Setiap orangtua mungkin ingin setiap anaknya menjadi
pecinta buku? Karena didalam buku terdapat ilmu pengetahuan yang sangat luas, padat
informasi, dan lebih credible dibandingkan
dengan media informasi lainnya. Meskipun tidak menutup kemungkinan tetap ada
kekurangan.
Kami sebagai orangtua sudah memulai menjadi pecinta
buku jauh hari sebelum menikah. Sehingga ketika sudah menikah, terpadulah bukan
hanya dua hati saja tapi juga ratusan buku. Aiih….bahkan
mahar kamipun salah satunya adalah buku pula. Terus bagaimana kami menanamkan
anak-anak menjadi pecinta buku?
Pada awalnya kami tidak terlalu memplanning anak-anak menjadi pecinta buku,
sehingga kamipun pada awalnya tidak terllau berpikir bakal membelikan buku yang
banyak untuk mereka. Sehingga pada awalnya hanya membelikan dua buku hardcover yang berisi tentang kisah
anak-anak. Sedang ratusan bahkan ribuan koleksi kami hampir semua isinya hanya
sesuai untuk konsumsi orang dewasa, kalau anak-anak terlalu berat. Jadi 2 buku
ini beisi komik bergambar warna yang islami. Setelah kami amati ternyata
anak-anak sangat menyukai 2 buku ini.
Mulai dari situ kami sangat berupaya membelikan buku
kesukaan mereka. Kalau ada kesempatan bisa hadir di bookfair maka kamipun membelikan, kalau tidak sempat maka kami akan
beli secara online. Setelah melalui
proses monitoring aktivitas membaca mereka
selama berbulan bahkan tahun, kami simpulkan ternyata anak-anak lebih suka
membaca buku pengetahuan seperti ensiklopedia dan komik. Padahal sebelumnya
sempat kami belikan buku tentang sirah Muhammad
Teladanku dengan merogoh kocek cukup dalam di usianya yang masih 6 tahunan.
Pantas saja mereka kurang tertarik ketika kami
konsultasi dengan book advisor nya
buku tersebut di usia 6 tahun sebaiknya masih dibacakan atau diceritakan sama
orangtua. Setelah itu akhirnya kami lebih sering memberikan pada mereka buku
pengetahuan dan komik islam. Apakah kami memberikan buku secara cuma-cuma? Tentu
tidak. Sebagian besar buku-buku tersebut didapat karena mereka sanggup menerima
challenge dari kami. Satu persatu
bukup mereka tambah banyak, akhirnya di usia mereka 7 tahun kami harus
menyediakan rak khusus untuk meletakkan buku – buku mereka.
Tahun berganti hingga si bungsu lahir, saat itu sikembar
usia 8 tahunan. Ternyata kehausan membaca semakin menjadi-jadi. Buku sirah
Muhammad teladanku satu persatu mereka baca. Saya yang tidak tuntas
membacakannya saat itu kini sudah mereka lengkapi bahkan mereka ulang-ulang. Bahkan
salah satu yang paling disukai oleh mereka membaca buku bagaikan menina bubukan mereka.Alhamdulillah hadza min fadli rabbik. Kecintaan
pada buku ini ternyata tidak terjadi pada adiknya yang laki-laki. Dia lebih
suka main mobil – mobilan, robot, pedang dll. Kadang sesekali saja ia
membacanya itupun kalau melihat kakaknya membaca.
Setiap anak memang berbeda, mereka diciptakan untuk
memberi warna-warni kehidupan kita. Kesukaan si kembar pada buku ternyata
menular bukan sama si sholih namun pada si bungsu. Kalau tidak membaca buku,
bakal sulit tidur katanya. ketika semua pada hening membaca iapun juga telihat
mojok dengan bukunya. Apakah sudah bisa membaca? Sepertinya ya belum, tapi ia
sangat menikmati membaca (
red.membolak-balik) buku ini hingga sering tak kenal waktu, termasuk sering
terlelap bersama banyak buku disampingnya. Kalau dilihat dari usianya mungkin
terlalu kecil di sebut book lovers, tapi kalau dilihat dari keseringan dia membaca
buku, bahkan setiap hari ini rasa-rasanya bolehlah disebut calon booklovers.
Semoga semangat mereka membaca, menjadilkan mereka lebih luas secara keilmuwan, lebih wise dalam menjalani kehidupan. Kami tak meninggalkan harta kekayaan berupa emas berlian, namun harga termahal kami berupa buku adalah lebih baik untuk mereka.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar