SEMANGAT MUDA KELUARGA IBRAHIM
Setiap kali memasuki
hari Raya Idhul Adha, kita tidak pernah lupa kisah manusia agung yang diutus
oleh Alloh SWT untuk menjadi Nabi dan Rasul, yakni Nabi Ibrahim as beserta
keluarganya, Hajar dan Ismail as. Keagungan pribadinya membuat kita, bahkan
Nabi Muhammad Saw, mengambil keteladanan darinya. Allah SWT berfirman:
“Sesungguhnya telah ada suri teladan yang baik bagimu
pada Ibrahim dan orang-orang yang bersamanya”. (QS Al-Mumtahanah: 4).
Keluarga
Nabi Ibrahim ‘alaihi salam adalah keluarga fenomenal, sejarah menjadi saksi
karya-karya besar mereka. Bangunan Ka’bah yang saat ini berdiri kokoh merupakan
hasil karya Nabi Ibrahim as dan putranya, sumur zam zam yang begitu mendunia
awalnya berasal dari hasil kerja keras Siti Hajar mencari air untuk Nabi Ismail
yang masih bayi. Bukan hanya itu, bahkan seluruh rangkaian manasik haji
merupakan representasi dari gerak dinamis Nabi Ibrahim dan keluarganya dalam
menjalankan perintah Allah SWT. Lontar jumrah merupakan visualisasi dari upaya
Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail untuk mengusir syaithan yang menggoda mereka, sai
antara safa dan marwa merupakan representasi dari usaha Siti Hajar untuk
mencari air bagi putranya. Pertanyaannya adalah mengapa harus dari keluarga
Nabi Ibrahim? Apa rahasia kehebatan keluarga ini sehingga Allah SWT
mengabadikan kisah mereka bukan hanya dalam al qur’an tapi juga melalui
perayaan salah satu diantara 2 hari besar Islam.
Dari sekian banyak
hal yang harus kita teladani dari Nabi Ibrahim beserta keluarga dan dari
pelaksanaan ibadah haji yang sedang berlangsung di Tanah Suci, Makkah al-Mukarramah,
paling tidak ada ada empat pelajaran yang sangat penting.
Pertama, Ibrahim Pemuda yang Sholih
Sejak Usia dini Ibrahim
as sudah menunjuukan kesholihannya, ketika beranjak semakin tua, kerinduannya
pada generasi pelanjut perjuangan menjadi semakin besar dan iapun terus berdoa
agar Allah SWT menganugerahkan kepadanya keturunan yang shalih. Belajar dari
profil kehidupan Nabi Ibrahim as membuat kita harus memberikan perhatian yang
lebih besar terhadap semangat ketekunan yang kesinambungan generasi shalih yang
dapat memperjuangkan tegaknya nilai-nilai kebenaran. Bagaimana dengan kondisi pemuda
saat ini? Kasus-kasus perzinaan, pemerkosaan, pembunuhan, perkelahian,
pencurian, narkoba, Aborsi hingga AIDS, dan berbagai kasus kriminal lainnya
adalah kasus-kasus yang banyak dilakukan oleh generasi muda. Sungguh
memprihatinkan bukan?
Untuk bisa melahirkan
anak yang shalih, tentu harus dimulai dari pemilihan pasangan. Bagaimana bisa mendapatkan
keturunan sholih jika dalam proses pernikahan suci sudah ternoda dulu dengan
hal-hal berbau kemaksiatan? Naudzubillah
. Selain itu mendidik anak sesuai dengan metode yang dicontohkan para Nabi dan
slafussholih berikut keteladanan yang baik adalah salah satu membentuk pribadi
sholih generasi mendatang.
Kedua, Visioner
Nabi Ibrahim sangat visioner dalam memandang
sebuah cita-cita perjuangan menegakkan Tauhid. Beliau dan keluarga terus menerus berdo’a untuk
mendapatkan keturunan yang sholeh. Hal ini tidak lain dan tidak bukan adalah
karena beliau punya batas umur, maka keinginan keturunan adalah bukan pewarisan
harta tapi pewarisan kalimat tauhid yang harus disampaikan kepada manusia.
Sejarah pun menjadi saksi bahwa berabad- abad kemudian, Allah SWT memilih Nabi Muhammad SAW sebagai penyempurna risalah,
tepat 61 generasi dibawah garis keturunan Ismail.
Ketiga, selalu istiqamah.
Sosok Nabi Ibrahim as
dan keluarganya memberikan pelajaran kepada kita semua akan keharusan
mempertahankan dan memperkokoh jati diri sebagai seorang pemuda yang beriman
yang selalu berusaha untuk berada pada jalan hidup yang benar, apapun
tantangan, keadaan dan bagaimanapun situasi serta kondisinya. Kondisi kekinian
tentunya berbeda dengan kondisi Nabi Ibrahim dulu Dalam sejarah beliau
menghancurkan berhala-berhala yang biasa disembah oleh masyarakat di
sekitarnya, saat itu Ibrahim adalah seorang Pemuda, hal ini tercermin dalam
firman Allah SWT yang menceritakan soal ini:
“Maka Ibrahim membuat berhala-berhala itu hancur
berpotong-potong, kecuali yang terbesar dari patung-patung yang lain, agar
mereka kembali (untuk bertanya) kepadanya. Mereka berkata: Siapakah yang
melakukan perbuatan ini terhadap tuhan-tuhan kami, sesungguhnya dia termasuk
orang-orang yang zalim”. Mereka berkata: Kami dengar ada seorang pemuda yang
mencela berhala-berhala ini, namanya Ibrahim”. (QS Al-Anbiya’: 58-60).
Kepribadian nan kokoh
ditunjukkan oleh Nabi Ibrahim as tidak hanya saat ia masih muda belia saja tapi
pada saat peristiwa yang amat menakjubkan, saat Ibrahim diperintah oleh Allah
SWT untuk menyembelih anaknya Ismail, saat itu Ibrahim sudah sangat tua,
sedangkan Ismail adalah anak yang sangat didambakan sejak lama. Maka Ibrahim
pun melaksanakan perintah Allah SWT yang terasa lebih berat dari sekedar
menghancurkan berhala-berhala di masa mudanya. Ini menunjukkan kepada kita
bahwa Ibrahim memiliki idealisme dari muda sampai tua.
Dalam kehidupan kita
sekarang, kita dapati banyak orang yang tidak mampu mempertahankan idealisme
atau dengan kata lain tidak istiqomah sehingga apa yang dahulu diucapkan tidak
tercermin dalam langkah dan kebijakan hidup yang ditempuhnya, apalagi bila hal
itu dilakukan karena terpengaruh oleh sikap dan prilaku orang lain yang tidak
baik.
Keempat, waspada Oleh Hasutan syaitan.
Dari sekian banyak
hikmah dari kehidupan Nabi Ibrahim dan keluarganya serta dari ibadah haji yang
dilaksanakan oleh kaum muslimin adalah terkait dengan mengusir syetan. Hal ini
karena ketika manusia ingin menjadi muslim yang sejati, kendala besar yang akan
dihadapinya adalah godaan-godaan syaitan. Karena itu, Allah SWT berfirman:
“Hai orang-orang yang beriman, masuklah kamu ke dalam
Islam secara keseluruhan dan janganlah kamu mengikuti langkah-langkah syaitan,
sesungguhnya syaitan itu musuh yang nyata bagimu”. (QS Al-Baqarah: 208)
Ibrahim, Hajar dan
Ismail berusaha mengusir syaitan melempari dengan batu yang kemudian
dilambangkan dalam ibadah haji dengan melontar jumroh. Sebagai generasi muda kewaspadaan
dan perlawanan kita terhadap godaan syaitan harus selalu membara. Bagaimana
tidak kehidupan saat ini begitu banyak aktivitas generasi muda kita yang sangat
mudah dijerumuskan oleh syetan, berkembangnya teknologi masa kini dengan segala
pernak pernik media pendukungnya menjadi semakin mudah untuk mengakses
pertemanan yang tidak baik berikut juga pornografi dsb.
Oleh karena itu generasi
Berkualitas akan lahir dari keluarga yang berkualitas
Tidak bisa kita pungkiri lagi bahwa Keluarga Nabi Ibrahim ‘Alayhi Salam adalah keluarga teladan yang layak kita jadikan panutan, potret keluarga yang segala aktivitasnya selalu berlandaskan pada ketaatan pada perintah.
Tidak bisa kita pungkiri lagi bahwa Keluarga Nabi Ibrahim ‘Alayhi Salam adalah keluarga teladan yang layak kita jadikan panutan, potret keluarga yang segala aktivitasnya selalu berlandaskan pada ketaatan pada perintah.
“Dan ingatlah ketika Ibrahim berpesan kepada
anak-anaknya, begitu pula nabi Ya’qub: ‘Wahai anak-anakku sesungguhnya Allah
telah memilih untuk kamu agama (Islam) ini, maka janganlah kalian mati kecuali
kalian benar-benar menjadi orang Islam”. (Al-Baqarah: 132).
Semoga kita mampu
meneadaninya.
Wallohu a’lam bishowab
Tidak ada komentar:
Posting Komentar