Tampilkan postingan dengan label ODOP. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label ODOP. Tampilkan semua postingan

Jumat, 06 November 2020

DAMPAK COVID TERHADAP KEGIATAN BELAJAR MENGAJAR

                                                                        photo by google

Dampak covid semakin luas disemua sektor kehidupan, termasuk sektor pendidikan. Dan dampak ini sangat serius melanda sektor yang vital ini. Meskipun demikian, sudah Berbagai upaya terus dilakukan agar covid tidak semakin menyebar luas. Olehkarenanya, Menteri pendidikan dan kebudayaan Nadiem Makarim pada selasa, 24 maret 2020, mengeluarkan surat edaran nomor 4 tahun 2020 tentang pelaksanaan kebijakan pendidikan dalam masa darurat penyebaran virus corona. Di dalam surat edaran ini tertulis bahwa proses belajar dilaksanakan dari rumah melalui pembelajaran daring (online).

Dan kini hampir sembilan bulan pembelajaran daring masih terus berlangsung, meskipun ada beberapa daerah yang sudah melaksanakan pembelajaran secara tatap muka dengan persyaratan cukup ketat, karena harus mendapat izin dari satgas covid dll. Belum lagi SOP pembelajaran tatap muka yang tentu sangat berbeda dengan pembelajaran klasikal seperti biasanya.

Bagaimana kondisi pembelajaran daring yang terkesan “dipaksa” ini, sekarang? Apa saja kendala-kendala yang biasanya dihadapi oleh siswa dan guru ? berikut beberapa kendala yang biasa dihadapi oleh guru dalam pembelajaran daring:

1.    Kemampuan digital

                                                                    photo by google

Era ini adalah era digital. Jauh hari sebelum covid melanda, guru diharapkan sudah mengaplikasikan IT dalam kegiatan belajar mengajar mereka. Namun tidak semua menyambut seruan ini dengan segera. Berbagai pertimbangan menjadi alasan para guru. Salah satunya adalah alasan ketidaksiapan dan kurangnya kemauan mereka belajar pada IT sendiri. Tentu hal ini cukup dimaklumi karena, sebagian guru di negara ini secara usia  sepertinya merasa kesulitan beradaptasi dengan pembelajaran menggunakan IT ini.

 

2.    Jaringan

                                                                    photo by google

   Jaringan menjadi kendala utama dalam kegiatan belajar mengajar ini. Indonesia yang terbentang dari sabang sampai merauke menjadi tantangan tersendiri dalam pembelajaran daring yang mana jaringan internet menjadi kebutuhan paling essensial. Kendala jaringan ini menyebabkan kuranglancarnya proses belajar mengajar. Akibatnya pembelajaran tidak dapat dinikmati dengan optimal oleh siswa. Olehkarenanya kami para guru untuk daerah yang mengalami kesulitan jaringan internet, kami mengadakan pembelajaran secara luring.

3.    Sarana dan prasarana

                                                            photo by google

Sarana dan prasarana dalam hal ini adalah perangkat yang dipakai pembelajaran yaitu gawai, laptop ataupun internet. Setiap siswa dengan latar belakang keluarga yang berbeda tentunya, mereka para orangtuanya  memiliki kemampuan finansial yang berbeda dalam memberi fasilitas kepada anaknya. Apalagi kondisi sulit seperti sekarang ini, dimana covidpun juga melanda ke sektor ekonomi yang akhirnya para orangtua yang terdampakpun tidak bisa melengkapi fasilitas pembelajaran putra putrinya. Jika sarana dan prasarana ini kurang terpenuhi dengan baik maka proses kegiatan belajar mengajar yang dilakukan secara daring ini tidak bisa dilakukan dengan maksimal. Guru melakukan aktivitas pembelajaran yang dilewatkan gawai, jika siswa tidak mempunyainya maka transfer ilmu itu tidak akan terjadi. 

4.    Biaya

            

                                                            photo by google

Selain sarana dan prasarana, biaya adalah kebutuhan yang tidak bisa dihindari. Ketika sarana dan prasarana sudah tercukupi namun orangtua tidak mampu membelikan kuota internet, atau memberikan fasilitas wifi maka tentu saja kegiatan belajar mengajar akan ada kendala. Namun demikian pemerintah sudah berusaha membantu dengan sedikit meringankan para siswa ini dengan bantuan kuota internet  khusus pembelajaran untuk beberapa bulan. Namun tetap saja kuota yang dibutuhkan perbulan kadang lebih besar daribantuan yang diberikan.

 

Selain kendala-kendala di atas, ada pula kendala-kendala yang menjadi faktor kekurangberhasilan pembelajaran daring. Guru dengan dukungan dinas pendidikan sudah sangat berupaya melakukan proses pembelajaran daring ini dengan maksimal. Termasuk kendala-kendala utama seperti kendala kuota, yang terus diupayakan dapat bantuan dari  pemerintah pusat. Namun tetap saja masih ada kendala-kendala non teknis yang menghambat proses kegiatan belajar mengajar.

Kendala non teknis yang terjadi selama proses belajar mengajar adalah, kekurangdisiplinan siswa dalam mengikuti proses belajar mengajar ini. Namun kami menyadari bahwa anak-anak ini belajar mandiri, meskipun kami berusaha memberi penjelasan sehingga lewat video, voice note namun terbentangnya jarak sehingga kami tidak bisa bertemu secara fisik dimungkinkan anak-anak tidak dapat menikmati proses KBM ini. Akibatnya mereka harus mandiri belajar, karena mereka belajar mandiri maka sebagian mereka mengalami kesulitan. Karena kesulitan maka merekapun kesulitan mengerjakan tugas untuk penilaiannya.

Kalau ditanya kepada bapak ibu guru, apakah mengajar secara klasikal lebih nyaman dibandingkan mengajar secara daring. Saya yakin mereka akan menjawab iya. Karena belajar secara daring, serasa ada barrier antara siswa dan guru sehingga tidak bisa secara fleksibel dalam menjelaskan pokok materi dalam pelajaran tersebut. Apakah rasa bosan pernah menyapa? Tentu saja pernah bahkan sering. Hal-hal teknis kadang yang menjadi alasan utama para guru mudah bosan bahkan stress. Seperti misalnya, sudah membuat video pembelajaran semalaman suntuk bahkan berhari-hari, ternyata siswa tidak menontonnya apalagi mengerjakan tugasnya. Sudah janjian dikelas virtual zoom, dikasih link hanya separuh saja yang bisa gabung, atau juga sudah mengirim tugas,  ada saja siswa yang tidak mengumpulkan tugas atau tidak tepat waktu dalam mengumpulkan tugas.

Tentu saja kami sudah berupaya maksimal planning- doing-evaluating untuk  pembelajaran daring ini ke siswa. Namun bagaimanapun kendala yang cukup banyak membuat jarak terbentang. Sehingga kekurangoptimalan pembelajaran masih saja ditemui. Salah satu solusi untuk kendala non teknis ini adalah dibutuhkan kerjasaa yang baik antara pemerintah – sekolah dan orangtua siswa untuk mensukseskan kegiatan pembelajaran.

Selain itu tentunya kita semua berharap pandemic ini segera berakhir sehingga pembelajaran kembali normal secara klasikal. Jika belum jua, maka kami berharap ada terobosan metode pembelajaran yang handal agar meminimalisir kendala-kendala yang ada. 

#ODOP

#One Day One Post

#ODOPChallenge 9

Minggu, 25 Oktober 2020

PEMUDA dan KEBANGKITAN

 

                                                        pict: by google

Pemuda…….

Bangkit tegak dari kemalasanmu

Tunjukkan semangat membajamu

Dunia membutuhkan sumbangsihmu

Kejayaan islampun menanti uluran tanganmu

 

Pemuda….

Tak kan bebas negeri ini dari cengkraman tangan-tangan keji

Tanpa kerja nyata dan semangat meninggi

Tak kan bangkit dan tidak akan punya harga diri

Jika kalian tidak menegakkan jati diri negeri ini

 

Pemuda…..

Harus ada jiwa – jiwa yang berani dan berkorban

Yang mampu mendorong sebuah kebangkitan

Demi negeri dan ummatan washatan

Yang terus menanti kokohnya tangan-tangan kalian

 

 

Pemuda…..

Hapus semua peluh darah dan duka

Demi negerimu yang tercinta dan juga alam semesta

Kan terukir jerih payah tenaga dan juga  nama

Serta termaktub dengan baik di arrasy sana

 

Pemuda……

Dinaungan nama Allah yang Maha suci

Terpatri sebuah tekad indah nan berseri

Demi sebuah mimpi dan cita-cita abadi

Demi kebangkitan agama, negeri dan dunia yang sejati



#ODOP

#One Day One Post

#ODOP Challenge batch 8

Jumat, 23 Oktober 2020

ANTARA DARINGKU DAN DARING ANAKKU



Kondisi pademi yang berangsur membaik menyebabkan banyak sektor masih dilakukan secara virtual atau online. Termasuk didalamnya adalah dunia pendidikan. Sampai saat ini pembelajaran sebagian besar masih dilakukan secara virtual atau moda daring. Sehingga pembelajarannya pun tetap dilakukan dengan meski dengan jarak jauh. Pembelajaran dengan moda daring ini mesti tetap dilakukan meskipun banyak sekali kendala, salah satunya adalah kendala jaringan. Oleh karena itu dibeberapa daerah diluar jawa bahkan dijawa sekalipun masih menggunakan kombinasi daring dan juga luring. Selain kendala utama tersebut adalah kendala emosional yang terus mengintai baik siswa, orangtua dan juga gurunya. Kondisi emosional yang yang berbingkai kebosanan ini akan menjadi kendala besar juga jika tidak diatasi dengan baik.

            Nah, sekarang Bagaimana kabar daringnya anak-anak dirumah, mak? Kalau tingkat kebosanan itu dinilai antara 1-10 maka berapa nilainya mak? Kalau nilainya 8,9 sepertinya samaan dengan saya. Ketika tingkat kebosanan begitu mendera kadang ingin menyerah. Etapi ketika saya ingat tujuan dari daring adalah meminimalisir penyebaran covid 19 saya dan anak-anakpun jadi semangat.

Kondisi bosan dan deadlock yang sering menghampiri saya ini biasanya jika saat daring, emaknya ingin segera mendampingi mereka belajar eh anak-anaknya tidak segera klik atau respon. Pakai acara mbulet pisan. Selain itu, ketika emak harus secara cepat dan kilat ikut memahami pelajaran mereka yang jenjangnya berbeda dan harus dikumpulkan dalam waktu yang sama, hari itu juga.  Padahal emak kan sudah lama tidak belajar materi SD apalagi TK, Duh ya Rabb. Ditambah lagi saat mengirim tugasnya, pakai acara muter-muter itu sinyal. Komplit dah.

Selain butuh me time banget, Rasa-rasanya kalau sudah begini ingin saya tinggal minum es cendol ajah. Mana di daerah saya es cendol lagi menjamur. Itu kalau dari sisi saya sebagai emak saja sudah merasa bosan, apalagi anak-anak ya? Dimana mereka harus ,belajar bukan hanya mandiri, tapi memahami sendiri ilmu yang di gelontorkan sang guru lewat zoom, google classroom dan video di youtube. Makanya wajar kalau emak lagi semangat, tapi pada saat itu justru anak-anak sedang tidak mood. Nah kuota sabar sepertinya harus ditambah saat kondisi seperti ini. Eh andai kuota sabar bisa dibeli ya?! Hehe. Karena justru kalau kita memarahi mereka, mereka akan ambil barrier ke kita. Nah malah tidak sampai tujuan kita.

Lantas bagaimana kalau saya emak yang sekaligus sebagai seorang pendidik. Maka bisa dipastikan pagi daring, sore daring malam juga daring.  Pagi seperti biasanya mengajar mereka via daring, kadang zoom, wajib google classroom, serta video call secara group atau satu persatu-satu. Kalau mengajar kita kreatif tentu tidak begitu membosankan apalagi didukung kemampuan IT dalam bidang ajar mengajar ini. Nah yang bisa membuat bosan kami para guru adalah, ketika harus menunggu anak-anak mengumpulkan tugas, isi daftar hadir dsb. Dan ini bisa sepanjang hari atau berminggu-minggu untuk satu tugas. Itu rutin kami lakukan, “menagih tugas seperti bank titil”  kata teman saya.

Padahal rata-rata kami tidak memberi tugas dalam waktu singkat biasanya bisa dikerjakan sampai tengah malam untuk ulangan, sedang tugas bisa dua hari sampai satu pekan. Kami memahami bahwa mereka pasti juga ada kendala selain faktor kemalasan. Selain itu juga faktor jaringan, terkadang siswa tidak memahami konteks tugas dan mana yang harus dikerjakan. Oleh karenanya meskipun ini di pulau Jawa kamipun kerap sekali mengajar tak hanya daring tapi juga secara luring ke rumah-rumah mereka.

Ah kalau ditanya ke teman-teman sejawat, enak mana daring dan pembelajaran tatap muka? Pasti jawabannya enak tatap muka. Mengajar bisa leluasa, ketemu anak-anak membuat lebih bahagia. Kalau mereka kesulitan bisa menmbimbing mereka lebih dalam lagi. Kalau ada tugas yang belum mereka kerjakan bisa kita jawil langsung. Dan anak-anak sangat jarang bertanya diluar jam dinas kecuali ada hal yang penting dan darurat. Di musim pandemi seperti ini, smartphone kami ini bisa tang ting sepanjang hari bahkan hampir sampai tengah malam dan tidak mengenal libur hari ahad, atau tanggal merah mereka tetap menanyakan tugas yang mereka belum pahami.

Nah, ini yang sedang saya nikmati dimusim pandemi ini dari daring ke daring. Antara daring sendiri sebagai pendidik, dan daring anak-anak. Kalau tidak di harmonisasi bisa berdampak negative pada kehidupan kami mendatang. Insya Allah kita yakin, badai akan berlalu. Kita harus bersabar menghadapi ini semua. Allah kan mudahkan segala ikhtiar kita. amiin.

#ODOP

#OneDayOnePost

#ODOP Challenge 7

 


Jumat, 16 Oktober 2020

Aku, di antara kamu dan ibumu : sebuah ulasan cerpen

 



Karya Nurhidayatunnisa

Pa kabar Sobat? Ada yang suka baca cerpen? Wah kalau suka seperti saya nih, sukanya baca cerpen, kalau cerbung kepanjangan hehe. 

Kali ini saya mau mengulas sebuah cerpen yang masih gress ditayangkan di ngodop.com  taggal 15 Oktober kemarin, keren ya tulisan mbak Nurihidayatunnisa ini bisa nangkring tulisannya. Selamat ya mbak!.

Unsur intrinsik cerpen

1.      Tema

Cerpen ini menceritakan tentang kehidupan dalam sebuah keluarga kecil, seorang anak, ibu dan menantunya.

 

2.      Tokoh

Aku : aku di sini adalah seorang yang menceritakan kejadian yang terjadi dalam cerita di keluarga tersebut, tanpa menyebut nama. Sosok yang nurut sama empunya, yaitu perkakas di dapur

 

Kamu: Pemeran utama di cerpen ini, sosok kesayangan dari seorang ibu meskipun mempunyai hati yang dingin dan kurang peduli. Saat ibunya bersedih karena tidak bisa memberikan makanan terbaik malah pergi tanpa pamit, dan ketika ibunya menyiapkan makanan special di hari kelahiran  ibunya justru ia tak ingat sama sekali.

 

Ibu: dia adalah sosok penyanyang sekali kepada anaknya bahkan juga menantunya terbukti bahwa ia sangat peduli dengan makanan kesukaan anaknya bahkan sedih ketika anaknya belum makan. Tidak hanya itu sosok ibu penyayang ini juga sangat berharap anaknya bergaul dengan orang yang baik pula.

 

3.      Alur

Menggunakan alur maju di awali dengan cerita awal saat tokoh utama datang ke rumah, dihampiri tokoh kedua selanjutnya juga hampir sama di hari-hari berikutnya.

 

4.      Latar

Di sebuah rumah sederhana  yang ada kamar dan dapur sederhana pula.

 

5.      Sudut pandang

Cerita pendek ini menggunakan sudut pandang orang pertama.

 

6.      Gaya Bahasa

Gaya Bahasa dari cerpen ini begitu sangat terasa sastranya. Jika tidak membeca dengan seksama maka akan bingung alur ceritanya.

 

7.      Amanat

Amanah dari cerpen ini yang bisa di ambil oleh pembaca adalah, kebahagiaan sederhana seorang ibu adalah jika seorang anak mampu membahagiakan dengan sederhana pula. Meskipun hanya berupa kata. Namun seorang ibu juga tidak sedikitpun berkurang kasih sayangnya meskipun anaknya lupa dengan kata-kata saying pada ibunya. Bahkan pengorbananan seorang ibu masih sama bahkan lebih meskipun anak sudah mempunyai keluarga sendiri. namun jangan ditanya jika seorang anak tersebut menafikkan nasehat ibunya dengan bergaul dengan seseorang yang memang buruk secara akhlak, maka ibu akan marah dan naik pitam. Karena tidak ingin anaknya ikut terjerumus dalam lubang kemaksiatan.

 

Unsur ekstrinsik cerpen

 

1.      Latarbelakang masyarakat

Hidup ditengah masyarakat sosok preman perusak kampong, dari sini kita bisa melihat bahwa kampung tersebut ada sebagian kecil masyarakatnya yang berakhlak tidak baik. Yang mampu menarik sosok manuasia yang terombang ambing tanpa pegangan.

 

2.      Latar belakang penulis

Nurhiyatunnisa adalh nama pena dari mbak Isnania, seorang perempuan yang mengabdikan dirinya bekerja sebagai administrasi keuangan di sebuah RSUD di Kec Mandau- Duri.  Mengunjungi salah satu media sosialnya, mbak yang satu in memang suka dunia tulis menulis, salah satunya adalah cerpen terbaru di ngodop.com ini. Ia menumpahkan karyanya lewat blog nurhidayatunnisa.com.

 

3.      Nilai yang terkandung di dalam cerpen

Nilai  Moral : cerpen ini menggambarkan bahwa seorang ibu bagaimananpun akan tetap menyayangi anaknya hingga dewasa bahkan berumahtangga, namun jika anak tersebut sudah melenceng dari jalan kebaikan maka ibu secara fitrah akan marah. Dan kebahagaiaan sederhana dari seorang ibu ternyata juga sangat sederhana, tapi kadang anak takk menyadarinya.

 

Nilai Sosial: Masih ada penyimpangan sosial disekitar, sosok preman adalah salah satu buktinya. Jika tak bisa menjaga diri maka akan lebur diri

 

Nilai Budaya: seorang yang sudah berumah tangga biasanya keperluan makan dll, akan dicukupi mandiri oleh suami atau istrinya. Namun di cerpen ini, karena sang ibu masih tinggal bersama keluarga ini maka sang ibu masih sangat peduli dengan kehidupan anaknya termasuk soal makan.

 

Demikian ulasan tentang cerpen aku, di antara kamu dan ibumu karya mbak Hiadayatunnisa. Jika ada saran atau masukan monggo ya.  


#ODOP CHALLENGE 6

#OneDayOnePost Batch8

Rabu, 07 Oktober 2020

DI SAMBAR PETIR DISIANG BOLONG

 

                                                            sumber: google

“Pak Roni ini saya dapat surat panggilan sidang saya di gugat cerai sama istri” Suara mas Asep tetanggaku di ujung telepon  Akupun yang sedang membaca buku langsung berhenti sembari kaget, karena selama ini aku melihat mas Asep dan istri hubungannya baik-baik saja. “Ayo mas kerumah saja kita ngobrol.” Pungkasku di ujung telepon.

 

Mas Asep silakan cerita, asal muasalnya bagaimana? “ Tanyaku menelisik penasaran. “Saya juga tidak paham pak Roni, padahal selama ini juga kami serumah, tidak ada apa-apa, biasa saja.” Jawabnya sambil terlihat heran dengan kondisinya. Kalau soal ekonomi, katanya mas Asep juga insya Allah bukan,  karena baik mas Asep maupun istrinya yang sama-sama kerja ini hasilnya juga lebih dari cukup katanya “Kalau begitu begini saja, nanti mas Asep ngomong dari hati ke hati ke istri kira-kira kenapa” tambahku. “Terus gimana untuk sidang besok, saya harus ngomong apa terus bagaimana?” Tanyanya kembali dengan raut muka yang terlihat sangat sedih.  “Kalau begitu besok ga usah datang mas, biasanya ditunda putusannya karena baru sekali dan tidak diputus langsung.” Nasehatku padanya.

 

Keesokan harinya, Mas Asep yang kerja di Surabaya PP ini mengirim pesan ke gawaiku bilang bahwa, dia sudah ngomong dari hati ke hati ke menumpahkan semua yang ada, dan keduanya sama-sama menangis, Tapi di akhir pembicaraan mereka istrinya bilang capek dengan kondisi seperti ini. Begitu isi pesan singkat mas Asep. Semakin menambah penasaran pada mereka berdua, tapi dalam hati yang paling dalam masih berharap hubungan baik kembali terjadi di antara mereka. Dan semoga sidang besok benar-benar di tunda.

 

Kring…kring waktu menunjukkan pukul 15.05 hari dimana sidang perceraian yang pertama diadakan. kembali mas Asep kembali menelponku. “Pak Roni, sidang nya sudah ada putusan, gimana ini?” Nada sedih terdengar dari ujung telpon mas Asep.   Ya Allah….glek aku jadi ikut merasa bersalah memberi advice tidak datang, karena kalaupun datang kawatir ada konfrontasi dengan pihak istrinya. Tapi hematku, tidak mungkin langsung ada putusan. “Baik mas kalau begitu pulang kerja langsung ke rumah ya.” Pintaku. Dan sembari menunggunya ku mencari tahu ke teman-teman pengacara lain kenapa kok bisa langsung ada putusan dan bagaimana solusinya. Selama ini aku yang menangani persidangan, aku tidak pernah menemui seperti ini.

 

Pak saya sudah di depan.” Bunyi pesannya, perasan baru saj mas Asep telpon ternyata sudah sampai di rumah. Sepertinya dia ngebut dari tempatnya kerja. “Pak terus bagaimana langkah selanjutnya. Tanya mas Asep tergesa namun mencoba tegar. “Begini saja mas kalau begitu nanti kita minta tinjau ulang atau inkrah, ada waktu 14 hari. Tapi mas Asep sekarang coba lewat jalur mertua minta maaf mungkin ada salah atau paling tidak minta dukungan” tambahku. “Iya pak Roni, saya ikuti nasehatnya. “Saya seakan-akan di samber petir di siang bolong ini pak Roni, Saya bingung, istri saya bilang saya lebih menyanyangi anak-anak tinimbang ke dia. Kan ya wajar anak-anak masih kecil, otomatis saya masih lebih perhatian ke mereka.” Lanjut ceritanya.  Baiklah pak saya tak pulang,” pamitnya. “Tapi bingung bagaimana nanti saya pulang terus bagaimana?” Nampak bingung di raut wajahnya. “Dah mas Asep, ikhtiar mendekati mertua dulu jangan mikir yang macem-macem ya, dan terus berdoa, semoga Allah tetap menyatukan ikatan pernikahan mas Asep.” Tambah nasehatku.

#ODOP

#OneDayOnePost

#ODOPChallenge5

Kamis, 01 Oktober 2020

AGAR DARING TIDAK GARING!

                                                                Doc.Pribadi

Hai mak gimana kabar daring bocah? Masih eksis kan? Alhamdulillah. Semoga Allah sellau limpahkan kemudahan, kelancaran serta kewarasan kita dalam mendampingi ananda. Meskipun dalam perjalannnya tentu tidaklah mudah.

Pandemi ini memang memberi dampak yang sangat luas disetiap sektor kehidupan. Termasuk salah satunya dunia pendidikan. Pembelajaran klasikal atau di sekolah kini diganti menjadi pembelajaran jarak jauh atau PJJ atau pembelajaran baik daring maupun luring dengan dilakukan di rumah masing-masih.

Tentu saja sebagai orangtua yang tak menguasai semua ilmu atau mata pelajaran, kadang membuat pembelajaran daring akan terasa garing  dan kadang buat muring–muring (uring-uriangan, alias marah-marah) sepanjang hari. Wah subahanalloh!. Yuk kita sharing ya tentang tips yang sudah kami coba terapkan ke anak-anak kami. Berikut beberapa tips agar daring tidak garing ala omah ijo basecamp (sebutan untuk rumah kami):

1.    Pahami gaya belajar anak. Karena jika kita memahami gaya belajarnya dengan baik maka kita akan mudah bagaimana cara mengarahkan anak dalam belajar. Sebaliknya jika salah memahami, maka bukannya tambah berhasil maka akan semakin membuat anak stress, berikut juga orangtuanya. Meskipun kembar, anak kami tak sama pula dalam soal gaya belajar. Yang satunya cukup puas dengan mengerjakan sekali langsung selesai. Sedangkan yang satunya meski kadang kurang teliti, tapi masih mau mengulangi lagi ketika sudah selesai dikoreksi.

2.    Pilih waktu yang tepat untuk anak belajar. Ini jika sekolah memberlakukan jam belajar yang tidak fixed time atau flexible dalam pengumpulan tugas. Seperti sekolah si kembar ini, karena tenggat waktu pengumpulan tugas jam 21.00 maka, waktu yang paling tepat untuk mereka kami damping belajarnya adalah sore hari saat kami pulang kantor. Sedang pagi hari, mereka melakukan aktivittas mengerjakan pekerjaan yang menjadi bagian tugas mereka di rumah, seperti beberes, menjemur baju, dsb, melihat pelajaran via googleclassroom dan link youtube dari guru mereka, kadang pula ber zoom  serta mengerjakan soal atau latihan sebisa mereka, video call guru mengaji dan bermain.

                                                                    doc. pribadi

3.    Orangtua juga wajib mencari ilmu. Mungkin kita sudah lupa apa itu FPB, KPK atau apa itu taksiran terendah, tertinggi namun, tidak lantas kita tidak bisa mencari ilmu bukan?. Insya Allah cukup mudah bagi kita belajar kembali ilmu ini dengan kemudahan yang tersedia di banyak media. Jadi dengan mencari tahu atau mencari ilmu ini sangat membantu kita agar tidak spaneng saat anak minta penjelasan. Ah, jadinya kamipun juga seperti guru SD bahkan guru TK juga.

4.    Berikan waktu mereka bermain. Nah meskipun pembelajaran dari rumah, tidak melulu mereka belajar terus. Apalagi ketika pandemi begini, area bermain hanya di rumah saja. Anak-anak wajib diberi waktu untuk bermain agar tidak bosan dan tumbuh kembangnya juga agar seimbang. Namun tetap diberi pengertian, kapan bermain dan kapan harus menyudahi waktu bermainnya. Jika sudah mampu membuat jadwal harian itu lebih baik. Agar mereka lebih disiplin. Termasuk si kembar ini, waktu bermainnya adalah pagi hari setelah mereka melihat video pembelajaran. Bermainnya pun hanya di rumah saja, bersama kembarannya dan juga adiknya.

                                                                    doc.pribadi

5.    Cukupi asupan gizi dan camilannya. Karena anak berkutat di rumah otomatis, kamar-dapur adalah jalur yang paling sering disambangi oleh mereka. Untuk meningkatkan imun jelas makan mereka harus bergizi, apalagi mereka masa pertumbuhan. Agar mereka tidak ada keinginana untuk jajan keluar, apalagi kita memang tidak memperbolehkan keluar, maka butuh camilan, karena kalau di rumah bawaannya pasti lapar. Kalau ada waktu maka buat camilan sehat bisa jadi pilihan yang lebih baik. Seperti sikembar ini duh, maemnya luarbiasa. Saat daring harus mengenakan baju sekolah, tiba-tiba dah nangkring itu rok di atas mata kaki.

                                                                        doc.pribadi                                                               

6.    Ajak mereka berkarya. Agar tidak bosan selain bermain, ajaklah mereka berkarya. Membuat mainana kah, atau sekedar memasak kesukaan mereka atau mencoba resep baru. Nah ini pasti seru banget. Bagi mereka ini bisa jadi pengalaman tak terlupakan.

7.   Ajak mereka keliling-keliling. Jika rasa bosan tak segera di usir maka ia akan menjadi masalah dalam proses belajar mengajar. Maka sebaiknya untuk menurinkan kadar spaneng mereka dan juga kita ajaklah mereka keliling-keliling. Bahasa kami muter-muter. Dengan bersepeda atau naik mobil tanpa turun dan bawa bekal sendiri. Wah ini kalau buat pasukan krucil “omah ijo basecamp” seru banget dah.


                                                            doc. pribadi

8.    Tetaplah berdoa dan berikhtiar semaksimal mungkin. Tentu semua tips di ats tidak dapat berjalan dengan baik manakala tanpa izin Allah. Oleh karenanya sebagai manusia ikhtiar maksimal wajib kita bentangkan seluas langit dan bumi disertai dengan doa dan tawakkal bukti kepasrahan kita, semoga Allah mampukan.

Demikian tips agar daring tidak garing ala kami, Omah ijo basecamp. Semoga bermanfaat untuk para emak yang sedang mendampingi daring ananda yang entah sampai kapan. Semoga pandemi ini segera berlalu, dan kita kembali ke dunia nyata. Amiien. Wallohua`alam


#ODOP

#OnedayOnePost

#ODOPBatch8

#TantanganPekan4

Kamis, 24 September 2020

KISAH 10 MENIT YANG MENENTUKAN HIDUPKU

 



Aku ditakdirkan menjadi ragil dari 3 bersaudara. Mas, mbak dan aku. Dilahirkan disebuah desa di kota kecil dimana banyak peninggalan sejarah Kerajaan Majapahit ditemukan yaitu Mojokerto. Alhamdulillah Allah takdirkan aku hidup dikeluarga sederhana ini. Kami tidak lebih namun ketika butuh Alhamdulillah Allah cukupkan.

Sepenggal hidup yang tak terlupakan adalah kala Allah takdirkan aku diterima di sekolah terbaik dikota ini, dan menjadi titik tolak aku berhijrah. Proses hijrahku berjalan tentu tidak  mulus begitu saja, tantangan justru dari keluargaku, terutama soal berpakaian. Dahulu masih belum terlalu booming komunitas hijaber dengan segala pernak-pernik hijabnya seperti sekarang ini. kalau ada yang berjilbab lebar, masihlah cukup asing di sekolah maupun dilingkungan rumahku. Namun proses waktu Alhamdulillah, mereka malah berbalik mendukungku berpakaian menutup aurat sempurna.

Semangat hijrah ini semakin membara ketika aku sudah memasuki dunia kampus, meskipun aku tidak diterima diPTN Pilihan 1,2 namun aku masih bisa menikmati tholabul ilmi di PTN pilihan ke 3 ku yaitu sebuah kampus negeri yang mencetakku menjadi seorang guru. Dan saat itu pilihanku jatuh ke jurusan Bahasa Inggris. Meskipun bukan jurusan yang diinginkan keluargaku, tapi aku sudah bersyukur diterima di PTN. Dan oleh karenanya  keluargaku masih menyarankan ikut seleksi masuk PTN lagi tahun depan, yang sesuai dengan keinginan mereka.

Sebenarnya aku sudah berpikir, apa yang Allah takdirkan aku dikampus ini tidak luput dari takdir yang akan mengikutinya. Kalaupun aku ikut seleksi lagi tahun depan dan aku ketrima di PTN baru, pasti Allah juga punya rencana dan takdir lain yang mengikuti. Ya sudahlah, tidak mengapa. Dan mumpung aku disini,  diberi Allah kesempatan belajar di kampus ini maka harus kumanfaatkan dengan sebaik-baiknya. Aktivitasku tidak hanya belajar namun disini yaitu jurusan Bahasa inggris di fakultas Bahasa aku menambah ilmu dengan ikut organisasi, seperti SKI dan BEM.

Meskipun sejak sekolah dulu sudah belajar organisasi, namun di kampus ini aku merasa baru belajar organisasi. Ada banyak hal yang belum ku ketahui. Saat itu organisasi keislaman menjadi salah satu pilihanku agar aku banyak belajar keislaman lebih jauh lagi, dan tak hanya bermanfaat bagi diri sendiri tapi juga orang lain. Disini aku mulai belajar dari menjadi seorang mentee (adik yunior di di organisasi) hingga jadi mentor (senior yang biasanya menjadi penanggung jawab mentee) dan sebagainya. Bahkan lulus dari kampus ini pun aku masih belajar ikut pengajian bersama teman-teman ini.

Ketika aku menjadi seorang mentor sudah barang tentu aku menjadi sosok mbak yang harus bisa mengayomi adik-adik menteeku, meskipun belum bisa jadi contoh yang baik buat mereka. Suatu ketika  aku harus menyampaikan materi mentoring bagaimana cara menjaga diri dan keluarga adalah dengan menikah. Namun saat itu akupun sendiri belum menikah. 

Meskipun belum menikah,  aku sudah berusaha menitip biodata adik - adikku ke ustadz kami yang biasa mengisi pengajian dimasjid kampus atau di jurusan. Sebut saja ustadz A.  Alhamdulillah, beberapa  dari mereka berjodoh.  Saat itu mereka rata-rata sudah lulus atau baru lulus. Hingga kisah menarik saat taaruf sering terjadi ketika aku mendampingi. Karena mereka adik menteeku maka otomatis akupun harus mendampingi proses mereka meskipun usiaku tak terpaut jauh dengan mereka. Namun Alhamdulillah, tidak sendiri ditemani oleh ustadz dan istrinya.

Nah hampir di setiap berangkat taaruf, seperti biasa aku membonceng adik menteeku ini ke rumah seorang ustadz A.  Nah di awal pembukaan taaruf setelah tilawah dsb biasanya ustadz mengenalkan aku juga, dan beliau seringnya guyon “hati-hati awas keliru, mbak nya juga belum menikah”. Gerr…otomatis ketawa kami memecahkan kebekuan suasana taaruf. Dalam proses ini, adik-adik menteeku rata-rata tidak mau bicara, sepertinya karena nerveos. Alhasil kadang aku harus mewakilinya, bahkan kejadian geser-menggeser tempat duduk mereka karena tidak mau pindah posisi pas nadhor pun sering terjadi.

Apa dikira aku tidak nervous meskipun mewakili? iya tapi sedikit, mungkin karena aku belum pada posisi mereka. Hingga suatu ketika di ajang taaruf dimana kami posisi dengan hijab atau pembatas cukup tinggi dan sama sekali tidak bisa melihat satu sama lain, hingga nadzor disepakati dengan cara kami yang akhwat (putri) harus pulang duluan, dengan di atur jalannya. Bahwa yang taaruf adalah yang jalan nomer 2, yang nomer 1 itu yang antar. Lagi-lagi ustadz bilang awas keliru. Duh sedihnya!

Berkali-kali mendampingi taaruf menjadikanku banyak belajar, bahkan menjadi “dewasa” (red.tua) sebelum waktunya. Karena yang biasa mentaarufkan pastinya sudah menikah atau sudah berumur. Sedang aku baru juga lulus kuliah 3 tahun sudah dianggap sesepuh alias (sepuh kali ya) waktu itu. Alhamdulillahnya didampingi keluarga ustadz dan ustdzah didaerah tak jauh dari kampusku. Dan karena seringnya rumah beliau dijadikan tempat taaruf maka mendapat julukan  ”rumah taaruf”

Pengalaman mendampingi taaruf sebelum menikah tak menjadikan aku bisa menguasai diri saat taarufku sendiri. Pertama kali ku terima biodata laki-laki ini, tak langsung membuatku berani langsung membuka datanya. Kebetulan pisan biodatanya berbentuk soft file. Ustadzahku hanya bilang ini laki-laki dari kampus sebrang, dan tentang agama yang dicari ga usah ditanyakan. Padat dan singkat, kata ustadzahku.  Dan belakangan setelah melihat biodatanya, baru ku ingat laki-laki yang mau taaruf ini tidak kukenal sebelumnya aku hanya tahu ia ketua LDK dikampusnya. dan kampusku pernah mengundangnya di acara upgrading anggota organisasi.  Saat itu kebetulan aku sie acaranya, dan aku yang menghubungi itupun lewat sms. Dan hanya itu saja tanpa bla-bla. Saat acara berlangsungpun entah karena kesibukanku sebagai sie acara aku harus meninggalkan forum dan tak melihatnya ataupun bagaimana cara mengisinya. Dan setelah itu tak ada komunikasi lagi.

Setelah membaca biodatanya yang berlembar-lembar kemudian aku mohon petunjuk sama Allah agar diberi jawaban lanjut atau tidaknya. Akhirnya setelah mantap akupun bilang lanjut ke ustadzah. Dan hari taarufpun ditetapkan. Sebelum berangkat taaruf pun aku mencoba menulis apa saja yang bakal aku tanyakan ke laki-laki ini. Tentu saja kali ini aku berangkat sendiri, eh ternyata rasa nervous itu sudah kualami semenjak aku mau berangkat. Lho, berarti adik-adk menteeku dulu juga kayak begitu. Sampai sepanjang jalan kadang mereka bilang “mi aku nanti ngomong apa?” tenang jawabku. Eh ternyata aku sendiri tidak tenang.

Tibalah saat taaruf, setelah dibuka tilawah dan prolog dari ustadz, akhirnya diberikan kepada laki-laki dulu untuk bertanya barangkali ada yang belum jelas dari biodata. Dan laki-laki yang kini menjadi suamiku ini bilang. “Bismillah, selama beberapa pekan ini saya sudah mencari informasi tambahan tentang mb ….dan Alhamdulillah sudah cukup ustadz”. katanya.

Aku pun terkaget dan ketika waktu bicara diberikan kepadaku, notes yang ku pegang dengan tangan sedikit gemetar yang isinya pertanyaan yang mau kutanyakan tadi tidak jadi pula kutanyakan. Pikirku lah dia saja ga tanya, masak deretan pertanyaan ini mau ku tanyakan. Aku terdiam beberapa menit, selain masih gemetar akupun merasa bingung. Dan ustadzah yang menyadari aku ternyata duduk mojok dibalik rak buku ini sedikit menarikku agar geser sedikit biar lebih terlihat. Namun aku menolaknya dengan sopan. Dan akupun menyampaikan tidak ada yang kutanyakan. Sang ustadz bingung juga kaget, lah ini jauh-jauh kesini kok malah ga ada yang ditanyakan. “Masak taaruf ini ga ada 10 menit.” Potong ustadz.

Setelah proses taaruf itupun akhirnya selang waktu 3 bulan kami menikah. Darinya aku banyak belajar, termasuk menumbuhkan passion menulis ini. Terutama saat mendengar kisah beliau menjelajah Indonesia ini semakin memantapkan diri ingin menulis kisahnya, karena kisahku dibanding pengalaman hidupnya tidak ada apa-apanya. 

      Dibalik cita-cita besar ikatan suci ini adalah, kami bisa menjadi bagian penyokong peradapan menuju perbaikan umat. Bersatunya kami karena suatu kebaikan, maka kamipun tak ingin jauh dari kebaikan itu sendiri. Dan kembali tekad kami kencangkan, tak ada yang bisa kami banggakan di yaumil akhir nanti jika kami hidup nafsi-nafsi untuk kesenangan kami pribadi. Maka bermanfaat untuk orang lain dan umat menjadi tujuan utama kami, demi menggapai ridho ilahi. wallohualam.

 

NB: Mohon maaf jika autobiography ini jika ada kesan berlebih atau kurang di hati sobat sekalian.  Semoga Allah jauhkan dari kesombongan, dan berlebihan. Insya Allah ini Cerita nyata.

#ODOP

#One Day One Post

#ODOPCHALLENGE3