Setiap
orang terlahir dengan perannya masing-masing. Dan yang paling utama adalah
peran dalam keluarga. Karena peran dalam keluarga ini adalah pondasi, ketika ia
keluar kalau pondasinya kuat maka tak akan mudah goyah.
Keluarga
kami pun terus belajar untuk menerapkan peran masing-masing, agar harmonisasi
keluarga terus terjaga. Kami memahaminya sebagai peran primer dan peran
sekunder. Peran primer seperti ayah sebagai kepala rumah tangga, tentu tak akan
tergantikan selama ayah masih ada. Sedang peran sekunder adalah lebi pada
pembagian tugas di rumah. Seperti juga peran primer, peran sekunder ini
mempunyai peran sangat penting. Kami menyebutnya peran sekunder ini adalah
tugas di rumah.
Pembagian
peran atau tugas sekunder ini bisa melalui musyawarah bersama anggota keluarga.
Tak selamanya memasak itu peran ibu yang tak tergantikan, suatu ketika bisa
jadi ayah yang memasak. Ini tergantung kesepakatan. Mengantar anak sekolah
ataupun menjemputnya juga tidak selalu peran ayah, bisa juga ibu namun sekali
lagi tergantung kesepakatan bersama.
Seperti
di rumah kami, pembagian peran atau tugas yang dilakukan berdasarkan
kesepakatan di musyawarah keluarga adalah hal yang wajib kami patuhi. Meskipun dalam
perjalanannya dipastikan ada ketidaktertiban dalam pelaksanaan. Akan tetapi
karena ini sebuah keputusan maka harus berusaha mengerjakan, tapi jika memang
benar-benar tidak bisa maka harus dikomunikasikan.
Saat
ini di rumah kami yang bertugas memasak adalah ayah, maka untuk membantu ayah
mudah dan hemat waktu dalam memasak ketika akhir pekan bunda membuatkan bumbu
dasar. Karena penghuni di rumah sudah kadung
selera lidahnya masakan bunda. Ditambah lagi Ayah mempunyai peran atau tugas
memandikan si bungsu, tentu ini membutuhkan waktu yang tidak sedikit, kadang
waktunya mandi si bungsu masih lari kesana kemari. Dan tugas selanjutnya adalah
menyiapkan kendaraan ayah-bunda untuk berangkat kerja dan juga menyiram bunga serta
sayuran di sekitar rumah.
Sedangkan
bunda, selama daring ini tugas utama adalah mendampingi belajar anak-anak dan
memastikan tugas serta ulangannya terkirim semua. Selain itu mendampingi
anak-anak dalam mengaji dengan mentahsin
tilawahnya serta murojaah hafalannya.
Tugas lainnya adalah merapikan seluruh isi rumah yang tidak menjadi tugas
anak-anak.
Si
kembar memiliki peran utama yaitu merapikan kamar sehabis tidur. Berikutnya adalah
mengangkat cucian ke lantai dua, kemudian mencucinya serta menjemurnya juga. Selain
itu mereka memiliki peran memastikan lantainya bersih serta menyiram sayur dan
bunga dilantai 2.
Sedangkan
si Sholih yang masih TK memiliki peran sederhana, namun tetap kami ajak
berperan agar dia terbiasa dan kemandiriannya terbentuk sejak dini. Dia berperang
menata dan merapikan sandal-sepatu, menyiram
bunga di garasi serta memberi makan ikan di ember.
Peran-peran
ini tentunya mudah dilakukan dikala hati sedang gembira, namun dikala hati sedang
dirundung kemalasan tentu tidak akan berjalan dengan lancar. Terutama anak-anak,
mereka masih harus sering diingatkan agar menyelesaikan tugas atau perannya
dengan baik. Agar tidak mudah bosan biasanya dua pekan sekali kami evaluasi, dan
bisa berganti peran atau tugas agar tidak bosan. Kami merasa sebenarnya
melibatkan anak-anak dalam pengerjaan tugas rumah tangga ini berat, kesuwen Bahasa jawanya (kelamaan). Namun
karena kami ingin membangun anak-anak bukan mengurus anak-anak, meskipun berat
kami ikutsertakan mereka bersama dalam tugas ini. Sebenarnya kami sangat bisa
melakukan sendiri, namun membersamai mereka dalam practicle life adalah hal
penting yang harus kami lakukan agar terbentu kemandirian mereka. Susahnya kami
hari ini insya Allah akan kami petik hasilnya saat mereka dewasa, sedangkan
jika apa-apa kami laukan sendiri maka kerepotan kami akan petik juga saat
mereka dewasa. Begitu nasehat bang Aad seorang pakar parenting.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar