Senin, 15 Februari 2016

hijrah dan perubahan

HIJRAH ADALAH PERUBAHAN
Tidak terasa waktu bergulir begitu cepat. Betapa singkatnya proses perputaran, pergiliran dan perguliran waktu. Serasa baru kemarin kita berada di tahun baru ternyata kini kita tiba pada awal tahun baru  Hijriah lagi.
Hijrah adalah sebuah keniscayaan. Karena didalamnya mengandung sebuah dinamika. Dan Islam menghendaki umatnya untuk hidup dinamis, agar mereka mampu mengantisipasi segala bentuk perubahan yang terjadi disekitarnya. Secara bahasa hijrah berarti meninggalkan dan berpindah. Yaitu perpindahan dan perubahan yang dilakukan dengan meninggalkan suatu tempat ke tempat lain atau dari suatu kondisi kepada kondisi lain yang lebih baik.
Bagaimana bentuk hijrah zaman rosululloh dan implementasi untuk zaman sekarang?
Bentuk hijrah yang pertama adalah hijrah makaniyah atau hijrah tempat dan ruang. Hijrah jenis ini telah dilakukan kaum muhajirin yaitu penduduk Makkah generasi pertama umat ini, sebagai tuntutan untuk melakukan perubahan disamping untuk menyelamatkan aqidah dan ‘ibadah mereka dari penindasan orang-orang kafir dan musyrik. Sesudah kota Makkah menjadi bagian negri Islam maka hijrah jenis ini untuk muslimin penduduk Makkah dihentikan. Ia tetap berlaku untuk kaum muslimin di tempat dan waktu sesuai dengan kebutuhan dan tingkat urgensinya. Bagaimana dengan hijrah maknawiyah zaman sekarang ini? apakah masih diperlukan?. Yup...Manakala seorang muslim yang baik qodarulloh terlahir di sebuah tempat dengan kondisi masyarakat yang minoritas islam, atau islam namun akhlaknya masih jauh dari nilai-nilai islam. Maka pilihannya adalah jikalau mereka belum mampu mengajak sekitarnya kembali kenilai-nilai islam dan kawatir akan leburnya dia ke kubang kemaksiatan dan kekufuran maka sebaiknya hijrah menjadi alternatif untuk menyelamatkan akidah dan akhlak keluarganya.
Bentuk yang kedua adalah hijrah ma’nawiah atau hijrah sisi intelektual, spiritual, sikap dan prilaku. Hijrah sebagai bukti komitmen seseorang kepada Islam yang tidak mengenal waktu dan ruang. Karena islam sarat dengan perjuangan, maka hijrahpun perlu diperjuangkan dengan landasan niat yang kuat. Mulai dengan perubahan dan penataan wawasan pemikiran seorang muslim, kejiwaan sampai moralnya menuju terbentuknya "syakhshiyah" atau keperibadian Islami. Oleh karena itu tidak heran jika setelah hijrah banyak sekali para sahabat yang memiliki kepribadian unggul nan mengagumkan. Perubahan mindset benar-benar terjadi secara totalitas pada diri seluruh umat Islam kala itu.

Kata hijrah kini sudah mulai sering kita dengarkan tidak hanya ketika momen pergantian tahun hijriah saja, misalnya hijrah seorang artis. Yang mana sebelumnya dia berkubang di kehidupan hingar bingar, namun setelah mendapatkan hidayah akhirnya meminimalisir atau berhenti sama sekali dari dunia artis dengan meniti jalan islam secara kaafah.
Hijrah juga sering kita dengar manakala seorang pecandu narkoba bangkit dari keterpurukan candunya menuju sebuah perjuangan untuk meninggalkannya. Adapula hijrah juga sering menjadi pilihan kata yang tepat ketika seseorang meninggalkan perilaku buruk kemudian beralih menuju perjuangan kembali ke nilai-nilai islam. Hijrah juga sering dipakai seseorang yang sebelumnya berkubang dalam pergaulan yang bebas menuju pergaulan yang disyaratkan dalam syariat islam, misal tidak lagi pacaran dan menjauhi kehidupan bebas.
Bagi seorang pemuda, momentum hijrah tak boleh dilewatkan begitu saja. Bukan pada maknanya peringatan pergantian tahunnya saja, yang meskipun riuh ramainya masih kalah semarak dengan tahun baru Masehi. Tapi seharusnya pergantian tahun baru Islam menjadi sebuah momen muhasabah bagi kita sebagai umat muslim karena pada tahun tersebut tersimpan makna historis yang dilakukan oleh Rasulullah SAW dan para sahabat. Sebuah peristiwa “hijrah” yang membawa perubahan bagi seluruh tatanan kehidupan masyarakat jahilliyah pada saat itu. Karena yang dikawatirkan adalah jika tidak ada perubahan ini maka kita akan merugi sebagaimana dalam firman Allah berfirman : “Demi massa, merugilah orang-orang yang melalaikan waktu” (QS.Al-‘Asr :1-2).
DR. Yusuf Al-Qardhawi dalam kitabnya, Al-Waktu fii Hayaatil Muslim mengatakan, bila orang melewati suatu hari dalam hidupnya tanpa ada satu hak yang ia tuntaskan atau suatu fardhu yang ia lakukan, atau kemuliaan yang ia wariskan, atau ilmu yang ia dapatkan, maka sungguh-sungguh ia telah menganiaya dirinya sendiri. Ketidakmampuan kita memahami sekaligus mewujudkan makna terpenting Hijrah dalam realitas kehidupan saat ini hanya akan menjadikan datangnya Tahun Baru Hijrah tidak memberikan makna apa-apa bagi kita, selain rutinitas pergantian tahun. Ini tentu tidak kita inginkan.

Oleh karena itu sobat muda sekalian momentum hijrah tahun ini hendaknya benar-benar kita maknai sebagai media perubahan diri yang maksimal dalam penyempurnaan iman dan ketakwaan kita kepada Allah Ta’ala. Sebab, jika tidak, boleh jadi kita merasa biasa saja dalam hidup ini. Seolah telah menjadi baik, padahal belum. Sekali lagi Momentum hijrah ini adalah media yang tepat untuk mendata secara mendetail siapa sebenarnya diri kita. Apakah yang paling kita cintai dalam hidup ini, apakah yang paling sering kita pikirkan dalam hidup ini, dan apa yang sebenarnya ingin kita raih dalam kehidupan dunia ini. dan agar hijrah ini memang benar-benar sebuah perubahan. wallohu alam bisshowab.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar