Senin, 15 Februari 2016

hijrah dan perubahan

HIJRAH ADALAH PERUBAHAN
Tidak terasa waktu bergulir begitu cepat. Betapa singkatnya proses perputaran, pergiliran dan perguliran waktu. Serasa baru kemarin kita berada di tahun baru ternyata kini kita tiba pada awal tahun baru  Hijriah lagi.
Hijrah adalah sebuah keniscayaan. Karena didalamnya mengandung sebuah dinamika. Dan Islam menghendaki umatnya untuk hidup dinamis, agar mereka mampu mengantisipasi segala bentuk perubahan yang terjadi disekitarnya. Secara bahasa hijrah berarti meninggalkan dan berpindah. Yaitu perpindahan dan perubahan yang dilakukan dengan meninggalkan suatu tempat ke tempat lain atau dari suatu kondisi kepada kondisi lain yang lebih baik.
Bagaimana bentuk hijrah zaman rosululloh dan implementasi untuk zaman sekarang?
Bentuk hijrah yang pertama adalah hijrah makaniyah atau hijrah tempat dan ruang. Hijrah jenis ini telah dilakukan kaum muhajirin yaitu penduduk Makkah generasi pertama umat ini, sebagai tuntutan untuk melakukan perubahan disamping untuk menyelamatkan aqidah dan ‘ibadah mereka dari penindasan orang-orang kafir dan musyrik. Sesudah kota Makkah menjadi bagian negri Islam maka hijrah jenis ini untuk muslimin penduduk Makkah dihentikan. Ia tetap berlaku untuk kaum muslimin di tempat dan waktu sesuai dengan kebutuhan dan tingkat urgensinya. Bagaimana dengan hijrah maknawiyah zaman sekarang ini? apakah masih diperlukan?. Yup...Manakala seorang muslim yang baik qodarulloh terlahir di sebuah tempat dengan kondisi masyarakat yang minoritas islam, atau islam namun akhlaknya masih jauh dari nilai-nilai islam. Maka pilihannya adalah jikalau mereka belum mampu mengajak sekitarnya kembali kenilai-nilai islam dan kawatir akan leburnya dia ke kubang kemaksiatan dan kekufuran maka sebaiknya hijrah menjadi alternatif untuk menyelamatkan akidah dan akhlak keluarganya.
Bentuk yang kedua adalah hijrah ma’nawiah atau hijrah sisi intelektual, spiritual, sikap dan prilaku. Hijrah sebagai bukti komitmen seseorang kepada Islam yang tidak mengenal waktu dan ruang. Karena islam sarat dengan perjuangan, maka hijrahpun perlu diperjuangkan dengan landasan niat yang kuat. Mulai dengan perubahan dan penataan wawasan pemikiran seorang muslim, kejiwaan sampai moralnya menuju terbentuknya "syakhshiyah" atau keperibadian Islami. Oleh karena itu tidak heran jika setelah hijrah banyak sekali para sahabat yang memiliki kepribadian unggul nan mengagumkan. Perubahan mindset benar-benar terjadi secara totalitas pada diri seluruh umat Islam kala itu.

Kata hijrah kini sudah mulai sering kita dengarkan tidak hanya ketika momen pergantian tahun hijriah saja, misalnya hijrah seorang artis. Yang mana sebelumnya dia berkubang di kehidupan hingar bingar, namun setelah mendapatkan hidayah akhirnya meminimalisir atau berhenti sama sekali dari dunia artis dengan meniti jalan islam secara kaafah.
Hijrah juga sering kita dengar manakala seorang pecandu narkoba bangkit dari keterpurukan candunya menuju sebuah perjuangan untuk meninggalkannya. Adapula hijrah juga sering menjadi pilihan kata yang tepat ketika seseorang meninggalkan perilaku buruk kemudian beralih menuju perjuangan kembali ke nilai-nilai islam. Hijrah juga sering dipakai seseorang yang sebelumnya berkubang dalam pergaulan yang bebas menuju pergaulan yang disyaratkan dalam syariat islam, misal tidak lagi pacaran dan menjauhi kehidupan bebas.
Bagi seorang pemuda, momentum hijrah tak boleh dilewatkan begitu saja. Bukan pada maknanya peringatan pergantian tahunnya saja, yang meskipun riuh ramainya masih kalah semarak dengan tahun baru Masehi. Tapi seharusnya pergantian tahun baru Islam menjadi sebuah momen muhasabah bagi kita sebagai umat muslim karena pada tahun tersebut tersimpan makna historis yang dilakukan oleh Rasulullah SAW dan para sahabat. Sebuah peristiwa “hijrah” yang membawa perubahan bagi seluruh tatanan kehidupan masyarakat jahilliyah pada saat itu. Karena yang dikawatirkan adalah jika tidak ada perubahan ini maka kita akan merugi sebagaimana dalam firman Allah berfirman : “Demi massa, merugilah orang-orang yang melalaikan waktu” (QS.Al-‘Asr :1-2).
DR. Yusuf Al-Qardhawi dalam kitabnya, Al-Waktu fii Hayaatil Muslim mengatakan, bila orang melewati suatu hari dalam hidupnya tanpa ada satu hak yang ia tuntaskan atau suatu fardhu yang ia lakukan, atau kemuliaan yang ia wariskan, atau ilmu yang ia dapatkan, maka sungguh-sungguh ia telah menganiaya dirinya sendiri. Ketidakmampuan kita memahami sekaligus mewujudkan makna terpenting Hijrah dalam realitas kehidupan saat ini hanya akan menjadikan datangnya Tahun Baru Hijrah tidak memberikan makna apa-apa bagi kita, selain rutinitas pergantian tahun. Ini tentu tidak kita inginkan.

Oleh karena itu sobat muda sekalian momentum hijrah tahun ini hendaknya benar-benar kita maknai sebagai media perubahan diri yang maksimal dalam penyempurnaan iman dan ketakwaan kita kepada Allah Ta’ala. Sebab, jika tidak, boleh jadi kita merasa biasa saja dalam hidup ini. Seolah telah menjadi baik, padahal belum. Sekali lagi Momentum hijrah ini adalah media yang tepat untuk mendata secara mendetail siapa sebenarnya diri kita. Apakah yang paling kita cintai dalam hidup ini, apakah yang paling sering kita pikirkan dalam hidup ini, dan apa yang sebenarnya ingin kita raih dalam kehidupan dunia ini. dan agar hijrah ini memang benar-benar sebuah perubahan. wallohu alam bisshowab.

generasi muda yang merdeka

GENERASI MUDA YANG  MERDEKA
Merdeka!!!!. 17 Agustus merupakan tonggak sejarah penting untuk negara indonesia, bebas dari penjajahan. Kini usia kemerdekaan itu sudah mencapai 70 tahun, ibarat manusia usia ini adalah usia yang cukup matang bahkan bisa dibilang usia senja.
Sejarah mencatat bahwa peran generasi muda sebagai pilar dan motor perjuangan demi membebaskan negeri ini begitu luar biasa.
 Bagaimana sih perannya? Dulu pemuda berperan aktif sebagai ujung tombak untuk membebaskan Bangsa Indonesia  dari belenggu para penjajah dan menjadikannya sebagai bangsa yang merdeka, bersatu, dan berdaulat. Di mulai dari Budi Utomo tahun 1908, Sumpah pemuda tahun 1928, dan Proklamasi Kemerdekaan tahun 1945. Nah, Begitu juga di era setelah kemerdekaan seperti sekarang ini peran itu masih sangat diperlukan, pemuda khususnya pelajar dan mahasiswa mempunyai fungsi dan peran yang strategis  dalam hal pembaharuan dan pembangunan bangsa.
Bagaimana caranya? Untuk meningkatkan potensi dan peran para pemuda  di perlukan kesadaran diri dari individu itu sendiri, salah satunya menunjukkan semangat dan sikap bela negara dimana tidak  dilakukan melalui peperangan melawan penjajah, tapi peperangan itu lebih pada kesiapan pemuda melawan perilaku-perilaku amoral yang tdak sesuai dengan kerangka ideologis dan konstitusional bangsa indonesia dalam mengisi kemerdekaan indonesia. Banyak kegiatan atau kegiatan ekstrakurikuler bagi pelajar dan mahasiswa yang menumbuhkan sikap bela negara ini yaitu ekstra pramuka, paskib, PMR dsb. Sedangkan mahasiswa juga dapat mengikuti UKM Menwa, pecinta Alam dsb.

Mari kita sejenak melihat kondisi bangsa kita sekarang, ada beberapa indikator bahwa sebagian kalangan pemuda di negeri ini telah mengalami penurunan kesadaran akan pentingnya bela Negara. Hal tersebut bisa kita lihat dari kebiasaan pemuda yang lebih bangga dengan budaya atau simbol-simbol bangsa lain dan tidak bangga dengan budaya bangsa sendiri. Seperti memakai produk-produk fashion, kosmetik, bahkan makanan pun bangga jika itu punya negara lain. Wah!. Ada juga generasi muda saat ini lebih cenderung meninggalkan nilai-nilai budaya bangsa atau adat ketimuran dengan memamerkan ciri  westernisasi karena mereka salh mengartikan makna dari kemerdekaan (re. Kebebasan) itu sendiri seperti perilaku nge-drug, clubbing, free-sex, LGBT dan lain sebagainya dan kondisi ini diperparah dengan minimnya kesadaran sosial dan perhatian kepada sesama yang ditunjukkan dengan semakin individualisnya pemuda itu sendiri di tengah-tengah masyarakat. Padahal banyak lho persoalan-persoalan masyarakat yang membutuhkan peranan kita sebagai generasi muda untuk membantu memediasi masyarakat agar keluar dari himpitan masalah, baik itu masalah sosial, ekonomi dan politik. Atau paling tidak kita tidak ikut menambahi daftar panjang permasalahn negeri ini.
Dahulu Peringatan hari kemerdekaan cukup meriah dan seru. Peringatan 17 an begitu ditandai dengan adanya menghias rumah dengan pernak-pernik 17 an, lomba-lomba seperti: lomba kelereng, makan krupuk, panjat pinang, dan lain sebagainya dan ini hampir disetiap daerah di negeri ini menyelenggarakannya. Seru ya!  Paling tidak mengingatkan anak-anak zaman itu kalau ada lomba berarti sedang peringatan 17 an. Nah, Bagaimana dengan sekarang, wah sepertinya sudah jarang kita temui. Meskipun kita tahu bahwa makna kemerdekaan bukan sekedar euforia saja, bukan pula momen buat para pemuda untuk mengekspresikan jiwa nya sebebas-bebasnya tanpa dibarengi tanggung jawab. tapi merupakan momen yang tepat bagi kita semua untuk mengingat jasa-jasa para pahlawan yang telah mempertaruhkan jiwa dan raga mereka demi merebut kemerdekaan Indonesia kembali. Keberanian para pahlawan harus dapat dijadikan inspirasi bagi generasi penerus bangsa yaitu pemuda. “Beri aku sepuluh pemuda maka akan ku guncangkan dunia”, seperti perkataan yang disampaikan founding father presiden pertama Indonesia. Sebagai generasi muda penerus bangsa kita berkewajiban untuk menjaga bangsa kita supaya tidak dijajah lagi oleh penjajah. Bagaimana caranya?  Tentu para generasi muda tidak perlu berperang mempertaruhkan nyawa seperti pahlawan terdahulu melawan penjajah tapi kini keberanian dan semangat para pahlawanlah yang patut kita contoh untuk membangun dan menjaga bangsa kita dengan cara mengukir prestasi gemilang yang membanggakan negeri ini dan tidak dipandang sebelah mata oleh bangsa lain.
Dirgahayu Rebuplik Indonesia. Semoga perjalanan panjangmu semakin memiliki makna bagi kemajuan negeri tercinta ini dan semakin berjaya dengan peran para pemuda yang senantiasa berkarya. Dan kami para pemuda pun dapat menjadi generasi muda yag merdeka, yang bisa meneruskan cita-cita pahlawan dan membawa negeri ini menjadi negeri bermartabat dengan bekal prestasi gemilang diliputi kreativitas dan inovasi tinggi, serta kritis, idealis, progresif, dan dinamis. Wallohua’lam bishowab.
Bunda Nisa, Guru, penulis
aktif di LPP Generasi Bangsa

www.goresanpenakebaikan.blogspot.com

semangat muda keluarga ibrahim

SEMANGAT MUDA KELUARGA IBRAHIM

Setiap kali memasuki hari Raya Idhul Adha, kita tidak pernah lupa kisah manusia agung yang diutus oleh Alloh SWT untuk menjadi Nabi dan Rasul, yakni Nabi Ibrahim as beserta keluarganya, Hajar dan Ismail as. Keagungan pribadinya membuat kita, bahkan Nabi Muhammad Saw, mengambil keteladanan darinya. Allah SWT berfirman:
“Sesungguhnya telah ada suri teladan yang baik bagimu pada Ibrahim dan orang-orang yang bersamanya”.  (QS Al-Mumtahanah: 4).
Keluarga Nabi Ibrahim ‘alaihi salam adalah keluarga fenomenal, sejarah menjadi saksi karya-karya besar mereka. Bangunan Ka’bah yang saat ini berdiri kokoh merupakan hasil karya Nabi Ibrahim as dan putranya, sumur zam zam yang begitu mendunia awalnya berasal dari hasil kerja keras Siti Hajar mencari air untuk Nabi Ismail yang masih bayi. Bukan hanya itu, bahkan seluruh rangkaian manasik haji merupakan representasi dari gerak dinamis Nabi Ibrahim dan keluarganya dalam menjalankan perintah Allah SWT. Lontar jumrah merupakan visualisasi dari upaya Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail untuk mengusir syaithan yang menggoda mereka, sai antara safa dan marwa merupakan representasi dari usaha Siti Hajar untuk mencari air bagi putranya. Pertanyaannya adalah mengapa harus dari keluarga Nabi Ibrahim? Apa rahasia kehebatan keluarga ini sehingga Allah SWT mengabadikan kisah mereka bukan hanya dalam al qur’an tapi juga melalui perayaan salah satu diantara 2 hari besar Islam.
Dari sekian banyak hal yang harus kita teladani dari Nabi Ibrahim beserta keluarga dan dari pelaksanaan ibadah haji yang sedang berlangsung di Tanah Suci, Makkah al-Mukarramah, paling tidak ada ada empat pelajaran yang sangat penting.

Pertama, Ibrahim Pemuda yang Sholih

Sejak Usia dini Ibrahim as sudah menunjuukan kesholihannya, ketika beranjak semakin tua, kerinduannya pada generasi pelanjut perjuangan menjadi semakin besar dan iapun terus berdoa agar Allah SWT menganugerahkan kepadanya keturunan yang shalih. Belajar dari profil kehidupan Nabi Ibrahim as membuat kita harus memberikan perhatian yang lebih besar terhadap semangat ketekunan yang kesinambungan generasi shalih yang dapat memperjuangkan tegaknya nilai-nilai kebenaran. Bagaimana dengan kondisi pemuda saat ini? Kasus-kasus perzinaan, pemerkosaan, pembunuhan, perkelahian, pencurian, narkoba, Aborsi hingga AIDS, dan berbagai kasus kriminal lainnya adalah kasus-kasus yang banyak dilakukan oleh generasi muda. Sungguh memprihatinkan bukan?
Untuk bisa melahirkan anak yang shalih, tentu harus dimulai dari pemilihan pasangan. Bagaimana bisa mendapatkan keturunan sholih jika dalam proses pernikahan suci sudah ternoda dulu dengan hal-hal berbau kemaksiatan? Naudzubillah . Selain itu mendidik anak sesuai dengan metode yang dicontohkan para Nabi dan slafussholih berikut keteladanan yang baik adalah salah satu membentuk pribadi sholih generasi mendatang.

Kedua, Visioner
Nabi  Ibrahim sangat visioner dalam memandang sebuah cita-cita perjuangan menegakkan Tauhid.  Beliau  dan keluarga terus menerus berdo’a untuk mendapatkan keturunan yang sholeh. Hal ini tidak lain dan tidak bukan adalah karena beliau punya batas umur, maka keinginan keturunan adalah bukan pewarisan harta tapi pewarisan kalimat tauhid yang harus disampaikan kepada manusia. Sejarah pun menjadi saksi bahwa berabad- abad kemudian, Allah SWT memilih  Nabi Muhammad SAW sebagai penyempurna risalah, tepat 61 generasi dibawah garis keturunan Ismail.

Ketiga, selalu istiqamah.
Sosok Nabi Ibrahim as dan keluarganya memberikan pelajaran kepada kita semua akan keharusan mempertahankan dan memperkokoh jati diri sebagai seorang pemuda yang beriman yang selalu berusaha untuk berada pada jalan hidup yang benar, apapun tantangan, keadaan dan bagaimanapun situasi serta kondisinya. Kondisi kekinian tentunya berbeda dengan kondisi Nabi Ibrahim dulu Dalam sejarah beliau menghancurkan berhala-berhala yang biasa disembah oleh masyarakat di sekitarnya, saat itu Ibrahim adalah seorang Pemuda, hal ini tercermin dalam firman Allah SWT yang menceritakan soal ini:

“Maka Ibrahim membuat berhala-berhala itu hancur berpotong-potong, kecuali yang terbesar dari patung-patung yang lain, agar mereka kembali (untuk bertanya) kepadanya. Mereka berkata: Siapakah yang melakukan perbuatan ini terhadap tuhan-tuhan kami, sesungguhnya dia termasuk orang-orang yang zalim”. Mereka berkata: Kami dengar ada seorang pemuda yang mencela berhala-berhala ini, namanya Ibrahim”. (QS Al-Anbiya’: 58-60).
Kepribadian nan kokoh ditunjukkan oleh Nabi Ibrahim as tidak hanya saat ia masih muda belia saja tapi pada saat peristiwa yang amat menakjubkan, saat Ibrahim diperintah oleh Allah SWT untuk menyembelih anaknya Ismail, saat itu Ibrahim sudah sangat tua, sedangkan Ismail adalah anak yang sangat didambakan sejak lama. Maka Ibrahim pun melaksanakan perintah Allah SWT yang terasa lebih berat dari sekedar menghancurkan berhala-berhala di masa mudanya. Ini menunjukkan kepada kita bahwa Ibrahim memiliki idealisme dari muda sampai tua.
Dalam kehidupan kita sekarang, kita dapati banyak orang yang tidak mampu mempertahankan idealisme atau dengan kata lain tidak istiqomah sehingga apa yang dahulu diucapkan tidak tercermin dalam langkah dan kebijakan hidup yang ditempuhnya, apalagi bila hal itu dilakukan karena terpengaruh oleh sikap dan prilaku orang lain yang tidak baik.

Keempat, waspada Oleh Hasutan syaitan.
Dari sekian banyak hikmah dari kehidupan Nabi Ibrahim dan keluarganya serta dari ibadah haji yang dilaksanakan oleh kaum muslimin adalah terkait dengan mengusir syetan. Hal ini karena ketika manusia ingin menjadi muslim yang sejati, kendala besar yang akan dihadapinya adalah godaan-godaan syaitan. Karena itu, Allah SWT berfirman:
“Hai orang-orang yang beriman, masuklah kamu ke dalam Islam secara keseluruhan dan janganlah kamu mengikuti langkah-langkah syaitan, sesungguhnya syaitan itu musuh yang nyata bagimu”.  (QS Al-Baqarah: 208)
Ibrahim, Hajar dan Ismail berusaha mengusir syaitan melempari dengan batu yang kemudian dilambangkan dalam ibadah haji dengan melontar jumroh. Sebagai generasi muda kewaspadaan dan perlawanan kita terhadap godaan syaitan harus selalu membara. Bagaimana tidak kehidupan saat ini begitu banyak aktivitas generasi muda kita yang sangat mudah dijerumuskan oleh syetan, berkembangnya teknologi masa kini dengan segala pernak pernik media pendukungnya menjadi semakin mudah untuk mengakses pertemanan yang tidak baik berikut juga pornografi dsb.
 Oleh karena itu generasi Berkualitas akan lahir dari keluarga yang berkualitas
Tidak bisa kita pungkiri lagi bahwa Keluarga Nabi Ibrahim ‘Alayhi Salam adalah keluarga teladan yang layak kita jadikan panutan, potret keluarga yang segala aktivitasnya selalu berlandaskan pada ketaatan pada perintah.
“Dan ingatlah ketika Ibrahim berpesan kepada anak-anaknya, begitu pula nabi Ya’qub: ‘Wahai anak-anakku sesungguhnya Allah telah memilih untuk kamu agama (Islam) ini, maka janganlah kalian mati kecuali kalian benar-benar menjadi orang Islam”. (Al-Baqarah: 132).
Semoga kita mampu meneadaninya.
Wallohu a’lam bishowab


Sabtu, 25 Juli 2015

SEMOGA BUKAN RAMADHAN TERAKHIR
Hari-hari ini adalah hari terakhir kita berjumpa dengan bulan ramadhan. Bak seorang tamu ia akan segera berpamitan untuk meninggalkan rumah kita. Dan kita tidak tahu apakah tahun depan atau 2 sampai 3 tahun saat ia kembali kita masih bisa menjumpainya. Ia akan segera berlayar meninggalkan kita. Tentu  ada pertanyaan yang menghantui jiwa kita, masihkah kita hidup ramadhan tahun depan? Masihkan kita bisa sujud untuk terawih di masjid bersama keluarga, sanak saudara dan para tetangga?. Masihkan kita punya umur untuk membersihkan jiwa kita dengan zakat fitrah atau membersihkan harta kita dengan zakat maal. Atau jika kita masih diberi kesempatan bernafas dan bertemu dengan bulan ramadhan tahun depan, terus bagaimana dengan keluarga, sanak saudara, atau teman yang kita cintai. Masihkan mereka bersama kita menghidupkan kebaikan ramadhan? Semoga bukan yang terakhir pula perjumaan mereka dngan ramadhan tahun ini.
Harus nya ketika tamu datang kita memberikan pelayanan terbaik, karena tamu adalah raja. Kita suguhkan makanan dan minuman terbaik yang kita punya. Kalaupun kita tidak punya maka kita usahakan untuk memberikan yang terbaik. Seperti juga tamu ramadhan, harusnya kualitas dan kuantitas amalan kita harus layak dan pantas. Sehingga kitapun pantas dan layak untuk mendapatkan ‘afwu yaitu terhapusnya catatan buruk kita dari buku catatan amal kita serta derajat takwa dan puncaknya adalah terbebasnya dari api neraka. Karena itu adalah kakikat puasa sesungguhnya, bukan sekedar menahan lapar dan dahaga atau gembira karena setelah puasa ada hari raya.
Sayangnya di akhir ramadhan ini Masjid atau musholla yang awalnya penuh dengan jamaah untuk ibadah wajib atau menghidupkan sunnah bulan ramadhan seperti sholat terawih, tadarus dan lain sebagainya, kini shof nya makin menipis. Hal ini sangat kontras dengan pasar atau pusat perbelanjaan yang makin hari makin penuh dengan lautan manusia yang mencari sesuatu untuk kebutuhan lebaran. Tak bisa dipungkiri awal ramadhan kebanyakan kita sangat semangat beribadah, seiring dengan berjalannya waktu makin hari makin mengalami penurunan.
 Kesempatan emas ini tidak boleh kita lewatkan begitu saja meski kita sudah memasuki penghujung ramadhan.  Karena ada satu malam yaitu malam lailatul qodr dimana nilainya lebih baik dari 1000 bulan atau sekitar 83 tahun dari kebanyakan hadist adanya di sepuluh hari terakhir dan terutama dimalam-malam ganjil. Hidup kita saja belum tentu selama itu. Makanya kesempatan ini tak boleh kita sia-siakan. Tentu kita harus belajar pada yang pernah dilakukan oleh Rosul tercinta kita ketika memasuki hari-hari akhir ramadhan. Beliau, Nabi Muhammad SAW mengingatkan kita untuk menghidupkan malam-malamnya dengan beribadah. “Rosululloh SAW ketika memasuki 10 hari terakhir, beliau menghidupkan malamnya, membangunkan keluarganya dan mengencangkan ikat pinggangnya.”(HR.Bukhori Muslim).
 Selain itu Nabi SAW juga sangat sedih ketika memasuki detik-detik  terakhir ramadhan. Lantas bagaimana dengan kita? Alangkah celakanya kita jika memasuki akhir ramadhan malah kita merasa bahagia karena sebentar lagi kita bisa bebas berbuka di siang hari, dan saat ramadhan kita berusaha mati-matian menahan hawa nafsu maka saat ramadhan berakhir kita lepas kontrol begitu saja. Belum lagi pikiran dan tenaga kita dipenuhi persiapan menyambut lebaran yang kadang berlebihan atau menyalahartikan esensi idul fitri itu sendiri. Padahal esensinya idul fitri tidak serumit yang kita bayangkan, ketika kita sudah dengan sekuat tenaga ingin mendapatkan ampunan Alloh dengan amal ibadah terbaik kita maka saat idul fitri saatnya mendapatkan maaf dari sesama entah dengan cara silaturahim fisik atau yang lainnya.

Agar dipenghujung ramadhan ini kita berpisah dengan perpisahan terbaik  mari kita berdoa kepada Alloh SWT agar menerima segala bentuk amal ibadah yang kita lakukan selama ramadhan. Semoga amalan-amalan terbaik kita dibulan ini adalah bekal  kita untuk  melakukan perbaikan diri, keluarga, serta umat islam juga negara dan bangsa ini. Dan semoga pula Alloh memberikan keberkahan usia buntuk kita bisa berjumpa dengan ramadhan tahun depan dan tidak menjadikannya ramadhan tahun ini ramadhan terakhir untuk kita dan keluarga kita tercinta. Amien 

Artikel untuk radar moker 16 juli 2015

Senin, 22 Juni 2015

kisah unik

BERHELM JILBAB
Naik sepeda motor tentu tak lengkap tanpa memakai helm. Dan buat saya pakai helm selain untuk keselamatan adalah untuk menjaga posisi jilbab agar tetap rapi. Saat kami keluar bareng bersama suami dan anak-anak maka adalah hal yang biasa  suami memakaikan helm karena saya harus gendong para krucils (red. anak-anak). Pada suatu hari suami mengantar saya dan anak-anak kerumah salah satu teman untuk rapat program pekanan, nah seperti biasa pula beliau menyiapkan helm untuk dipakaikan ke kepala saya. Setelah sampai ditujuan maka seperti biasa pula saya bawa helmnya dan saya taruh tak jauh dari saya duduk atau saya taruh di kursi rumah teman tempat acara rapat. Rapatpun dimulai dengan serunya karena selain ramenya acara rapat kami juga umek ( red sibuk) dengan anak-anak kami masing-masing maklum karena rata-rata dari kami masih usia produktif makanya membawa anak-anak adalah hal yang mesti kami lakukan.
Setelah hampir 3 jam rapatpun usai seperti biasa suami selalu ontime dalam masalah penjemputan. Kata seorang teman di rapat” kalo pak Dani datang berarti rapat sudah harus diakhiri karena selalu ontime”. Seperti biasa pula suami sms sudah didepan( depan rumah teman saya). Nah biasanya kalo sudah di sms gitu alhasil saya pun harus segera menyiapkan anak-anak agar siap di ajak pulang, ya tas nya jilbab nya dan barang bawaannya kadang buku atau mainan lainnya. Begitu juga dengan bawaan sendiri. Terbayang ribetnya kalo mereka masih mau main atau barang-barangnya ada disana sini. Nah biasanya kalo lama ndak muncul dari pintu pasti suami sms lagi.
Setelah saya pastikan semua siap dan saya menggendong salah satunya maka kamipun berpamitan pulang. Karena hari itu teman-teman pada ribet dengan persiapan pulang mereka masing-masing maka tak ada yang mengingatkan barang bawaan saya. Setelah itu sayapun lanjut menaiki sepeda yang sudah siap tancap gas. Sepedapun melaju tak terlalu cepat, rasanya saya merasakan kesejukan luar biasa ditambah enteng pula kepala saya. Setelah sampai diperempatan besar dan lampu merah saya coba iseng lihat di spion.” Oh No......abiii mana helmku? Teriakku.” Lho dari tadi ndak pakai helm?” tanya nya. “Kukira sudah pakai helm bi ternyata helmnya helm jilbab aja”. Lampu merah pun berganti hijau otomatis suami harus konsentrasi nyetir lagi karena sudah banyak yang antri melaju di belakang kami. “Hem...bi kalo ketemu polisi gimana? Boleh ga bilang sudah berhelm pak helm jilbab.” Hem rasanya ga mungkin berani jawab itu.” Jawabku enteng. Mau balik tidak mungkin karena hari sudah malam. Al hasil sayapun tak berhelm sampai dirumah padahal hal ini sepanjang ingat sangat tidak mungkin saya lakukan.

disampaikan di majalah ummi


SPIRITUALITAS RAMADHAN MULIA MENUJU IDUL FITRI NAN SUCI

Dulu ketika memasuki ramadhan coba kita lihat tempat manakah yang penuh? Masjid... yup benar masjid. Terus selanjutnya tempat manakah yang penuh? pusat perbelanjaan nah itu juga betul. Bagaimana di tengah dan akhir ramadhan? Shof masjid sudah mulai berkurang. Pada kemana para jamaahnya? sebagian besar mereka bepindah shof di pusat perbelanjaan. Nah... Termasuk para pemudanya ikut riweh mempersiapkan logistik puasa dan lebaran, kelupaan mempersiapkan bahwa kenaikan kelas kita akhir dari ramadhan ini adalah derajat taqwa.
Seharusnya ramadhan adalah momentum utama menuju perbaikan umat. Termasuk kalangan pemuda. Ramadhan merupakan puncak spirituaitas dalam setiap tahunnya. Ia datang dan pergi membawa rahmat, berkah dan ampunan. Namun tak semua orang mendapatkannya karena kurangnya persiapan menyambutnya atau bahkan mengisinya dengan hal biasa. Sayang sekali, padahal dibulan ini begitu banyak tarbiyah (pendidikan) yang bisa kita ambil dan manfaatkan untuk kehidupan kita mendatang.
Esensi spiritualitas ramadhan bagi seorang pemuda adalah memberikan santapan rohani dengan ibadah ritual dan sosial untuk membentuk qolbun salim (hati yang bersih) Selain itu esensinya juga mengurangi kemaksiatan dengan tidak menuruti hawa nafsu. Ini penting buat para pemuda dalam hal ini mahasiswa atau pelajar, kenapa? Karena godaan untuk tetap berbuat maksiat masih saja ada padahal bulan ini syetan dibelenggu. Apa tujuan di belenggu?  agar tidak membisik-bisikan kejahatan kepada orang-orang yang berpuasa. Dan tanda-tandanya adalah banyaknya orang-orang yang tenggelam didalam kemaksiatan kembali bertaubat kepada Allah swt. Adapun apa yang terjadi sebaliknya pada sebagian manusia karena pengaruh-pengaruh dari bujuk rayu setan yang telah tenggelam didalam jiwa-jiwa orang-orang pelaku kejahatan serta menghujam didalamnya. Makanya masih saja kita menyaksikan pemuda pemudi yang masih asyik berdua-duan dengan lawan jenis (red.pacaran), nonton film tidak mendidik, nge- pub dsb.
Bagi seorang pemuda esensi dari ramadhan bukanlah sekedar kumpul bareng (kong kow-kongow) untuk ngabuburit-lah, buber-lah atau JJP (jalan-jalan pagi) dan JJS (jalan-jalan sore) mengisi waktu dengan ngemall, ngegame, mantengin tv terus sambil nunggu bedug. Ramadhan adalah bulan produktif, harusnya bagi yng muda yang produktif didisi dengan target-target yang luar biasa seperti tadarus  bareng, taraweh bareng, sedekah bareng, bagi takjil bareng dsb. Serba bareng sukanya para pemuda masa kini.
Padahal ramadhan hanyalah satu bulan, kini kita sudah benar-benar dipenghujungnya. Akankah kita menyesal telah melewatkan hari-hari ramadhan begitu saja, bagi sebagian pemuda yaitu pelajar dan juga mahasiswa ramadhan tahun ini adalah liburan ramadhan terpanjang dibandingkan tahun-tahun sebelumnya. Sudahkah dilewatkan dengan suka cita amal berkualitas dan berkuantitas? Jangan-jangan masih belum optimal mengisi hari-hari penuh kebarokahan ini. Meskipun masih muda tak pernah tahukan kapan umur kita ini selesai kontraknya?  Padahal, masih banyak file-file kesalahan yang belum kita delete dari memori catatan Malaikat. Mungkin juga masih banyak janji-janji kebaikan yang belum kita tunaikan, padahal itu pemberat timbangan kebaikan kita. Tentunya kita masih berharap akan berjumpa dengan ramadhan selanjutnya, dan tidak berharap ini adalah ramadhan terkhir kita.

Lebaran atau idul fitri sebagai bulan pelebur dosa sudah didepan mata, setelah hablu minalloh nya kita maksimalkan di bulan ramadhan, maka saatnya di hari nan ftri ini adalah saat terbaik melebur dosa dengan hablu minannas nya.  File kesalahan dengan manusia tak kan terhapskan manakala kita belum saling ridho untuk memaafkan. Sudah selayaknya yang muda yang mendahului meminta maaf  ke teman, orang tua, saudara para ustadz, para guru dan yang lainnya. Dan senantiasa terpancang semangat untuk meneruskan kebaikan ramadhan dan eit....jangan sampai hari nan fitri kita mulai dengan lembar kesalahan lagi – kesalahan lagi sehingga rapot kita penuh dengan angka kejelekan dibawah standar kelulusan masuk syurga. naudzubillah

Rabu, 20 Mei 2015

PEMUDA DAN MOMENTUM KEBANGKITAN


       
Pemuda merupakan pilar kebangkitan
Dalam setiap kebangkitan
Pemuda adalah rahasia kekuatannya
Dalam setiap fikrah,
Pemuda adalah pengibar panji-panjinya
(HASAN AL BANNA)

                                                 



                     http://www.slideshare.net/hattasyamsuddin/pemudadankebangkitaislam

SEMANGAT MUDA....!!!!! Konon Kebangkitan Nasional adalah merupakan masa bangkitnya semangat nasionalisme, persatuan, kesatuan, dan kesadaran untuk memperjuangkan kemerdekaan Negara Indonesia, yang sebelumnya tidak pernah muncul selama penjajahan 350 tahun oleh Negara Belanda. Kebangkitan Nasional ditandai dengan 2 peristiwa penting yaitu berdirinya Boedi Oetomo pada tanggal 20 Mei 1908 dan ikrar Sumpah Pemuda pada tanggal 28 Oktober 1928. Waktu seratus tahun lebih sejak tahun 1908 mestinya menjadi momentum yang tepat untuk merefleksi kembali pengalaman Indonesia dengan kebangkitan nasional relasinya dengan kaum muda pada masa kini.

Namun bagaimana dengan kebangkitan nasional kini, benarkah sesuai dengan harapan dan cita-cita para penghusungnya? harapan dalam setiap event peringatan adalah bukan ritual peringatannya, tapi lebih pada nilai edukatif dan afektif yang dapat dijadikan tauladan generasi muda masa kini. Berbicara tentang pemuda tentu tidak lepas dengan sejarah tentang perjuangan para pemuda tempo dulu yang menjadi salah satu garda terdepan dalam memperjuangkan kemerdekaan negeri ini. Mereka adalah aktor dalam membawa negeri ini untuk mendapat angin segar, mendapat pengakuan dunia akan kebebasan dari penjajah.

Merunut pada peran utama seorang pemuda adalah sebagai penjaga nilai (guardian of value), agen perubahan (agent of change) dan iron stock (pengganti generasi sebelumnya) dalam masyarakat. Selain itu pemuda  juga diharapkan punya kekhasan karakter yaitu: kritis, idealis, enerjik, dan mandiri. Bisa dibayangkan betapa majunya suatu negara jika semua pemudanya menjalankan semua peran dan mengembangkan potensinya tersebut. Sayangnya, kondisi pemuda di Indonesia sekarang ini jauh dari harapan ideal tersebut.

Mari kita lihat keadaan pemuda di Indonesia kekinian. Walaupun banyak prestasi positif yang diraih para pemuda, prestasi negatif pun tak kalah banyaknya. Bahkan sebenarnya, hal-hal negatif ini jauh lebih banyak. Banyak ragam kasus asusila pelakunya adalah pemuda,  belum lagi kasus HIV-AIDS yang terus meningkat, aborsi, pornografi,  pornoaksi, prostitusi, tawuran, dan geng motor. Selain itu gaya hidup konsumtif, permisif, dan  individualis makin lekat saja dengan keseharian para pemuda. Berburu tiket konser, menonton acara live music, dan update hal-hal yang berbau korea adalah hal-hal penting bagi para pemuda saat ini. Mudahnya mereka mengakses medsosuntuk kegiatan negatif  menambah semakin parahnya generasi muda kini. Alhasil mereka disibukkan dengan hal-hal yang semakin menjauhkan mereka memikirkan kemajuan dan kebangkitan umat dinegeri tercinta ini khususnya dan dunia pada umumnya.  

Tidak ada kata terlambat dalam sebuah perbaikan, dan  keadaan seperti ini tak boleh membuat kita lengah,terus terpuruk. Saatnya kita jadikan momentum kebangkitan ini untuk kembali menggebrak semangat para pemuda kita untik menyadari perannya kembali. Banyak kegiatan yang bisa kita dorong untuk mereka menunjukkan prestasinya dalam hal positif, dilingkungan sekolah misalnya para pemuda (red. Pelajar) diberikan wadah atau ruang untuk mengekspresikan dan mengeksplorasi energi positifnya ke kegiatan ekstrakurikuler itu yang bernuansa akademik, sport, atau nuansa reliji, sehingga mereka tidak ada waktu untuk memikirkan atau berbelok kekegiatan  negatif. Sedangkan untuk mereka yang mahasiswa sebagai kaum  elit  didorong untuk menciptakan panggung-panggung kekritisan yang lebih terarah, kemandirian yang lebih matang, kerelijiusan yang lebih mantap serta panggung panggung lainnya untuk mengeksplorasi diri dan mempersiapkan diri  untuk kepeimpinan masa depan yang lebih bermartabat. Sedangkan diluar kedua golongan itu yang masih masuk range pemuda baik itu usia biologis atau sosiologis entah itu pemuda kampung, pemuda kantor atau yang lainnya mari kita dorong mereka untuk terus berkarya, karena mereka semakin dekat dengan tampuk kepemimpinan itu. Jerih payah kita hari ini dalam mendampingi para pemuda akan kita rasakan kelak jika mereka menjadi seorang pemimpin atau paling tidak jika umur tak bersua maka akan jadi amal jariyah kita. Amin. 
By Bunda Nisa
Guru, Mompreneur