Rabu, 14 Oktober 2020

BOOK LOVERS

 




Setiap orangtua mungkin ingin setiap anaknya menjadi pecinta buku? Karena didalam buku terdapat ilmu pengetahuan yang sangat luas, padat informasi, dan lebih credible dibandingkan dengan media informasi lainnya. Meskipun tidak menutup kemungkinan tetap ada kekurangan.

Kami sebagai orangtua sudah memulai menjadi pecinta buku jauh hari sebelum menikah. Sehingga ketika sudah menikah, terpadulah bukan hanya dua hati saja tapi juga ratusan buku. Aiih….bahkan mahar kamipun salah satunya adalah buku pula. Terus bagaimana kami menanamkan anak-anak menjadi pecinta buku?



Pada awalnya kami tidak terlalu memplanning anak-anak menjadi pecinta buku, sehingga kamipun pada awalnya tidak terllau berpikir bakal membelikan buku yang banyak untuk mereka. Sehingga pada awalnya hanya membelikan dua buku hardcover yang berisi tentang kisah anak-anak. Sedang ratusan bahkan ribuan koleksi kami hampir semua isinya hanya sesuai untuk konsumsi orang dewasa, kalau anak-anak terlalu berat. Jadi 2 buku ini beisi komik bergambar warna yang islami. Setelah kami amati ternyata anak-anak sangat menyukai 2 buku ini.

Mulai dari situ kami sangat berupaya membelikan buku kesukaan mereka. Kalau ada kesempatan bisa hadir di bookfair maka kamipun membelikan, kalau tidak sempat maka kami akan beli secara online. Setelah melalui proses monitoring aktivitas membaca mereka selama berbulan bahkan tahun, kami simpulkan ternyata anak-anak lebih suka membaca buku pengetahuan seperti ensiklopedia dan komik. Padahal sebelumnya sempat kami belikan buku tentang sirah Muhammad Teladanku dengan merogoh kocek cukup dalam di usianya yang masih 6 tahunan.

Pantas saja mereka kurang tertarik ketika kami konsultasi dengan book advisor nya buku tersebut di usia 6 tahun sebaiknya masih dibacakan atau diceritakan sama orangtua. Setelah itu akhirnya kami lebih sering memberikan pada mereka buku pengetahuan dan komik islam. Apakah kami memberikan buku secara cuma-cuma? Tentu tidak. Sebagian besar buku-buku tersebut didapat karena mereka sanggup menerima challenge dari kami. Satu persatu bukup mereka tambah banyak, akhirnya di usia mereka 7 tahun kami harus menyediakan rak khusus untuk meletakkan buku – buku mereka.

Tahun berganti hingga si bungsu lahir, saat itu sikembar usia 8 tahunan. Ternyata kehausan membaca semakin menjadi-jadi. Buku sirah Muhammad teladanku satu persatu mereka baca. Saya yang tidak tuntas membacakannya saat itu kini sudah mereka lengkapi bahkan mereka ulang-ulang. Bahkan salah satu yang paling disukai oleh mereka membaca buku bagaikan menina bubukan mereka.Alhamdulillah hadza min fadli rabbik. Kecintaan pada buku ini ternyata tidak terjadi pada adiknya yang laki-laki. Dia lebih suka main mobil – mobilan, robot, pedang dll. Kadang sesekali saja ia membacanya itupun kalau melihat kakaknya membaca.



Setiap anak memang berbeda, mereka diciptakan untuk memberi warna-warni kehidupan kita. Kesukaan si kembar pada buku ternyata menular bukan sama si sholih namun pada si bungsu. Kalau tidak membaca buku, bakal sulit tidur katanya. ketika semua pada hening membaca iapun juga telihat mojok dengan bukunya. Apakah sudah bisa membaca? Sepertinya ya belum, tapi ia sangat menikmati membaca ( red.membolak-balik) buku ini hingga sering tak kenal waktu, termasuk sering terlelap bersama banyak buku disampingnya. Kalau dilihat dari usianya mungkin terlalu kecil di sebut book lovers, tapi kalau dilihat dari keseringan dia membaca buku, bahkan setiap hari ini rasa-rasanya bolehlah disebut calon booklovers.

Semoga semangat mereka membaca, menjadilkan mereka lebih luas secara keilmuwan, lebih wise dalam menjalani kehidupan. Kami tak meninggalkan harta kekayaan berupa emas berlian, namun harga termahal kami berupa buku adalah lebih baik untuk mereka.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar