HIJRAH ADALAH PERUBAHAN
Tidak
terasa waktu bergulir begitu cepat. Betapa singkatnya proses perputaran, pergiliran
dan perguliran waktu. Serasa baru kemarin kita berada di tahun baru ternyata
kini kita tiba pada awal tahun baru Hijriah
lagi.
Hijrah adalah sebuah
keniscayaan. Karena didalamnya mengandung sebuah dinamika. Dan Islam
menghendaki umatnya untuk hidup dinamis, agar mereka mampu mengantisipasi
segala bentuk perubahan yang terjadi disekitarnya. Secara bahasa hijrah berarti meninggalkan dan berpindah.
Yaitu perpindahan dan perubahan yang dilakukan dengan meninggalkan suatu tempat
ke tempat lain atau dari suatu kondisi kepada kondisi lain yang lebih baik.
Bagaimana bentuk hijrah zaman rosululloh dan implementasi untuk zaman
sekarang?
Bentuk hijrah yang pertama
adalah hijrah makaniyah atau hijrah tempat dan ruang.
Hijrah jenis ini telah dilakukan kaum muhajirin yaitu penduduk Makkah generasi
pertama umat ini, sebagai tuntutan untuk melakukan perubahan disamping untuk
menyelamatkan aqidah dan ‘ibadah mereka dari penindasan orang-orang kafir dan
musyrik. Sesudah kota Makkah menjadi bagian negri Islam maka hijrah jenis ini
untuk muslimin penduduk Makkah dihentikan. Ia tetap berlaku untuk kaum muslimin
di tempat dan waktu sesuai dengan kebutuhan dan tingkat urgensinya. Bagaimana
dengan hijrah maknawiyah zaman sekarang ini? apakah masih diperlukan?. Yup...Manakala seorang muslim yang baik qodarulloh terlahir di sebuah tempat
dengan kondisi masyarakat yang minoritas islam, atau islam namun akhlaknya
masih jauh dari nilai-nilai islam. Maka pilihannya adalah jikalau mereka belum
mampu mengajak sekitarnya kembali kenilai-nilai islam dan kawatir akan leburnya
dia ke kubang kemaksiatan dan kekufuran maka sebaiknya hijrah menjadi
alternatif untuk menyelamatkan akidah dan akhlak keluarganya.
Bentuk yang kedua adalah hijrah
ma’nawiah atau hijrah sisi intelektual, spiritual, sikap dan
prilaku. Hijrah sebagai bukti komitmen seseorang kepada Islam yang tidak
mengenal waktu dan ruang. Karena islam sarat dengan perjuangan, maka hijrahpun
perlu diperjuangkan dengan landasan niat yang kuat. Mulai dengan perubahan dan
penataan wawasan pemikiran seorang muslim, kejiwaan sampai moralnya menuju
terbentuknya "syakhshiyah"
atau keperibadian Islami. Oleh karena itu tidak
heran jika setelah hijrah banyak sekali para sahabat yang memiliki kepribadian
unggul nan mengagumkan. Perubahan mindset benar-benar terjadi secara totalitas
pada diri seluruh umat Islam kala itu.
Kata
hijrah kini sudah mulai sering kita dengarkan tidak hanya ketika momen
pergantian tahun hijriah saja, misalnya hijrah seorang artis. Yang mana
sebelumnya dia berkubang di kehidupan hingar bingar, namun setelah mendapatkan
hidayah akhirnya meminimalisir atau berhenti sama sekali dari dunia artis
dengan meniti jalan islam secara kaafah.
Hijrah
juga sering kita dengar manakala seorang pecandu narkoba bangkit dari
keterpurukan candunya menuju sebuah perjuangan untuk meninggalkannya. Adapula
hijrah juga sering menjadi pilihan kata yang tepat ketika seseorang
meninggalkan perilaku buruk kemudian beralih menuju perjuangan kembali ke
nilai-nilai islam. Hijrah juga sering dipakai seseorang yang sebelumnya
berkubang dalam pergaulan yang bebas menuju pergaulan yang disyaratkan dalam
syariat islam, misal tidak lagi pacaran dan menjauhi kehidupan bebas.
Bagi
seorang pemuda, momentum hijrah tak boleh dilewatkan begitu saja. Bukan pada
maknanya peringatan pergantian tahunnya saja, yang meskipun riuh ramainya masih
kalah semarak dengan tahun baru Masehi. Tapi seharusnya pergantian tahun baru
Islam menjadi sebuah momen muhasabah bagi kita sebagai umat muslim karena pada
tahun tersebut tersimpan makna historis yang dilakukan oleh Rasulullah SAW dan
para sahabat. Sebuah peristiwa “hijrah”
yang membawa perubahan bagi seluruh tatanan kehidupan masyarakat jahilliyah
pada saat itu. Karena yang dikawatirkan adalah jika tidak ada perubahan ini maka
kita akan merugi sebagaimana dalam firman Allah berfirman : “Demi massa, merugilah orang-orang yang melalaikan waktu”
(QS.Al-‘Asr :1-2).
DR.
Yusuf Al-Qardhawi dalam kitabnya, Al-Waktu fii Hayaatil Muslim mengatakan, bila orang melewati suatu hari dalam hidupnya tanpa
ada satu hak yang ia tuntaskan atau suatu fardhu yang ia lakukan, atau
kemuliaan yang ia wariskan, atau ilmu yang ia dapatkan, maka sungguh-sungguh ia
telah menganiaya dirinya sendiri. Ketidakmampuan kita memahami sekaligus
mewujudkan makna terpenting Hijrah dalam realitas kehidupan saat ini hanya akan
menjadikan datangnya Tahun Baru Hijrah tidak memberikan makna apa-apa bagi
kita, selain rutinitas pergantian tahun. Ini tentu tidak kita inginkan.
Oleh karena itu sobat muda sekalian momentum hijrah tahun ini
hendaknya benar-benar kita maknai sebagai media perubahan diri yang maksimal
dalam penyempurnaan iman dan ketakwaan kita kepada Allah Ta’ala. Sebab, jika
tidak, boleh jadi kita merasa biasa saja dalam hidup ini. Seolah telah menjadi
baik, padahal belum. Sekali lagi Momentum hijrah ini adalah media yang tepat
untuk mendata secara mendetail siapa sebenarnya diri kita. Apakah yang paling
kita cintai dalam hidup ini, apakah yang paling sering kita pikirkan dalam
hidup ini, dan apa yang sebenarnya ingin kita raih dalam kehidupan dunia ini.
dan agar hijrah ini memang benar-benar sebuah perubahan. wallohu alam bisshowab.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar