SPIRITUALITAS
RAMADHAN MULIA MENUJU IDUL FITRI NAN SUCI
Dulu
ketika memasuki ramadhan coba kita lihat tempat manakah yang penuh?
Masjid... yup benar masjid. Terus
selanjutnya tempat manakah yang penuh? pusat perbelanjaan nah itu juga
betul. Bagaimana di tengah dan akhir
ramadhan? Shof masjid sudah mulai berkurang. Pada kemana para jamaahnya? sebagian besar mereka bepindah shof di
pusat perbelanjaan. Nah... Termasuk
para pemudanya ikut riweh mempersiapkan logistik puasa dan lebaran, kelupaan mempersiapkan
bahwa kenaikan kelas kita akhir dari ramadhan ini adalah derajat taqwa.
Seharusnya
ramadhan adalah momentum utama menuju perbaikan umat. Termasuk kalangan pemuda.
Ramadhan merupakan puncak spirituaitas dalam setiap tahunnya. Ia datang dan
pergi membawa rahmat, berkah dan ampunan. Namun tak semua orang mendapatkannya
karena kurangnya persiapan menyambutnya atau bahkan mengisinya dengan hal biasa.
Sayang sekali, padahal dibulan ini begitu banyak tarbiyah (pendidikan) yang bisa kita ambil dan manfaatkan untuk kehidupan
kita mendatang.
Esensi spiritualitas ramadhan bagi seorang pemuda adalah memberikan
santapan rohani dengan ibadah ritual dan sosial untuk membentuk qolbun salim (hati yang bersih) Selain itu
esensinya juga mengurangi kemaksiatan dengan tidak menuruti hawa nafsu. Ini
penting buat para pemuda dalam hal ini mahasiswa atau pelajar, kenapa? Karena godaan untuk tetap
berbuat maksiat masih saja ada padahal bulan ini syetan dibelenggu. Apa tujuan di belenggu? agar tidak
membisik-bisikan kejahatan kepada orang-orang yang berpuasa. Dan tanda-tandanya
adalah banyaknya orang-orang yang tenggelam didalam kemaksiatan kembali
bertaubat kepada Allah swt. Adapun apa yang terjadi sebaliknya pada sebagian
manusia karena pengaruh-pengaruh dari bujuk rayu setan yang telah tenggelam
didalam jiwa-jiwa orang-orang pelaku kejahatan serta menghujam didalamnya.
Makanya masih saja kita menyaksikan pemuda pemudi yang masih asyik
berdua-duan dengan lawan jenis (red.pacaran),
nonton film tidak mendidik, nge- pub dsb.
Bagi
seorang pemuda esensi dari ramadhan bukanlah sekedar kumpul bareng (kong kow-kongow) untuk ngabuburit-lah, buber-lah
atau JJP (jalan-jalan pagi) dan JJS (jalan-jalan sore) mengisi waktu dengan ngemall, ngegame, mantengin tv
terus sambil nunggu bedug. Ramadhan
adalah bulan produktif, harusnya bagi yng muda yang produktif didisi dengan
target-target yang luar biasa seperti tadarus bareng, taraweh bareng, sedekah
bareng, bagi takjil bareng dsb. Serba bareng
sukanya para pemuda masa kini.
Padahal
ramadhan hanyalah satu bulan, kini kita sudah benar-benar dipenghujungnya.
Akankah kita menyesal telah melewatkan hari-hari ramadhan begitu saja, bagi
sebagian pemuda yaitu pelajar dan juga mahasiswa ramadhan tahun ini adalah
liburan ramadhan terpanjang dibandingkan tahun-tahun sebelumnya. Sudahkah dilewatkan dengan suka cita amal
berkualitas dan berkuantitas? Jangan-jangan masih belum optimal mengisi
hari-hari penuh kebarokahan ini. Meskipun
masih muda tak pernah tahukan kapan umur kita ini selesai kontraknya? Padahal,
masih banyak file-file kesalahan
yang belum kita delete dari memori
catatan Malaikat. Mungkin juga masih banyak janji-janji kebaikan yang belum
kita tunaikan, padahal itu pemberat timbangan kebaikan kita. Tentunya kita
masih berharap akan berjumpa dengan ramadhan selanjutnya, dan tidak berharap
ini adalah ramadhan terkhir kita.
Lebaran
atau idul fitri sebagai bulan pelebur dosa sudah didepan mata, setelah hablu minalloh nya kita maksimalkan di
bulan ramadhan, maka saatnya di hari nan ftri ini adalah saat terbaik melebur
dosa dengan hablu minannas nya. File kesalahan dengan manusia tak kan
terhapskan manakala kita belum saling ridho untuk memaafkan. Sudah selayaknya
yang muda yang mendahului meminta maaf
ke teman, orang tua, saudara para ustadz, para guru dan yang lainnya.
Dan senantiasa terpancang semangat untuk meneruskan kebaikan ramadhan dan eit....jangan sampai hari nan fitri kita
mulai dengan lembar kesalahan lagi – kesalahan lagi sehingga rapot kita penuh
dengan angka kejelekan dibawah standar kelulusan masuk syurga. naudzubillah
Tidak ada komentar:
Posting Komentar