Rabu, 14 Oktober 2020

BOOK LOVERS

 




Setiap orangtua mungkin ingin setiap anaknya menjadi pecinta buku? Karena didalam buku terdapat ilmu pengetahuan yang sangat luas, padat informasi, dan lebih credible dibandingkan dengan media informasi lainnya. Meskipun tidak menutup kemungkinan tetap ada kekurangan.

Kami sebagai orangtua sudah memulai menjadi pecinta buku jauh hari sebelum menikah. Sehingga ketika sudah menikah, terpadulah bukan hanya dua hati saja tapi juga ratusan buku. Aiih….bahkan mahar kamipun salah satunya adalah buku pula. Terus bagaimana kami menanamkan anak-anak menjadi pecinta buku?



Pada awalnya kami tidak terlalu memplanning anak-anak menjadi pecinta buku, sehingga kamipun pada awalnya tidak terllau berpikir bakal membelikan buku yang banyak untuk mereka. Sehingga pada awalnya hanya membelikan dua buku hardcover yang berisi tentang kisah anak-anak. Sedang ratusan bahkan ribuan koleksi kami hampir semua isinya hanya sesuai untuk konsumsi orang dewasa, kalau anak-anak terlalu berat. Jadi 2 buku ini beisi komik bergambar warna yang islami. Setelah kami amati ternyata anak-anak sangat menyukai 2 buku ini.

Mulai dari situ kami sangat berupaya membelikan buku kesukaan mereka. Kalau ada kesempatan bisa hadir di bookfair maka kamipun membelikan, kalau tidak sempat maka kami akan beli secara online. Setelah melalui proses monitoring aktivitas membaca mereka selama berbulan bahkan tahun, kami simpulkan ternyata anak-anak lebih suka membaca buku pengetahuan seperti ensiklopedia dan komik. Padahal sebelumnya sempat kami belikan buku tentang sirah Muhammad Teladanku dengan merogoh kocek cukup dalam di usianya yang masih 6 tahunan.

Pantas saja mereka kurang tertarik ketika kami konsultasi dengan book advisor nya buku tersebut di usia 6 tahun sebaiknya masih dibacakan atau diceritakan sama orangtua. Setelah itu akhirnya kami lebih sering memberikan pada mereka buku pengetahuan dan komik islam. Apakah kami memberikan buku secara cuma-cuma? Tentu tidak. Sebagian besar buku-buku tersebut didapat karena mereka sanggup menerima challenge dari kami. Satu persatu bukup mereka tambah banyak, akhirnya di usia mereka 7 tahun kami harus menyediakan rak khusus untuk meletakkan buku – buku mereka.

Tahun berganti hingga si bungsu lahir, saat itu sikembar usia 8 tahunan. Ternyata kehausan membaca semakin menjadi-jadi. Buku sirah Muhammad teladanku satu persatu mereka baca. Saya yang tidak tuntas membacakannya saat itu kini sudah mereka lengkapi bahkan mereka ulang-ulang. Bahkan salah satu yang paling disukai oleh mereka membaca buku bagaikan menina bubukan mereka.Alhamdulillah hadza min fadli rabbik. Kecintaan pada buku ini ternyata tidak terjadi pada adiknya yang laki-laki. Dia lebih suka main mobil – mobilan, robot, pedang dll. Kadang sesekali saja ia membacanya itupun kalau melihat kakaknya membaca.



Setiap anak memang berbeda, mereka diciptakan untuk memberi warna-warni kehidupan kita. Kesukaan si kembar pada buku ternyata menular bukan sama si sholih namun pada si bungsu. Kalau tidak membaca buku, bakal sulit tidur katanya. ketika semua pada hening membaca iapun juga telihat mojok dengan bukunya. Apakah sudah bisa membaca? Sepertinya ya belum, tapi ia sangat menikmati membaca ( red.membolak-balik) buku ini hingga sering tak kenal waktu, termasuk sering terlelap bersama banyak buku disampingnya. Kalau dilihat dari usianya mungkin terlalu kecil di sebut book lovers, tapi kalau dilihat dari keseringan dia membaca buku, bahkan setiap hari ini rasa-rasanya bolehlah disebut calon booklovers.

Semoga semangat mereka membaca, menjadilkan mereka lebih luas secara keilmuwan, lebih wise dalam menjalani kehidupan. Kami tak meninggalkan harta kekayaan berupa emas berlian, namun harga termahal kami berupa buku adalah lebih baik untuk mereka.

Senin, 12 Oktober 2020

KALA DARING BERASA GARING

 

Doc.Pribadi (Suasana guru memberikan pembelajaran dengan daring)

Ketika bosan datang mendera, apa yang sobat lakukan? Wuihh…..kalau saya butuh me time banget ini. namun bagaimana kalau mencari me time saja sepertinya sulit?. Hem itulah yang saya alami hari-hari ini. ketika Alah takdirkan konsisi pandemi seperti ini mengharuskan saya sebagai seorang pendidik harus kian kreatif, inovatif dalam pembelajaran. Agar tidak bosan disaya juga anak-anak sebagai peserta didik.

Banyak ilmu yang betebaran bagaimana agar pembelajaran tidak membosankan, lagi-lagi factor kenyamanan, kemudahan dan efektifitas waktu membuat saya harus memilah dan memilih yang sesuai dengan kebutuhan siswa, tidak terlalu muluk namun masuk diranah pikiran mereka. Suatu ketika saya pernah menghabiskan waktu dengan membuat video pembelajaran yang cukup banyak menyita waktu, namun haasilnya tidak terlalu efektif. Ya sudah akhirnya saya berusaha membuat video lebih sederhana namun anak-anak memahami.

Kalau ditanya kepada semua bapak ibu guru, apakah mengajar secara klasikal lebih nyaman dibandingkan mengajar secara daring. Saya yakin mereka akan menjawab iya. Karena belajar secara daring, serasa ada barrier yang membentang antara siswa dan guru sehingga tidak bisa secara fleksibel dalam menjelaskan poko materi dalam pelajaran tersebut. Namun karena kondisi masih seperti ini, ya otomatis harus dijalani.

Apakah rasa bosan pernah menyapa? Tentu saja pernah bahkan sering. Hal-hal teknis kadang yang menjadi alasan utama para guru mudah bosan bahkan stress. Seperti misalnya, sudah membuat video pembelajaran semalaman suntuk bahkan berhari-hari, eh ternyata siswa tidak menontonnya apalagi mengerjakan tugasnya. Sudah janjian dikelas virtual zoom, dikasih link hanya separuh saja yang bisa gabung, atau juga sudah mengirim tugas, eh ada saja siswa yang tidak mengumpulkan tugas atau tidak tepat waktu dalam mengumpulkan tugas. Kami para guru tentu sudah menanyakan kenapa para siswa tidak bisa meresponnya dengan baik.

Bahkan kami senantiasa terus dan tak bosan menginformasikan kepada siswa, melalui group atau aplikasi pembelajaran yang sudah disepakati. Setelah diteliti, dari sekian siswa kami yang tidak mengumpulkan tugas itu adalah kebingungan. Jarang dari mereka yang karena factor tidak ada paketan internet atau kuota. Karena setelah kami confirm ke orangtua, rata-rata murid kami sudah dibelikan. Bahkan bantuan dari sekolah atau kemendikbudpun mereka juga dapat.

Akhirnya masa menanti respon mereka untuk satu tugas dan satu pelajaran tak hanya  hitungan jam namun bahkan sampai hari dan pekan. Itupun tidak sekedar menunggu, harus menelpon mereka, video call bahkan luring ke rumahnya. Padahal tugas bapak-ibu guru bukan hanya sebagai guru mapel saja, mereka juga mempunyai tugas tambahan sebagai wali kelas yang otomatis juga mempunyai kewajiban memastikan anak-anak dikelasnya aman terkendali dalam mengerjakan tugas mereka untuk semua mapel, mengabsen mereka dan juga memvideo call setiap hari.

Olehkarenanya, kadang kamipun juga merasa daring kadang garing sekali. Kegabutan atau kebosanan kadang sudah sangat maksimal dikala kami menanti siswa satu persatu mengirim tugas mereka, sehingga kadang kami harus menjadwal kembali agar mereka tetap bisa mengirim meskipun terlambat. Tapi kembali kami memahami dan menyadari bahwa, faktor M alias malas anak-anak tadi mungkin karena mereka bingung, harus berusaha memahami materi sendiri, sehingga tidak pahamnya ini sepertinya berpadu dalam sebuah kemalasan yang maksimal. Mereka tidak paham karena mereka tidak mendapatkan ilmu secara utuh melalui pembelajaran daring ini, serasa ada yang hilang mulai dari mimik muka, gesture dari para pendidik dll padahal ini sangat berarti buat mereka. Belum lagi soal pendidikan karakter yang tak bisa didapatkan dengan pembelajaran daring.

Minggu, 11 Oktober 2020

BERBAGI PERAN DALAM RUMAH

 


Setiap orang terlahir dengan perannya masing-masing. Dan yang paling utama adalah peran dalam keluarga. Karena peran dalam keluarga ini adalah pondasi, ketika ia keluar kalau pondasinya kuat maka tak akan mudah goyah.

Keluarga kami pun terus belajar untuk menerapkan peran masing-masing, agar harmonisasi keluarga terus terjaga. Kami memahaminya sebagai peran primer dan peran sekunder. Peran primer seperti ayah sebagai kepala rumah tangga, tentu tak akan tergantikan selama ayah masih ada. Sedang peran sekunder adalah lebi pada pembagian tugas di rumah. Seperti juga peran primer, peran sekunder ini mempunyai peran sangat penting. Kami menyebutnya peran sekunder ini adalah tugas di rumah.

Pembagian peran atau tugas sekunder ini bisa melalui musyawarah bersama anggota keluarga. Tak selamanya memasak itu peran ibu yang tak tergantikan, suatu ketika bisa jadi ayah yang memasak. Ini tergantung kesepakatan. Mengantar anak sekolah ataupun menjemputnya juga tidak selalu peran ayah, bisa juga ibu namun sekali lagi tergantung kesepakatan bersama.

Seperti di rumah kami, pembagian peran atau tugas yang dilakukan berdasarkan kesepakatan di musyawarah keluarga adalah hal yang wajib kami patuhi. Meskipun dalam perjalanannya dipastikan ada ketidaktertiban dalam pelaksanaan. Akan tetapi karena ini sebuah keputusan maka harus berusaha mengerjakan, tapi jika memang benar-benar tidak bisa maka harus dikomunikasikan.

Saat ini di rumah kami yang bertugas memasak adalah ayah, maka untuk membantu ayah mudah dan hemat waktu dalam memasak ketika akhir pekan bunda membuatkan bumbu dasar. Karena penghuni di rumah sudah kadung selera lidahnya masakan bunda. Ditambah lagi Ayah mempunyai peran atau tugas memandikan si bungsu, tentu ini membutuhkan waktu yang tidak sedikit, kadang waktunya mandi si bungsu masih lari kesana kemari. Dan tugas selanjutnya adalah menyiapkan kendaraan ayah-bunda untuk berangkat kerja dan juga menyiram bunga serta sayuran di sekitar rumah.

Sedangkan bunda, selama daring ini tugas utama adalah mendampingi belajar anak-anak dan memastikan tugas serta ulangannya terkirim semua. Selain itu mendampingi anak-anak dalam mengaji dengan mentahsin tilawahnya serta murojaah hafalannya. Tugas lainnya adalah merapikan seluruh isi rumah yang tidak menjadi tugas anak-anak.

Si kembar memiliki peran utama yaitu merapikan kamar sehabis tidur. Berikutnya adalah mengangkat cucian ke lantai dua, kemudian mencucinya serta menjemurnya juga. Selain itu mereka memiliki peran memastikan lantainya bersih serta menyiram sayur dan bunga dilantai 2.

Sedangkan si Sholih yang masih TK memiliki peran sederhana, namun tetap kami ajak berperan agar dia terbiasa dan kemandiriannya terbentuk sejak dini. Dia berperang menata dan merapikan sandal-sepatu, menyiram  bunga di garasi serta memberi makan ikan di ember.

Peran-peran ini tentunya mudah dilakukan dikala hati sedang gembira, namun dikala hati sedang dirundung kemalasan tentu tidak akan berjalan dengan lancar. Terutama anak-anak, mereka masih harus sering diingatkan agar menyelesaikan tugas atau perannya dengan baik. Agar tidak mudah bosan biasanya dua pekan sekali kami evaluasi, dan bisa berganti peran atau tugas agar tidak bosan. Kami merasa sebenarnya melibatkan anak-anak dalam pengerjaan tugas rumah tangga ini berat, kesuwen Bahasa jawanya (kelamaan). Namun karena kami ingin membangun anak-anak bukan mengurus anak-anak, meskipun berat kami ikutsertakan mereka bersama dalam tugas ini. Sebenarnya kami sangat bisa melakukan sendiri, namun membersamai mereka dalam practicle life adalah hal penting yang harus kami lakukan agar terbentu kemandirian mereka. Susahnya kami hari ini insya Allah akan kami petik hasilnya saat mereka dewasa, sedangkan jika apa-apa kami laukan sendiri maka kerepotan kami akan petik juga saat mereka dewasa. Begitu nasehat bang Aad seorang pakar parenting.

BUMBU DASAR ALA OMAH IJO

 

doc. pribadi

Suka masak tapi tidak punya waktu buat bumbunya? Nah, wajib untuk kita sobat menyediakan bumbu dasar di kulkas kita. Mengapa demikian agar kita tidak perlu repot menyiapkan bumbu disetiap kita akan memasak di rumah. Karena terkadang memasak itu yang lama adalah membuat bumbunya.

Sebenarnya kalau kita tahu hampir semua jenis masakan asli Indonesia menggunakan bumbu dasar, olehkarena nya dengan menyetok bumbu dasar di kulkas maka akan membuat kita lebih hemat waktu dalam hal urusan memasak, dan tentunya ini sangat cocok untuk ibu yang bekerja atau buat para ayah yang berperan memasak namun bumbu dari ibu yang menyediakan.

Seperti dikeluarga saya, yang mempunyai peran memasak adalah suami. Agar sesuai dengan selera lidah ketika saya yang memasak, maka saya berusaha menyiapkan bumbu dasar untuk berbagai jenis masakan. Biasa saya siapkan di hari libur untuk bisa dipergunakan 2-3 pekan kedepan. Tentunya ini sangat memudahkan suami dalam memasak karena anak-anak terbiasa dengan masakan saya, Sedangkan  kini peran di rumah berganti, suami yang masak saya yang handle para bocah. Baiklah berikut resep bumbu dasar ala-ala kami, penghuni omah ijo (red. Rumah berwarna hijau)

3 JENIS BUMBU DASAR

1.      BUMBU DASAR PUTIH

Bahan: 100 gram bawang putih

            100 gram bawang merah

            2 cm jahe

 Cara memasak:

 Semua bahan dibender, dan setelah itu di tumis hingga harum.

 

 Kegunaan:  Sup, tumisan, nasi-mie goreng,  semur dll.

 

2.      BUMBU DASAR KUNING

Bahan :  100 gram bawang merah

             50 gram bawang putih

             10 butir kemiri sangrai

              2 cm lengkuas

              2 cm jahe

              2 sdt ketumbar

              1 sdt merica

 

Cara memasak:

Semua bahan di blender, dan setelah itu di tumis hingga harum.

 

Kegunaan: Soto ayam, nasi kuning, pepes, ayam goring dll

 

3.      BUMBU DASAR MERAH

Bahan:  100 gram cabe merah

            100 gram bawang merah

               50 gram bawang putih

               10 butir kemiri sangrai

                  3 cm jahe, iris tipis

                  2 cm lengkuas, iris tipis

                  2 sdt ketumbar

 

Cara memasak:

Semua bahan di blender, setelah itu di tumis hingga harus.

 

Kegunaan: sambal goreng, tumisan pedas, balado, rendang dll

 

Catatan:

1. Saat memblender membutuhkan minyak secukupnya, begitu juga saat menumis.

2. Gula dan garam diberikan saat memasak dan sesuai selera.

3. ketika mengambil, pakai sendok kering dan bersih setelah itu kembalikan ke kulkas.

 

Sebenarnya tentang bumbu dasar ini tidak hanya 3 macam, bahkan ada yang menyebutkan 4, 5 bahkan 6 macam. Tambahannya adalah bumbu dasar oranye, bumbu dasar hitam, dan sambal kacang. Semua tergantung kebutuhan dan juga selera. Sementara untuk kami 3 jenis bumbu dasar ini sudah cukup. Selamat mencoba dan semoga bermanfaat.

 

Jumat, 09 Oktober 2020

BUDIDAYA IKAN DI EMBER ALA OMAH IJO (SEBUAH CERITA)

 

 


Yuk Bi bikin budikdamber di ember!” obrolan ringan dengan suami di suatu sore di akhir bulan April. Saat itu pandemi baru berumur dua bulan.  Viralnya budikdamber ini memantik semangat kami untuk merealisasikan budikdamber di rumah kami juga. Apalagi kami yang tinggal di perumahan, tak punya lahan yang luas sepertinya budidaya dalam ember ini cocok sekali diterapkan di rumah kami. Selain itu alasan yang lainnya adalah kami harus bersiap untuk kebutuhan pangan di rumah agar tidak banyak keluar rumah, karena saat itu kami mikir pandemic ini kedepan masih unpredictable.

Sebulan lebih setelah obrolan ringan itu, ternyata pak suami baru merealisisr rencana kami ini. Alhamdulillah jeda waktu rencana dan realisasi saya pakai untuk mencari ilmu tentang budikdamber ini via media sosial dll. Menurut saya sekilas tidak terlalu sulit. Apalagi kami yang masih pemula dan baru kali pertama mencoba budidaya ikan di ember ini.  Tepat tanggal 23 Juni sepulang dari kantor saya mampir beli bibit ikan di tempat pembenihan ikan  tak jauh dari rumah. Tempat ini kami dapat infonya dari  mencari informasi dimana bisa beli bibit ikan dari seorang teman. Harga bibit lele saat itu 20.000 per 150 ekor ukuran jari kelingking. Karena waktu menunjukkan pukul 2 siang, pihak pembibitan menyarankan untuk tidak beli dulu ikan Gurami. Karena Gurami ini gampang stress jadi bisanya di ambil kalau pagi hari atau sore hari saja.

Baiklah kamipun membeli ikan lele dulu. Keesokan harinya kami baru beli bibit ikan gurami yang soal harga jauh lebih mahal dibandingkan dengan ikan lele yaitu 75.000 untuk 50 ekor seukuran telapak tangan bayi. Lantas hal apa saja yang kami siapkan untuk budidaya ikan di ember ini.

Pertama, ember berukuran minimal 85 Liter harga didaerah saya Rp. 65.000, kebetulan kami sudah mempunyai dua ember sebelumnya. Jadi hanya nambah 1 buah ember saja.

Kedua, Pakan ikan. Alhamdulillah saat membeli ikan kamipun dapat referensi dimana bisa beli pakan ikan. Ternyata letaknya juga tak jauh dari tempat pembenihan itu. Dan disana sekalian beli jarring.

Ketiga, jaring. Jaring ini fungsi nya untuk menjaring ikan saat panen atau saat membersihkan embernya.

Keempat, air. Tentu saja air ini adalah hal utama dalam memelihara ikan. Jika kotor ya segera dibersihkan.

Tambahan lainnya adalah arang,tisu dan bibit kangkung, botol bekas dan kawat.

Setelah hampir 2 mingguan kami budidaya ikan ini, Alhamdulillah si lele aman-aman saja. Hanya mati satu ekor, namun kangkung yang kami taruh diatasnya dengan media arang kemudian benih ditaburkan di atasnya dilapisi tisu ahgar tak jatuh kedasar ternyata tidak tumbuh sama sekali. Padahal kami sudah cari ilmunya tentang budiddaya kangkung diatas ember. sempat berkali-kali lihat video tutorialnya, kayaknya ga ada yang salah kok ya masih tidak bisa tumbuh. Akhirya kami turunkan dan kami coba ganti arang dengan tanah, kemudian untuk kangkung kami pakai konsep regrow (menumbuhkan kembali dari batang) kangkung yang kami beli daunnya kami masak, batangnya kami tanam. Ternyata tiga hari kemudian muncul dedaunan dan seger masya Allah.

Terus bagaimana dengan si Gurami. Qodarullah dari 50 Gurami yang mati sekitar 30 ekor. Kami cari tahu mengapa ini terjadi. Ternyata setelah diselidiki, karena matanya kuning berarti ini keracunan makanan alias kebanyakan makanan begitu menurut sumber di youtube. Selain itu mungkin juga fator tempat yang untuk ikan jenis sensitive seperti Gurami ini butuh lebih luas tempatnya. Jadi kalau di ember ukuran di atas 100 liter mungkin lebih luas.

Dan itu tidak mati sekali waktu, berturut-turut selama beberapa hari. Namun setelah air diganti dengan jumlah lebih sedikit serta pemberian makanan yang lebih tertib membuat Gurami pun awet di usianya 3 bulan ini. Kami harus bersabar hingga 9 bulan baru bisa dipanen. Berbeda dengan ikan lele yang menurut info lebih tahan musim dan cepat panen. Bayangan kami bulan Oktober inilah saatnya kami panen. Lele yang berada di dua ember ini, qodarullah pisan mati sekitar 100 ekor di salah satu bak. Padahal sudah siap panen.  Kalau dari warnanya sama, kuning sepertinya induikasinya juga sama karena kebanyakan makanan ditambah beberapa hari lalu ukuran makanan lebih besar dari sebelumnya. Huwa…akhirnya sisa 35 an ekor ini kami rawat dengan baik.

Mau memanen pun tak segera kami realisasikan, malah kasihan. Sedangkan kangkung yang berada di atas nya sudah berkali-kali panen. Setelah kami pikir ternyata, masya Allah adanya ikan ini menjadi hiburan tersendiri di rumah kami. Selain kami, anak-anak pun juga sangat senang memelihara ikan ini, bahkan mereka lah yang bertanggung jawab menyiram kangkung dan memberi makan ikannya. Maka Nikmat manalagi yang kamu dustakan?! (Arrahman)

 

Kamis, 08 Oktober 2020

ONDE-ONDE, MAKANAN SERIBU WIJEN

 


 

Jika sobat sekalian ke Mojokerto maka tak lengkap jika tak mencicipi makanan khas kota peninggalan kerajaan Majapahit ini, yaitu Onde-onde. Jajanan tradisional asal Kabupaten Mojokerto ini telah melegenda puluhan tahun, pantas saja makanan ini menyandang julukan makanan legenda. Kenapa demikian? Karena banyaknya makanan kekinian ternyata tak mampu menggeser jajanan ini.

Makanan asal Mojokerto ini memiliki cita rasa khas yang tak bisa ditemukan dengan menikmati jajanan tradisional lain. Apalagi jajanan modern. Usianya yang sudah puluhan tahun sudah mendarah daging di kalangan warga Mojokerto. Namun tentu saja makanan ini tak hanya cocok untuk lidah warga Mojokerto, ia juga cocok untuk lidah semua orang. Oleh karenanya, untuk memanjakan para wisatawan yang berkunjung ke kota Mojokerto, Warga Mojokertopun menyuguhkan oleh-oleh khas ini untuk bisa dibawa pulang atau sekedar buat oleh-oleh.

Apalagi Mojokerto yang merupakan salah satu jalur utama dari Surabaya menuju bagian selatan atau barat pulau Jawa. Maka jika melewati jalur non toll otomatis dengan sangat mudah menjumpai pusat oleh-oleh makanan khas Mojokerto termasuk onde-onde yaitu di bypass. Berbagai macam brand dengan pemilik yang berbeda telah berdiri menyambut anda disepanjang jalan masuk kota Mojokerto. Termasuk ARASA, BOE LIEM dll. Dua brand kenamaan ini sebenarnya tak hanya menyediakan oleh khas onde-onde namun yang paling utama adalah Onde-onde nya.

Sebenarnya selain 2 brand legendaris ini, banyak warga Mojokerto yang mampu membuat onde-onde yang tak kalah enak dengan brand tersebut. Baik yang mendaftarakan brand nya atapun tidak. sepaerti contohnya Onnie Mini Kress. yang terkenal dengan onde-onde versi mini nya. Ohya makanan khas Mojokerto ini selain bertipe makanan basah dengan tekstur lembut didalam dan terasa kenyal di luar. Ada pula yang bertipe kering, namanya “onde-onde ketawa”. Karena bentuknya yang unik seperti orang tertawa. Kalau dilihat perbedaanya lebih pada bahan untuk adonan luar serta isi sehingga menghasilkan tektur dalam dan luar antara kedua Onde-onde ini berbeda, satunya berisi kacang hijau sedangkan onde-onde ketawa tidak berisi. Dilihat dari persamaannya, hanya satu yaitu sama-sama bertabur wijen.



Kalau untuk dbawa dalam jangka lama, Onde-onde ketawa lebih tahan lama dibanding dengan onde-onde basah. Oleh karena nya perlakuannya pun berbeda. Rata-rata onde-onde basah tahan sehari saja, sedangkan Onde-onde pecah bisa tahan hitungan minggu bahkan bulan. Kalaupun Onde-onde basah ini dibentuk frozen, ini sangat bisa. Akan tetapi soal rasa tak sefantastis ketika fresh from the oven. Soal harga, masing-masing tipe mempunyai harga yang variatif. Baik yang onde-onde basah Ori, rasa-rasa maupun yang onde-onde ketawa. Kalau yang basah di hitung perbii atau perpacking, sedang onde-onde ketawa biasanya per gram/kilo.

So, jika sobat sekalian ke Mojokerto jangan lupa ya mencicipi makanan khas kami yaitu Onde-onde. Jadi teringat cerita ada wisatawan asing berkunjung ke obyek wisata di Mojokerto, pada heran dengan makanan khas Onde-onde ini. “berapa jumlah wijen dalam setiap onde-onde?” kata mereka. Jawaban guyonan nya” seribu wijen”. Padahal kalau kita tahu cara membuatnya tak dihitung. Itu kulit adonan hanya di gelundungin saja di atas wijen yang sudah dratakan di atas tampi.


#ODOP

 

 

Rabu, 07 Oktober 2020

DI SAMBAR PETIR DISIANG BOLONG

 

                                                            sumber: google

“Pak Roni ini saya dapat surat panggilan sidang saya di gugat cerai sama istri” Suara mas Asep tetanggaku di ujung telepon  Akupun yang sedang membaca buku langsung berhenti sembari kaget, karena selama ini aku melihat mas Asep dan istri hubungannya baik-baik saja. “Ayo mas kerumah saja kita ngobrol.” Pungkasku di ujung telepon.

 

Mas Asep silakan cerita, asal muasalnya bagaimana? “ Tanyaku menelisik penasaran. “Saya juga tidak paham pak Roni, padahal selama ini juga kami serumah, tidak ada apa-apa, biasa saja.” Jawabnya sambil terlihat heran dengan kondisinya. Kalau soal ekonomi, katanya mas Asep juga insya Allah bukan,  karena baik mas Asep maupun istrinya yang sama-sama kerja ini hasilnya juga lebih dari cukup katanya “Kalau begitu begini saja, nanti mas Asep ngomong dari hati ke hati ke istri kira-kira kenapa” tambahku. “Terus gimana untuk sidang besok, saya harus ngomong apa terus bagaimana?” Tanyanya kembali dengan raut muka yang terlihat sangat sedih.  “Kalau begitu besok ga usah datang mas, biasanya ditunda putusannya karena baru sekali dan tidak diputus langsung.” Nasehatku padanya.

 

Keesokan harinya, Mas Asep yang kerja di Surabaya PP ini mengirim pesan ke gawaiku bilang bahwa, dia sudah ngomong dari hati ke hati ke menumpahkan semua yang ada, dan keduanya sama-sama menangis, Tapi di akhir pembicaraan mereka istrinya bilang capek dengan kondisi seperti ini. Begitu isi pesan singkat mas Asep. Semakin menambah penasaran pada mereka berdua, tapi dalam hati yang paling dalam masih berharap hubungan baik kembali terjadi di antara mereka. Dan semoga sidang besok benar-benar di tunda.

 

Kring…kring waktu menunjukkan pukul 15.05 hari dimana sidang perceraian yang pertama diadakan. kembali mas Asep kembali menelponku. “Pak Roni, sidang nya sudah ada putusan, gimana ini?” Nada sedih terdengar dari ujung telpon mas Asep.   Ya Allah….glek aku jadi ikut merasa bersalah memberi advice tidak datang, karena kalaupun datang kawatir ada konfrontasi dengan pihak istrinya. Tapi hematku, tidak mungkin langsung ada putusan. “Baik mas kalau begitu pulang kerja langsung ke rumah ya.” Pintaku. Dan sembari menunggunya ku mencari tahu ke teman-teman pengacara lain kenapa kok bisa langsung ada putusan dan bagaimana solusinya. Selama ini aku yang menangani persidangan, aku tidak pernah menemui seperti ini.

 

Pak saya sudah di depan.” Bunyi pesannya, perasan baru saj mas Asep telpon ternyata sudah sampai di rumah. Sepertinya dia ngebut dari tempatnya kerja. “Pak terus bagaimana langkah selanjutnya. Tanya mas Asep tergesa namun mencoba tegar. “Begini saja mas kalau begitu nanti kita minta tinjau ulang atau inkrah, ada waktu 14 hari. Tapi mas Asep sekarang coba lewat jalur mertua minta maaf mungkin ada salah atau paling tidak minta dukungan” tambahku. “Iya pak Roni, saya ikuti nasehatnya. “Saya seakan-akan di samber petir di siang bolong ini pak Roni, Saya bingung, istri saya bilang saya lebih menyanyangi anak-anak tinimbang ke dia. Kan ya wajar anak-anak masih kecil, otomatis saya masih lebih perhatian ke mereka.” Lanjut ceritanya.  Baiklah pak saya tak pulang,” pamitnya. “Tapi bingung bagaimana nanti saya pulang terus bagaimana?” Nampak bingung di raut wajahnya. “Dah mas Asep, ikhtiar mendekati mertua dulu jangan mikir yang macem-macem ya, dan terus berdoa, semoga Allah tetap menyatukan ikatan pernikahan mas Asep.” Tambah nasehatku.

#ODOP

#OneDayOnePost

#ODOPChallenge5