Kondisi pademi yang berangsur
membaik menyebabkan banyak sektor masih dilakukan secara virtual atau online. Termasuk didalamnya adalah dunia
pendidikan. Sampai saat ini pembelajaran sebagian besar masih dilakukan secara virtual atau moda daring. Sehingga pembelajarannya pun tetap dilakukan dengan
meski dengan jarak jauh. Pembelajaran dengan moda daring ini mesti tetap dilakukan meskipun banyak sekali
kendala, salah satunya adalah kendala jaringan. Oleh karena itu dibeberapa
daerah diluar jawa bahkan dijawa sekalipun masih menggunakan kombinasi daring dan juga luring. Selain kendala utama tersebut adalah kendala emosional yang
terus mengintai baik siswa, orangtua dan juga gurunya. Kondisi emosional yang
yang berbingkai kebosanan ini akan menjadi kendala besar juga jika tidak
diatasi dengan baik.
Nah, sekarang Bagaimana kabar
daringnya anak-anak dirumah, mak?
Kalau tingkat kebosanan itu dinilai antara 1-10 maka berapa nilainya mak?
Kalau nilainya 8,9 sepertinya samaan dengan saya. Ketika tingkat kebosanan
begitu mendera kadang ingin menyerah. Etapi ketika saya ingat tujuan dari daring adalah meminimalisir penyebaran
covid 19 saya dan anak-anakpun jadi
semangat.
Kondisi bosan dan deadlock
yang sering menghampiri saya ini biasanya jika saat daring, emaknya ingin segera mendampingi mereka
belajar eh anak-anaknya tidak segera
klik atau respon. Pakai acara mbulet
pisan. Selain itu, ketika emak harus secara cepat dan kilat ikut memahami
pelajaran mereka yang jenjangnya berbeda dan harus dikumpulkan dalam waktu yang
sama, hari itu juga. Padahal emak kan sudah lama tidak belajar
materi SD apalagi TK, Duh ya Rabb. Ditambah
lagi saat mengirim tugasnya, pakai acara muter-muter itu sinyal. Komplit dah.
Selain butuh me time banget, Rasa-rasanya kalau sudah begini ingin saya tinggal minum
es cendol ajah. Mana di daerah saya es cendol lagi menjamur. Itu kalau dari
sisi saya sebagai emak saja sudah
merasa bosan, apalagi anak-anak ya? Dimana
mereka harus ,belajar bukan hanya mandiri, tapi memahami sendiri ilmu yang di gelontorkan sang guru lewat zoom, google classroom dan video
di youtube. Makanya wajar kalau emak lagi semangat, tapi pada saat itu
justru anak-anak sedang tidak mood. Nah kuota sabar sepertinya harus
ditambah saat kondisi seperti ini. Eh andai kuota sabar bisa dibeli ya?! Hehe. Karena
justru kalau kita memarahi mereka, mereka akan ambil barrier ke kita. Nah malah
tidak sampai tujuan kita.
Lantas bagaimana kalau saya emak yang sekaligus sebagai seorang
pendidik. Maka bisa dipastikan pagi daring,
sore daring malam juga daring. Pagi seperti biasanya mengajar mereka via
daring, kadang zoom, wajib google classroom, serta video call secara group atau satu
persatu-satu. Kalau mengajar kita kreatif tentu tidak begitu membosankan
apalagi didukung kemampuan IT dalam bidang ajar mengajar ini. Nah yang bisa
membuat bosan kami para guru adalah, ketika harus menunggu anak-anak
mengumpulkan tugas, isi daftar hadir dsb. Dan ini bisa sepanjang hari atau
berminggu-minggu untuk satu tugas. Itu rutin kami lakukan, “menagih tugas seperti bank titil” kata teman saya.
Padahal rata-rata kami tidak
memberi tugas dalam waktu singkat biasanya bisa dikerjakan sampai tengah malam
untuk ulangan, sedang tugas bisa dua hari sampai satu pekan. Kami memahami
bahwa mereka pasti juga ada kendala selain faktor kemalasan. Selain itu juga faktor
jaringan, terkadang siswa tidak memahami konteks tugas dan mana yang harus
dikerjakan. Oleh karenanya meskipun ini di pulau Jawa kamipun kerap sekali
mengajar tak hanya daring tapi juga secara
luring ke rumah-rumah mereka.
Ah kalau ditanya ke
teman-teman sejawat, enak mana daring
dan pembelajaran tatap muka? Pasti jawabannya enak tatap muka. Mengajar bisa
leluasa, ketemu anak-anak membuat lebih bahagia. Kalau mereka kesulitan bisa
menmbimbing mereka lebih dalam lagi. Kalau ada tugas yang belum mereka kerjakan
bisa kita jawil langsung. Dan anak-anak
sangat jarang bertanya diluar jam dinas kecuali ada hal yang penting dan
darurat. Di musim pandemi seperti ini, smartphone
kami ini bisa tang ting sepanjang
hari bahkan hampir sampai tengah malam dan tidak mengenal libur hari ahad, atau
tanggal merah mereka tetap menanyakan tugas yang mereka belum pahami.
Nah, ini yang sedang saya nikmati
dimusim pandemi ini dari daring ke daring. Antara daring sendiri sebagai pendidik, dan daring anak-anak. Kalau tidak di harmonisasi bisa berdampak negative
pada kehidupan kami mendatang. Insya Allah kita yakin, badai akan berlalu. Kita
harus bersabar menghadapi ini semua. Allah kan mudahkan segala ikhtiar kita.
amiin.
#ODOP
#OneDayOnePost
#ODOP Challenge 7
Sama banget, Mbak. Hape saya juga tang ting tung terus sampai malam. Sudah berbaring di kasur mau tidur, harus koreksi tugas dulu yang baru dikirim siswa.
BalasHapusYah, kita memang harus bersabar, Mbak. Setuju banget, badai pasti berlalu~