Senin, 28 September 2020

KEMANDIRIAN ALA SIKEMBAR

 


doc.pribadi

Hikmah di balik pandemi adalah semakin menambah kemandiriannya si anak. Salah satunya adalah putra - putri kami. Sebelum pandemi anak-anak kami bersekolah di sekolah full day. Si kembar belajar sampai sore sedangkan adik-adiknya di penitipan anak sampai bunda pulang baru dijemput. kondisi pandemi ini akhirnya mengharuskan mereka berada di rumah tanpa ditungguin asisten, karena kamipun juga tidak memiliki asisten.

Akhirnya kami berbagi tugas, agar semua beres sebelum kami berangkat. Tiga bulan awal pandemi kami masih banyak Work From Home (WFH) sehingga semakin mantap dalam mendampingi kemandirian mereka. Mulai ibadahnya, mengerjakan tugas-tugasnya,dan juga tugas menjaga adiknya. Masing-masing dari si kembar menjadi asisten dari 2 adiknya, satu untuk adik TK dan satunya untuk sibayi 2 tahun. Jika adiknya membutuhkan sesuatu maka asisten inilah yang berperan mendampingi dan mengambilkan.

Termasuk didalamnya jika si bayi menginginkan susu, ingin menonton tayangan video favoritnya Nussa Rara dan Omar Hana, bahkan termasuk ganti clody dan baju. Awal dulu kalau pub mereka tidak mau menggantikan. Byuh, kasihan sekali si bayi harus menunggu kami pulang. Tapi alhamdulillahnya baru dua kali saja saat pandemi ini, karena si bayi rutin BAB sebelum kami berangkat. Setelah itu kami memiliki challenge siapa yang mau membersihkan pub adik maka akan kami beri hadiah. Nah sejak itu mereka mau membersihkan tanpa menunggu kami pulang.


                                                                doc.pribadi

Sedangkan si sholih adiknya yang TK tidak terlalu banyak minta bantuan, mungkin hanya maem saja. Tapi lebih banyak minta ditemani main. Namun bagi si kakak yang paling sulit menenangkan kedua adiknya adalah si sholih ini, kalau main kadang beres-beresnya masih saja tetap kotor dan berantakan. Kadang minta maksa keluar rumah, padahal teman-temannya diluar bermain tidak memakai masker beberapa. Oleh karenanya kamipun mengunci semua pintu agar si sholih ini mengurungkan dirinya keluar. Karena kami justru kawatir jika main diluar.

Sebenarnya sangat dilema bagi kami berdua, kala harus bekerja kamipun tidak tega meninggalkan mereka sendiri berempat, tapi kami lebih tidak tega jika ada orang lain dirumah. Karena kami tidak bisa tracing orang tersebut dari mana saja, dan kamipun memang terbiasa tanpa asisten. Kalaupun kami titipkan di daycare, pasti juga bercampur dengan anak lain. Kami biasa titip sama pegawai yang kerja didepan rumah, untuk melihat mereka, sedang tidur atau apapun. Kadang juga di tilik sama neneknya siang hari, serta mengantar makanan untuk anak-anak.

Beberapa pekan setelah berjalannya waktu, kami mencoba evaluasi lagi, menanyakan pada mereka apakah keberatan. Alhamdulillah mereka menjawab tidak merasa keberatan. Meski dalam lubuk hati yang paling dalam kami sangat tidak tega dengan kondisi ini. si kakak yang baru kelas 3 SD saat awal pandemi dan kini sudah kelas 4 SD. Mereka memberi syarat harus banyak makanan dirumah, camilan harus jumlahnya melimpah. Bener saja, pengeluaranpun sama banyaknya kini mereka tidak jajan diluar, tapi kami harus menyediakan makanan dan jajan dirumah. Hampir tidak bisa menyimpan makanan. Hari itu dibelikan hitungan jam biasanya langsung habis. Alhamdulilahnya pas saya banyak work from home banyak coba resep kue, maka kalau longgar sayapun coba buatkan kue kesukaan mereka.

Akhirnya kamipun hanya bisa ikhtiar dan terus berdoa, serta berusaha memberikan yang terbaik untuk mereka.

 

 

13 komentar: