Allah yang Maha suci

Terpatri sebuah tekad indah nan berseri

Demi sebuah mimpi dan cita-cita abadi

Demi kebangkitan agama, negeri dan dunia yang sejati



#ODOP

#One Day One Post

#ODOP Challenge batch 8

DAN SURGA ITU ADALAH IBUKU


 

Sebening tetesan embun pagi

Secerah sinarnya mentari

Bila ku tatap wajahmu ibu

Ada kehangatan di dalam hatiku

 

Air wudhu selalu membasahimu

Ayat suci selalu dikumandangkan

Suara lembut penuh keluh dan kesah

Berdoa untuk putra putrinya

 

Oh ibuku engkaulah wanita

Yang ku cinta selama hidupku

Maafkan anakmu bila ada salah

Pengorbananmu tanpa balas jasa

 

Ya Allah ampuni dosanya

Sayangilah seperti menyayangiku

Berilah ia kebahagiaan

Di dunia juga di akhirat

 

NASYID : by Sakha

Mendengar lantunan nasyid by Sakha, kembali membuncahkan perasaan sedih kala mengingat bagaimana perjuangan dan pengorbanan ibu. Apalagi dikala Hujan rintik membasahi bumi Nya ini, maka semakin lengkaplah mengajak ku mengingat kembali masa kecilku yang penuh kenangan. Sungguh ini menjadi sebuah sajian epik yang membuatku tak kan pernah mau melupakan kenangan indah itu. Iya kenangan bersama ibuku.

Aku yang Alloh takdirkan menjadi anak terakhir dikeluargaku. Dan ternyata peristiwa kelahiranku menjadi kelahiran yang paling sulit dan paling sakit dibandingkan dengan saudaraku. Betapa ku tak bisa menahan air mata jikalau ayah dan ibuku bercerita tentang hari lahirku. Bukan cerita letihnya, payahnya, lelahnya aku dibawa kemana-mana, ke pasar untuk belanja, karena ibuku pedagang, juga ke ladang dengan kondisi panas nan terik. Namun ayah terutama lebih sering bercerita Disaat hari tiba kelahiranku, ibu kesakitan amat sangat, karena susahnya mengeluarkan aku dengan ukuran BB ku diatas rata-rata bayi normal pada umumnya. Tidak bisa bayangkan, betapa perjuangan ibu saat itu luar biasa antara hidup dan mati, hingga yang menolong kelahiran bayi pun angkat tangan. Akhirnya ayahpun memutuskan untuk menbawa ke rumah sakit. Namun Alloh menakdirkan ku lahir dirumah, mobil yang akan membawa ibuku datang ternyata perjuangan tanpa lelah ibuku mampu mengeluarkan bayi besar itu yaitu aku. Ya Rabb…..nyesek  L

Ah… ketika aku jadi ibupun semakin membuat aku merasakan betapa perjuangan melahirkan anak itu nyawa taruhannya. Seorang manusia normal hanya mampu menahan rasa sakit hingga sekala 45 Dels (skala sakit). Selebihnya ia bisa pingsan karena tak mampu menahan sakit yang berlebih. Namun Saat melahirkan, seorang ibu rata-rata mengalami sakit dengan skala sampai 57 Dels. Artinya apa? Perjuangan dan pengorbanan mereka sangatlah hebat hanya untuk melahirkan anak-anaknya. Ya Alloh …..memang layak lah dia disebut pahlawan.

Belum lagi perjuangan beliau ketika membesarkan kami, jika ku mengingatnya kembali. Ya Alloh …. Makanya benarlah Kau titipkan surga itu ditelapak kakinya. Ia yang tak kenal lelah mendampingi tumbuh kembang kami, ia yang tak pernah payah membekali ilmu kepada kami bertiga dengan segala daya upaya nya. Terutama aku, diantara kakak-kakak ku aku merasa akulah yang paling merepotkan ayah dan ibuku. Bagaimana tidak biaya yang ditanggung mereka untuk menyekolahkan aku hingga bisa kuliah di 2 universitas negeri tentu tak sedikit. Paling aku ingat saat aku pulang pekanan dari kos ku, ibu adalah orang yang paling sibuk menyiapkan makanan kesukaanku. Hingga saat ini meskipun aku sudah berkeluarga. Dan iapun paling sibuk menanyakan esok berangkat balik ke kampus butuh biaya berapa. Dan kalaupun tidak ada berusaha mengadakan dan tenang dihadapanku. Ya Alloh....nyesek lagi kalo ingat ini.  Kembali jika mengenang perjuangan beliau maka Jikalaupun ada jutaan tinta yang siap untuk dipakai menulis bagaimana perjuangan ibu bersama ayah maka aku tak akan mampu menulisnya.

Ibu, sesungguhnya engkau adalah syurgaku. Aku masih belum ber birrul walidain dengan ihsan (baik) kepadamu juga ayah.  Aku haqqul yakin ketika aku berbakti kepadamu ibu dan juga ayah maka sebenarnya aku sedang membangun dan membuka jalan ke syurga. Masih hangat diingatanku bahwa sesungguhnya keridhoan Allah SWT itu ada pada ridhonya ayah dan ibu, dan kemurkaan Allahpun ada pada murkanya engkau wahai ibu.

Alloh terus mengingatkan aku terus,  didalam agamaku pengulangan perintah berbakti kepada mereka digandengkan dengan ayat perintah untuk mentauhidkan Nya. Tentu ini  menunjukkan begitu pentingnya kedudukan berbakti terhadap mu ibu da juga ayah. Sebagaimana Alloh mengingatkan  dalam firman Nya :

 Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya.” (QS. Al Isra’: 23)

Sembahlah Allah dan jangan kamu mempersekutukan-Nya dengan sesuatupun, dan berbuat baiklah kepada kedua orang tua Ibu Bapak”.  (An-Nisa’:36).

Dan sungguh ini menjadi catatan penting dalam perjalanan hidupku. Bahwa aku harus benar-benar mengutamakan bakti ini padamu ibu dan juga ayah. Bahkan kemarin baru ku dengar seorang berbicara bahwa durhaka itu termasuk dosa paling besar urutan kedua, maka jikalau kau tidak melakukan ibadah wajib maka batalkan ibadah sunnah mu untuk sekedar menjawab panggilan ibu. Ya Alloh padahal kadang masa kecilku termasuk aku suka cuek jika ibu panggil. Dan Rasululloh panutanku pun juga mengisahkan juga menyampaikan seperti ini:

Dari Mu’awiyah bin Haidah Al Qusyairi radhiallahu’ahu, beliau bertanya kepada Nabi:

يا رسولَ اللهِ ! مَنْ أَبَرُّ ؟ قال : أُمَّكَ ، قُلْتُ : مَنْ أَبَرُّ ؟ قال : أُمَّكَ ، قُلْتُ : مَنْ أَبَرُّ : قال : أُمَّكَ ، قُلْتُ : مَنْ أَبَرُّ ؟ قال : أباك ، ثُمَّ الأَقْرَبَ فَالأَقْرَبَ

wahai Rasulullah, siapa yang paling berhak aku perlakukan dengan baik? Nabi menjawab: Ibumu. Lalu siapa lagi? Nabi menjawab: Ibumu. Lalu siapa lagi? Nabi menjawab: Ibumu. Lalu siapa lagi? Nabi menjawab: ayahmu, lalu yang lebih dekat setelahnya dan setelahnya” (HR. Al Bukhari dalam Adabul Mufrad, sanadnya hasan).

Betapa hadist tersebut diatas menempatkanmu ditempat yang mulia ibu. Alhamdulillah Alloh karuniakan engkau umur yang panjang hingga kini kau masih membersamai kami, insya Alloh kami akan menjaga engkau ibu dan juga ayah. Sesungguhnya engkaulah pahlawan itu ibu dan juga ayah. Kasih sayangmu tak lekang oleh teriknya matahari, namun kasih sayang kami yang masih sepanjang galah ini semoga akan terus kami semai. Karena sesungguhnya juga letak kebarokahan Alloh itu ada padamu ibu. Masya Alloh,. Semoga Alloh kelak mengumpulkan kita dijannahNya yang paling tinggi. Amien

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Puisi : Tentang Pandemi



Tentang pandemi

Dan sebuah ketidakpastian

Kapan ia kan berakhir

Kapan ia kan lepas menjadi hantu buat manusia


Tentang pandemi

Sebenarnya kami harus banyak di rumah untuk siaga

Tapi apa daya 

Kebutuhan ekonomi mulai mendera

Mengajak kami kembali ke gelanggang arena


Tentang pandemi

Sebenarnya Allah siapkan hikmah

Disertai rahmat yang melimpah

Tapi sedikit dari kita yang sadar sesuatu yang berkah

Sehingga kita merasa aman diluar rumah


Tentang pandemi 

Sungguh kami berdoa

Agar ia pergi menjauh dari dunia

Dan tak kembali lagi menyapa kami semua

Tapi entah kapan ia kan benar-benar pergi menjauh kesana

Tentang pandemi

Sebenarnya kami sudah lelah dan bosan

Tapi kami coba berikhtiar dan bertahan

Di tengah ketidakpastian

Kapan ia kan pergi menjauh dari kehidupan




Jumat, 23 Oktober 2020

ANTARA DARINGKU DAN DARING ANAKKU



Kondisi pademi yang berangsur membaik menyebabkan banyak sektor masih dilakukan secara virtual atau online. Termasuk didalamnya adalah dunia pendidikan. Sampai saat ini pembelajaran sebagian besar masih dilakukan secara virtual atau moda daring. Sehingga pembelajarannya pun tetap dilakukan dengan meski dengan jarak jauh. Pembelajaran dengan moda daring ini mesti tetap dilakukan meskipun banyak sekali kendala, salah satunya adalah kendala jaringan. Oleh karena itu dibeberapa daerah diluar jawa bahkan dijawa sekalipun masih menggunakan kombinasi daring dan juga luring. Selain kendala utama tersebut adalah kendala emosional yang terus mengintai baik siswa, orangtua dan juga gurunya. Kondisi emosional yang yang berbingkai kebosanan ini akan menjadi kendala besar juga jika tidak diatasi dengan baik.

            Nah, sekarang Bagaimana kabar daringnya anak-anak dirumah, mak? Kalau tingkat kebosanan itu dinilai antara 1-10 maka berapa nilainya mak? Kalau nilainya 8,9 sepertinya samaan dengan saya. Ketika tingkat kebosanan begitu mendera kadang ingin menyerah. Etapi ketika saya ingat tujuan dari daring adalah meminimalisir penyebaran covid 19 saya dan anak-anakpun jadi semangat.

Kondisi bosan dan deadlock yang sering menghampiri saya ini biasanya jika saat daring, emaknya ingin segera mendampingi mereka belajar eh anak-anaknya tidak segera klik atau respon. Pakai acara mbulet pisan. Selain itu, ketika emak harus secara cepat dan kilat ikut memahami pelajaran mereka yang jenjangnya berbeda dan harus dikumpulkan dalam waktu yang sama, hari itu juga.  Padahal emak kan sudah lama tidak belajar materi SD apalagi TK, Duh ya Rabb. Ditambah lagi saat mengirim tugasnya, pakai acara muter-muter itu sinyal. Komplit dah.

Selain butuh me time banget, Rasa-rasanya kalau sudah begini ingin saya tinggal minum es cendol ajah. Mana di daerah saya es cendol lagi menjamur. Itu kalau dari sisi saya sebagai emak saja sudah merasa bosan, apalagi anak-anak ya? Dimana mereka harus ,belajar bukan hanya mandiri, tapi memahami sendiri ilmu yang di gelontorkan sang guru lewat zoom, google classroom dan video di youtube. Makanya wajar kalau emak lagi semangat, tapi pada saat itu justru anak-anak sedang tidak mood. Nah kuota sabar sepertinya harus ditambah saat kondisi seperti ini. Eh andai kuota sabar bisa dibeli ya?! Hehe. Karena justru kalau kita memarahi mereka, mereka akan ambil barrier ke kita. Nah malah tidak sampai tujuan kita.

Lantas bagaimana kalau saya emak yang sekaligus sebagai seorang pendidik. Maka bisa dipastikan pagi daring, sore daring malam juga daring.  Pagi seperti biasanya mengajar mereka via daring, kadang zoom, wajib google classroom, serta video call secara group atau satu persatu-satu. Kalau mengajar kita kreatif tentu tidak begitu membosankan apalagi didukung kemampuan IT dalam bidang ajar mengajar ini. Nah yang bisa membuat bosan kami para guru adalah, ketika harus menunggu anak-anak mengumpulkan tugas, isi daftar hadir dsb. Dan ini bisa sepanjang hari atau berminggu-minggu untuk satu tugas. Itu rutin kami lakukan, “menagih tugas seperti bank titil”  kata teman saya.

Padahal rata-rata kami tidak memberi tugas dalam waktu singkat biasanya bisa dikerjakan sampai tengah malam untuk ulangan, sedang tugas bisa dua hari sampai satu pekan. Kami memahami bahwa mereka pasti juga ada kendala selain faktor kemalasan. Selain itu juga faktor jaringan, terkadang siswa tidak memahami konteks tugas dan mana yang harus dikerjakan. Oleh karenanya meskipun ini di pulau Jawa kamipun kerap sekali mengajar tak hanya daring tapi juga secara luring ke rumah-rumah mereka.

Ah kalau ditanya ke teman-teman sejawat, enak mana daring dan pembelajaran tatap muka? Pasti jawabannya enak tatap muka. Mengajar bisa leluasa, ketemu anak-anak membuat lebih bahagia. Kalau mereka kesulitan bisa menmbimbing mereka lebih dalam lagi. Kalau ada tugas yang belum mereka kerjakan bisa kita jawil langsung. Dan anak-anak sangat jarang bertanya diluar jam dinas kecuali ada hal yang penting dan darurat. Di musim pandemi seperti ini, smartphone kami ini bisa tang ting sepanjang hari bahkan hampir sampai tengah malam dan tidak mengenal libur hari ahad, atau tanggal merah mereka tetap menanyakan tugas yang mereka belum pahami.

Nah, ini yang sedang saya nikmati dimusim pandemi ini dari daring ke daring. Antara daring sendiri sebagai pendidik, dan daring anak-anak. Kalau tidak di harmonisasi bisa berdampak negative pada kehidupan kami mendatang. Insya Allah kita yakin, badai akan berlalu. Kita harus bersabar menghadapi ini semua. Allah kan mudahkan segala ikhtiar kita. amiin.

#ODOP

#OneDayOnePost

#ODOP Challenge 7

 


Kamis, 22 Oktober 2020

SAAT HUJAN DATANG

 



Derasnya hujan menghampiri diri

Membawa diri kembali kepada berjuta mimpi

Yang pernah terukir didalam hati dan juga sanubari

Ingin segera memanggilnya kembali ke dalam jiwa ini

 

Derasnya hujan menebarkan suara nan syahdu

Mengingatkanku pada kenangan masa lalu

Kenangan diri yang begitu ku rindu

Bersama dengan teman berhijrah dengan semangat yang mengharu biru

 

Derasnya hujan penuh dengan keberkahan

Jangan lewatkan tanpa doa kebaikan

Agar Allah kabulkan sesuai permintaan

Karena kita yakin dua doa tak tertolak adalah diantara adzan dan iqomah juga saat hujan

 

Oleh karenanya derasnnya hujan jangan kita resahkan

Harusnya kita syukuri kapanpun ia datang

Karena ia adalah sumber rahmat dari Allah yang penyayang

Kalaupun ada kerusakan itu karena ulah manusia yang sudah berlebihan

 

 

LIHAT HATI KITA

 



 

Mari coba lihat hati kita

Cenderung pada siapakah dia

Pada dunia dengan segala isinya

Atau cenderung pada akhirat sana

Dengan segala kenikmatannya

 

Mari coba lihat hati kita

Ia tak sekedar organ tubuh biasa

Ia tolak ukur baik buruknya organ lainnya

Jika kondisi nya buruk menimpa

Maka berujung pada sulitnya masuk sang cahaya

 

Mari coba lihat hati kita

Penyakit hatilah yang menutupi cahaya yang masuk

Penyakit hatilah yang menutupi membuat ia terkadang membusuk

Mari berupaya berzikir dan bertaubat dengan khusuk

Agar sang cahaya keimanan dapat kita rengkuh dan kita peluk

 

Mari tak hanya melihat hati saja

Berikhtiarlah merawatnya

Berdoalah terus kepadaNya

Agar Ia kan menjaganya

Wahai Dzat yang membolak balikkan hati hamba-hambaNya

Teguhkan hatiku pada agamamu dan segala kebaikannya

PINGIN NYANTRI TERUS

 

Setiap bertemu tanggal 22 Oktober, hati ini ingin mengenang masa-masa pertama berhijrah. Iya meskipun tak pernah menjadi santri sebuah pesantren besar dalam waktu yang lama secara resmi, tapi ikut merasakan nikmatnya menjadi santri kilat ataupun santri secara informal.

Pernah suatu ketika ibu ditanya tetangga, dan ini bukan pertanyaan yang pertama kali. “mbak mondok dimana budhe!” begitu kira-kira pertanyaan tetangga saya ketika mengetahui saya ketika pulang ke rumah memakai baju muslimah yang lebih rapi dengan jilbab yang lebih panjang dari biasanya. Atau pertanyaan lain, wah mbak sekolah sambil mondok ya?! Dengan santai ibu menjawab, mondok di asrama / kontrakan kampus.

Benar yang dijawab oleh ibu saya, saya tidak pernah mondok secara resmi di sebuah pesantren besar, padahal cita-cita saya sejak SD saya ingin mondok di GONTOR namun apa daya belum kesampaian. Namun keinginan belajar islam tidak pupus  meskipun tidak mondok di pondok besar. Saya tetap bisa belajar islam dilingkungan kampus termasuk d asrama dimana saya tinggal saat kuliah dulu.

Semangat belajar islam mulai tumbuh ketika saya SMA, mengikuti kajian di estrakurikuler adalah kegiatan mingguan saya disela-sela belajar akademis. Dari situlah saya baru memahami pentingnya memahami islam lebih dalam. Akhirnya sayapun mantap berhijrah di saat SMA kelas 2. Salah satu ciri khas saya berhijrah selain dari semangat belajar islam tinggi adalah semakin rapinya baju mulsimah yang saya kenakan. Bahkan seragam sekolahpun sengaja “didedel” (dilonggarin) agar lebih longgar ditambah jilbab yang semakin lebar. Hingga tetangga mengira saya sekolah di Madrasah Aliyah, padahal sekolahnya di SMA Negeri. Tapi dari situlah anugerah terindah saya bisa berhijrah.

Tentu saja tidak sampai disini, semangat membara belajar islam terbawa hingga saya kuliah disebuah perguruan tinggi negeri di kota pahlawan. Dari sinilah semakin luas washilah untuk menambah wawasan keislaman saya. Selain gemblengan di asrama dimana saya tinggal, juga ada pondok tak jauh dari kampus dimana saya bisa bisa belajar bahasa arab, tahsin tilawah dan hafalan. Selain itu juga sering mengikuti pesantren kilat dalam bentuk daurah dsb.

Masya allah kalau mengingat masa itu rasanya ingin terus nyantri. Meskipun sampai sekarang masih bersemangat “nyantri” virtual namun rasa-rasanya semangat awal hijrah berbeda dengan semangat sekarang. Tapi memang berkumpul dengan orang sholeh itu wajib kita cari dimanapun kita berada dan di usia berapapun kita. karena merekalah yang akan mengingatkan kita manakala kita sudah lepas dari jalur kebenaran. Yuk nyantri!


Senin, 19 Oktober 2020

DARING OH DARING : SEBUAH PUISI

 


Doc. Pribadi (ada kalanya kami istirahat sejenak) 

Daring oh daring

Tujuannya baik untuk mencegah penyebaran covid

Karena semakin banyak  ditemukan orang yang sakit

Agar tidak jatuh lagi korban yang terjangkit

Oleh karenanya moda daring dipilih dan meninggalkan kelas klasikal yang sempit

 

Daring oh daring

Awal mula kami sambut dengan bahagia sejahtera

Tanpa ketemu siswa tapi masih bisa berkarya

Merencanakan pembelajaran juga mengolah media

Namun semakin kesini jenuh makin melanda

 

Daring oh daring

Ku ingin temukan semangat yang selalu membara

Agar bisa menghadapi tugas berat juga mulia

Mencerdaskan anak bangsa dengan cara tak biasa

Dengan moda daring meski nyaris tak sempurna

 

Daring oh daring

Meski kejenuhan pada titik tertinggi

Namun tugas pendidik harus tetap dilakukan dengan penuh rinci

Tak hanya share tugas dan juga materi

Menelpon satu-persatu dan menjelaskan materi serta tugas adalah kewajiban kami

Sebagai seorang guru yang harus punya dedikasi tinggi

agar sang murid meski belajar mandiri

mereka tetap punya kemampuan untuk sumbangsih negeri

 

Mojokerto, 19 Oktober 2020

Minggu, 18 Oktober 2020

ISOLASI MANDIRI

 



 

Saat temanmu Allah jemput kembali padaNya

Kitapun sadar kau harus karantina

Lekas sepulang takziyah segera ambil sebuah hal yang bijaksana

Kau harus mengasingkan diri ke lantai dua

 

Ini harus kita tempuh bersama

Begitu kataku menguatkan kegamangan hatimu

Demi orang sekitar yang kau sayang

Dan demi dirimu sendiri tentunya

 

Belum genap sehari kau disana

Rindu bersama sudah melanda

Hati berontak tak kerasan ingin berjumpa

Dengan anak-anak yang kau cinta

 

Bertahanlah wahai ayah tercinta

Untuk barang sehari atau beberapa hari kedepan

Kami yakin akan baik-baik saja

Namun rindu bercengkerama harus kita tahan

 

Mojokerto, 18 Oktober 2020

Sabtu, 17 Oktober 2020

PUISI JIWA


 


Kala ku rasakan kasatnya hati

Ternyata penyakit jiwa menyapa dalam diri ini

Mereka datang bersamaan atau silih berganti

Untuk menguji keimanan dan mental diri

 

Penyakit hati yang datang menyapa jiwa

Ia kan merusak sebentar atapun lama

Bisa sehari ataupun menahun lamanya

Tergantung pada penyucian jiwa dan ketahanan keimanannya


Kala sedang merasa penyakit jiwa menyapa

Maka kekeringan jiwa begitu terasa

Ditambah  kehausan ruhiyah datang menerpa

Karena sesungguhnya saat itu sedang ada ujian ketahanan keimanan diri kita

 

Penyakit jiwa datang tentu ada sebabnya

Mari kita periksa relung hati kita semua

Bagimana takaran interaksi kita dengan kitabNya

Jangan-jangan kita jarang menyentuh ataupun membacanya

 

Padahal Alquran adalah obat segalanya

memberi kesegaran pada hati yang kering dan merana

Juga pada hati yang terkena penyakit hati sebantar ataupun lama

ia kan membasuh sakit mengikuti perintah TuhanNya


Wahai diri mari kembali pada ilahi Rabbi

Agar tak terjangkiti penyakit jiwa ini

Agar kesegaran jiwa selalu datang menghampiri

Karena segarnyanya jiwa adalah citarasa surgawi

Yang kita rasakan sejak hidup di dunia ini


Mojokerto, 17 Oktober 2020

 

Jumat, 16 Oktober 2020

Aku, di antara kamu dan ibumu : sebuah ulasan cerpen

 



Karya Nurhidayatunnisa

Pa kabar Sobat? Ada yang suka baca cerpen? Wah kalau suka seperti saya nih, sukanya baca cerpen, kalau cerbung kepanjangan hehe. 

Kali ini saya mau mengulas sebuah cerpen yang masih gress ditayangkan di ngodop.com  taggal 15 Oktober kemarin, keren ya tulisan mbak Nurihidayatunnisa ini bisa nangkring tulisannya. Selamat ya mbak!.

Unsur intrinsik cerpen

1.      Tema

Cerpen ini menceritakan tentang kehidupan dalam sebuah keluarga kecil, seorang anak, ibu dan menantunya.

 

2.      Tokoh

Aku : aku di sini adalah seorang yang menceritakan kejadian yang terjadi dalam cerita di keluarga tersebut, tanpa menyebut nama. Sosok yang nurut sama empunya, yaitu perkakas di dapur

 

Kamu: Pemeran utama di cerpen ini, sosok kesayangan dari seorang ibu meskipun mempunyai hati yang dingin dan kurang peduli. Saat ibunya bersedih karena tidak bisa memberikan makanan terbaik malah pergi tanpa pamit, dan ketika ibunya menyiapkan makanan special di hari kelahiran  ibunya justru ia tak ingat sama sekali.

 

Ibu: dia adalah sosok penyanyang sekali kepada anaknya bahkan juga menantunya terbukti bahwa ia sangat peduli dengan makanan kesukaan anaknya bahkan sedih ketika anaknya belum makan. Tidak hanya itu sosok ibu penyayang ini juga sangat berharap anaknya bergaul dengan orang yang baik pula.

 

3.      Alur

Menggunakan alur maju di awali dengan cerita awal saat tokoh utama datang ke rumah, dihampiri tokoh kedua selanjutnya juga hampir sama di hari-hari berikutnya.

 

4.      Latar

Di sebuah rumah sederhana  yang ada kamar dan dapur sederhana pula.

 

5.      Sudut pandang

Cerita pendek ini menggunakan sudut pandang orang pertama.

 

6.      Gaya Bahasa

Gaya Bahasa dari cerpen ini begitu sangat terasa sastranya. Jika tidak membeca dengan seksama maka akan bingung alur ceritanya.

 

7.      Amanat

Amanah dari cerpen ini yang bisa di ambil oleh pembaca adalah, kebahagiaan sederhana seorang ibu adalah jika seorang anak mampu membahagiakan dengan sederhana pula. Meskipun hanya berupa kata. Namun seorang ibu juga tidak sedikitpun berkurang kasih sayangnya meskipun anaknya lupa dengan kata-kata saying pada ibunya. Bahkan pengorbananan seorang ibu masih sama bahkan lebih meskipun anak sudah mempunyai keluarga sendiri. namun jangan ditanya jika seorang anak tersebut menafikkan nasehat ibunya dengan bergaul dengan seseorang yang memang buruk secara akhlak, maka ibu akan marah dan naik pitam. Karena tidak ingin anaknya ikut terjerumus dalam lubang kemaksiatan.

 

Unsur ekstrinsik cerpen

 

1.      Latarbelakang masyarakat

Hidup ditengah masyarakat sosok preman perusak kampong, dari sini kita bisa melihat bahwa kampung tersebut ada sebagian kecil masyarakatnya yang berakhlak tidak baik. Yang mampu menarik sosok manuasia yang terombang ambing tanpa pegangan.

 

2.      Latar belakang penulis

Nurhiyatunnisa adalh nama pena dari mbak Isnania, seorang perempuan yang mengabdikan dirinya bekerja sebagai administrasi keuangan di sebuah RSUD di Kec Mandau- Duri.  Mengunjungi salah satu media sosialnya, mbak yang satu in memang suka dunia tulis menulis, salah satunya adalah cerpen terbaru di ngodop.com ini. Ia menumpahkan karyanya lewat blog nurhidayatunnisa.com.

 

3.      Nilai yang terkandung di dalam cerpen

Nilai  Moral : cerpen ini menggambarkan bahwa seorang ibu bagaimananpun akan tetap menyayangi anaknya hingga dewasa bahkan berumahtangga, namun jika anak tersebut sudah melenceng dari jalan kebaikan maka ibu secara fitrah akan marah. Dan kebahagaiaan sederhana dari seorang ibu ternyata juga sangat sederhana, tapi kadang anak takk menyadarinya.

 

Nilai Sosial: Masih ada penyimpangan sosial disekitar, sosok preman adalah salah satu buktinya. Jika tak bisa menjaga diri maka akan lebur diri

 

Nilai Budaya: seorang yang sudah berumah tangga biasanya keperluan makan dll, akan dicukupi mandiri oleh suami atau istrinya. Namun di cerpen ini, karena sang ibu masih tinggal bersama keluarga ini maka sang ibu masih sangat peduli dengan kehidupan anaknya termasuk soal makan.

 

Demikian ulasan tentang cerpen aku, di antara kamu dan ibumu karya mbak Hiadayatunnisa. Jika ada saran atau masukan monggo ya.  


#ODOP CHALLENGE 6

#OneDayOnePost Batch8