Sebening
tetesan embun pagi
Secerah
sinarnya mentari
Bila
ku tatap wajahmu ibu
Ada
kehangatan di dalam hatiku
Air
wudhu selalu membasahimu
Ayat
suci selalu dikumandangkan
Suara
lembut penuh keluh dan kesah
Berdoa
untuk putra putrinya
Oh
ibuku engkaulah wanita
Yang
ku cinta selama hidupku
Maafkan
anakmu bila ada salah
Pengorbananmu
tanpa balas jasa
Ya
Allah ampuni dosanya
Sayangilah
seperti menyayangiku
Berilah
ia kebahagiaan
Di
dunia juga di akhirat
NASYID
: by Sakha
Mendengar lantunan nasyid by
Sakha, kembali membuncahkan perasaan sedih kala mengingat bagaimana perjuangan
dan pengorbanan ibu. Apalagi dikala Hujan rintik membasahi bumi Nya ini, maka
semakin lengkaplah mengajak ku mengingat kembali masa kecilku yang penuh kenangan.
Sungguh ini menjadi sebuah sajian epik yang membuatku tak kan pernah mau
melupakan kenangan indah itu. Iya kenangan bersama ibuku.
Aku yang Alloh takdirkan menjadi
anak terakhir dikeluargaku. Dan ternyata peristiwa kelahiranku menjadi
kelahiran yang paling sulit dan paling sakit dibandingkan dengan saudaraku.
Betapa ku tak bisa menahan air mata jikalau ayah dan ibuku bercerita tentang
hari lahirku. Bukan cerita letihnya, payahnya, lelahnya aku dibawa kemana-mana,
ke pasar untuk belanja, karena ibuku pedagang, juga ke ladang dengan kondisi
panas nan terik. Namun ayah terutama lebih sering bercerita Disaat hari tiba
kelahiranku, ibu kesakitan amat sangat, karena susahnya mengeluarkan aku dengan
ukuran BB ku diatas rata-rata bayi normal pada umumnya. Tidak bisa bayangkan,
betapa perjuangan ibu saat itu luar biasa antara hidup dan mati, hingga yang
menolong kelahiran bayi pun angkat tangan. Akhirnya ayahpun memutuskan untuk
menbawa ke rumah sakit. Namun Alloh menakdirkan ku lahir dirumah, mobil yang
akan membawa ibuku datang ternyata perjuangan tanpa lelah ibuku mampu mengeluarkan
bayi besar itu yaitu aku. Ya Rabb…..nyesek L
Ah… ketika aku jadi ibupun
semakin membuat aku merasakan betapa perjuangan melahirkan anak itu nyawa
taruhannya. Seorang manusia normal hanya mampu menahan rasa sakit hingga sekala
45 Dels (skala sakit). Selebihnya ia
bisa pingsan karena tak mampu menahan sakit yang berlebih. Namun Saat
melahirkan, seorang ibu rata-rata mengalami sakit dengan skala sampai 57 Dels. Artinya apa? Perjuangan dan
pengorbanan mereka sangatlah hebat hanya untuk melahirkan anak-anaknya. Ya Alloh …..memang layak lah dia disebut
pahlawan.
Belum lagi perjuangan beliau
ketika membesarkan kami, jika ku mengingatnya kembali. Ya Alloh …. Makanya benarlah Kau titipkan surga itu ditelapak
kakinya. Ia yang tak kenal lelah mendampingi tumbuh kembang kami, ia yang tak
pernah payah membekali ilmu kepada kami bertiga dengan segala daya upaya nya.
Terutama aku, diantara kakak-kakak ku aku merasa akulah yang paling merepotkan
ayah dan ibuku. Bagaimana tidak biaya yang ditanggung mereka untuk
menyekolahkan aku hingga bisa kuliah di 2 universitas negeri tentu tak sedikit.
Paling aku ingat saat aku pulang pekanan dari kos ku, ibu adalah orang yang
paling sibuk menyiapkan makanan kesukaanku. Hingga saat ini meskipun aku sudah
berkeluarga. Dan iapun paling sibuk menanyakan esok berangkat balik ke kampus
butuh biaya berapa. Dan kalaupun tidak ada berusaha mengadakan dan tenang
dihadapanku. Ya Alloh....nyesek lagi
kalo ingat ini. Kembali jika mengenang
perjuangan beliau maka Jikalaupun ada jutaan tinta yang siap untuk dipakai
menulis bagaimana perjuangan ibu bersama ayah maka aku tak akan mampu
menulisnya.
Ibu, sesungguhnya engkau
adalah syurgaku. Aku masih belum ber birrul
walidain dengan ihsan (baik)
kepadamu juga ayah. Aku haqqul yakin ketika aku berbakti
kepadamu ibu dan juga ayah maka sebenarnya aku sedang membangun dan membuka
jalan ke syurga. Masih hangat diingatanku bahwa sesungguhnya keridhoan Allah
SWT itu ada pada ridhonya ayah dan ibu, dan kemurkaan Allahpun ada pada
murkanya engkau wahai ibu.
Alloh terus mengingatkan aku
terus, didalam agamaku pengulangan perintah berbakti kepada mereka digandengkan
dengan ayat perintah untuk mentauhidkan Nya. Tentu ini menunjukkan begitu pentingnya kedudukan
berbakti terhadap mu ibu da juga ayah. Sebagaimana Alloh mengingatkan dalam firman Nya :
“Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah
selain Dia dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan
sebaik-baiknya.” (QS. Al Isra’: 23)
“Sembahlah Allah dan jangan kamu mempersekutukan-Nya dengan
sesuatupun, dan berbuat baiklah kepada kedua orang tua Ibu Bapak”. (An-Nisa’:36).
Dan sungguh ini menjadi
catatan penting dalam perjalanan hidupku. Bahwa aku harus benar-benar
mengutamakan bakti ini padamu ibu dan juga ayah. Bahkan kemarin baru ku dengar
seorang berbicara bahwa durhaka itu termasuk dosa paling besar urutan kedua,
maka jikalau kau tidak melakukan ibadah wajib maka batalkan ibadah sunnah mu
untuk sekedar menjawab panggilan ibu. Ya Alloh padahal kadang masa kecilku
termasuk aku suka cuek jika ibu panggil. Dan Rasululloh panutanku pun juga
mengisahkan juga menyampaikan seperti ini:
Dari Mu’awiyah bin Haidah Al Qusyairi radhiallahu’ahu,
beliau bertanya kepada Nabi:
يا رسولَ اللهِ ! مَنْ أَبَرُّ ؟ قال : أُمَّكَ
، قُلْتُ : مَنْ أَبَرُّ ؟ قال : أُمَّكَ ، قُلْتُ : مَنْ أَبَرُّ : قال : أُمَّكَ
، قُلْتُ : مَنْ أَبَرُّ ؟ قال : أباك ، ثُمَّ الأَقْرَبَ فَالأَقْرَبَ
“wahai Rasulullah, siapa yang paling berhak
aku perlakukan dengan baik? Nabi menjawab: Ibumu. Lalu siapa lagi? Nabi
menjawab: Ibumu. Lalu siapa lagi? Nabi menjawab: Ibumu. Lalu siapa lagi? Nabi
menjawab: ayahmu, lalu yang lebih dekat setelahnya dan setelahnya” (HR. Al
Bukhari dalam Adabul Mufrad, sanadnya hasan).
Betapa hadist tersebut
diatas menempatkanmu ditempat yang mulia ibu. Alhamdulillah Alloh karuniakan engkau umur yang panjang hingga kini
kau masih membersamai kami, insya Alloh kami akan menjaga engkau ibu dan juga
ayah. Sesungguhnya engkaulah pahlawan itu ibu dan juga ayah. Kasih sayangmu tak
lekang oleh teriknya matahari, namun kasih sayang kami yang masih sepanjang
galah ini semoga akan terus kami semai. Karena sesungguhnya juga letak
kebarokahan Alloh itu ada padamu ibu. Masya
Alloh,. Semoga Alloh kelak mengumpulkan kita dijannahNya yang paling
tinggi. Amien
Tidak ada komentar:
Posting Komentar