Senin, 15 Februari 2016

semangat muda keluarga ibrahim

SEMANGAT MUDA KELUARGA IBRAHIM

Setiap kali memasuki hari Raya Idhul Adha, kita tidak pernah lupa kisah manusia agung yang diutus oleh Alloh SWT untuk menjadi Nabi dan Rasul, yakni Nabi Ibrahim as beserta keluarganya, Hajar dan Ismail as. Keagungan pribadinya membuat kita, bahkan Nabi Muhammad Saw, mengambil keteladanan darinya. Allah SWT berfirman:
“Sesungguhnya telah ada suri teladan yang baik bagimu pada Ibrahim dan orang-orang yang bersamanya”.  (QS Al-Mumtahanah: 4).
Keluarga Nabi Ibrahim ‘alaihi salam adalah keluarga fenomenal, sejarah menjadi saksi karya-karya besar mereka. Bangunan Ka’bah yang saat ini berdiri kokoh merupakan hasil karya Nabi Ibrahim as dan putranya, sumur zam zam yang begitu mendunia awalnya berasal dari hasil kerja keras Siti Hajar mencari air untuk Nabi Ismail yang masih bayi. Bukan hanya itu, bahkan seluruh rangkaian manasik haji merupakan representasi dari gerak dinamis Nabi Ibrahim dan keluarganya dalam menjalankan perintah Allah SWT. Lontar jumrah merupakan visualisasi dari upaya Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail untuk mengusir syaithan yang menggoda mereka, sai antara safa dan marwa merupakan representasi dari usaha Siti Hajar untuk mencari air bagi putranya. Pertanyaannya adalah mengapa harus dari keluarga Nabi Ibrahim? Apa rahasia kehebatan keluarga ini sehingga Allah SWT mengabadikan kisah mereka bukan hanya dalam al qur’an tapi juga melalui perayaan salah satu diantara 2 hari besar Islam.
Dari sekian banyak hal yang harus kita teladani dari Nabi Ibrahim beserta keluarga dan dari pelaksanaan ibadah haji yang sedang berlangsung di Tanah Suci, Makkah al-Mukarramah, paling tidak ada ada empat pelajaran yang sangat penting.

Pertama, Ibrahim Pemuda yang Sholih

Sejak Usia dini Ibrahim as sudah menunjuukan kesholihannya, ketika beranjak semakin tua, kerinduannya pada generasi pelanjut perjuangan menjadi semakin besar dan iapun terus berdoa agar Allah SWT menganugerahkan kepadanya keturunan yang shalih. Belajar dari profil kehidupan Nabi Ibrahim as membuat kita harus memberikan perhatian yang lebih besar terhadap semangat ketekunan yang kesinambungan generasi shalih yang dapat memperjuangkan tegaknya nilai-nilai kebenaran. Bagaimana dengan kondisi pemuda saat ini? Kasus-kasus perzinaan, pemerkosaan, pembunuhan, perkelahian, pencurian, narkoba, Aborsi hingga AIDS, dan berbagai kasus kriminal lainnya adalah kasus-kasus yang banyak dilakukan oleh generasi muda. Sungguh memprihatinkan bukan?
Untuk bisa melahirkan anak yang shalih, tentu harus dimulai dari pemilihan pasangan. Bagaimana bisa mendapatkan keturunan sholih jika dalam proses pernikahan suci sudah ternoda dulu dengan hal-hal berbau kemaksiatan? Naudzubillah . Selain itu mendidik anak sesuai dengan metode yang dicontohkan para Nabi dan slafussholih berikut keteladanan yang baik adalah salah satu membentuk pribadi sholih generasi mendatang.

Kedua, Visioner
Nabi  Ibrahim sangat visioner dalam memandang sebuah cita-cita perjuangan menegakkan Tauhid.  Beliau  dan keluarga terus menerus berdo’a untuk mendapatkan keturunan yang sholeh. Hal ini tidak lain dan tidak bukan adalah karena beliau punya batas umur, maka keinginan keturunan adalah bukan pewarisan harta tapi pewarisan kalimat tauhid yang harus disampaikan kepada manusia. Sejarah pun menjadi saksi bahwa berabad- abad kemudian, Allah SWT memilih  Nabi Muhammad SAW sebagai penyempurna risalah, tepat 61 generasi dibawah garis keturunan Ismail.

Ketiga, selalu istiqamah.
Sosok Nabi Ibrahim as dan keluarganya memberikan pelajaran kepada kita semua akan keharusan mempertahankan dan memperkokoh jati diri sebagai seorang pemuda yang beriman yang selalu berusaha untuk berada pada jalan hidup yang benar, apapun tantangan, keadaan dan bagaimanapun situasi serta kondisinya. Kondisi kekinian tentunya berbeda dengan kondisi Nabi Ibrahim dulu Dalam sejarah beliau menghancurkan berhala-berhala yang biasa disembah oleh masyarakat di sekitarnya, saat itu Ibrahim adalah seorang Pemuda, hal ini tercermin dalam firman Allah SWT yang menceritakan soal ini:

“Maka Ibrahim membuat berhala-berhala itu hancur berpotong-potong, kecuali yang terbesar dari patung-patung yang lain, agar mereka kembali (untuk bertanya) kepadanya. Mereka berkata: Siapakah yang melakukan perbuatan ini terhadap tuhan-tuhan kami, sesungguhnya dia termasuk orang-orang yang zalim”. Mereka berkata: Kami dengar ada seorang pemuda yang mencela berhala-berhala ini, namanya Ibrahim”. (QS Al-Anbiya’: 58-60).
Kepribadian nan kokoh ditunjukkan oleh Nabi Ibrahim as tidak hanya saat ia masih muda belia saja tapi pada saat peristiwa yang amat menakjubkan, saat Ibrahim diperintah oleh Allah SWT untuk menyembelih anaknya Ismail, saat itu Ibrahim sudah sangat tua, sedangkan Ismail adalah anak yang sangat didambakan sejak lama. Maka Ibrahim pun melaksanakan perintah Allah SWT yang terasa lebih berat dari sekedar menghancurkan berhala-berhala di masa mudanya. Ini menunjukkan kepada kita bahwa Ibrahim memiliki idealisme dari muda sampai tua.
Dalam kehidupan kita sekarang, kita dapati banyak orang yang tidak mampu mempertahankan idealisme atau dengan kata lain tidak istiqomah sehingga apa yang dahulu diucapkan tidak tercermin dalam langkah dan kebijakan hidup yang ditempuhnya, apalagi bila hal itu dilakukan karena terpengaruh oleh sikap dan prilaku orang lain yang tidak baik.

Keempat, waspada Oleh Hasutan syaitan.
Dari sekian banyak hikmah dari kehidupan Nabi Ibrahim dan keluarganya serta dari ibadah haji yang dilaksanakan oleh kaum muslimin adalah terkait dengan mengusir syetan. Hal ini karena ketika manusia ingin menjadi muslim yang sejati, kendala besar yang akan dihadapinya adalah godaan-godaan syaitan. Karena itu, Allah SWT berfirman:
“Hai orang-orang yang beriman, masuklah kamu ke dalam Islam secara keseluruhan dan janganlah kamu mengikuti langkah-langkah syaitan, sesungguhnya syaitan itu musuh yang nyata bagimu”.  (QS Al-Baqarah: 208)
Ibrahim, Hajar dan Ismail berusaha mengusir syaitan melempari dengan batu yang kemudian dilambangkan dalam ibadah haji dengan melontar jumroh. Sebagai generasi muda kewaspadaan dan perlawanan kita terhadap godaan syaitan harus selalu membara. Bagaimana tidak kehidupan saat ini begitu banyak aktivitas generasi muda kita yang sangat mudah dijerumuskan oleh syetan, berkembangnya teknologi masa kini dengan segala pernak pernik media pendukungnya menjadi semakin mudah untuk mengakses pertemanan yang tidak baik berikut juga pornografi dsb.
 Oleh karena itu generasi Berkualitas akan lahir dari keluarga yang berkualitas
Tidak bisa kita pungkiri lagi bahwa Keluarga Nabi Ibrahim ‘Alayhi Salam adalah keluarga teladan yang layak kita jadikan panutan, potret keluarga yang segala aktivitasnya selalu berlandaskan pada ketaatan pada perintah.
“Dan ingatlah ketika Ibrahim berpesan kepada anak-anaknya, begitu pula nabi Ya’qub: ‘Wahai anak-anakku sesungguhnya Allah telah memilih untuk kamu agama (Islam) ini, maka janganlah kalian mati kecuali kalian benar-benar menjadi orang Islam”. (Al-Baqarah: 132).
Semoga kita mampu meneadaninya.
Wallohu a’lam bishowab


Tidak ada komentar:

Posting Komentar