doc. Pribadi (si kembar berkebun)
Kata `membangun` atau `mengurus` anak baru
saya dengar sejak mengikuti seminar parenting yang diadakan oleh sekolah si
kembar. Melalui program sedamu (sedekah
ilmu) walimurid dan stake holder dapat
menikmati ilmu setiap bulannya dari berbagai narasumber dengan latarbelakang
bidang yang berbeda.
Bulan Agustus lalu adalah kali
pertama sedamu (sedekah ilmu) Permata wakaf di lounching. Dan kali
pertama ini tentang pengasuhan atau parenting. Tema yang dibahas adalah tentang
antara “membangun” atau “mengurus” anak.
Terminologi ‘mengurus’ atau `membangun` anak, ini
bagi saya masih sangatlah asing. Nah, Apa bedanya `membangun` dengan
‘mengurus’ anak?
‘Membangun’ anak benar-benar berbeda
dengan ‘mengurus’ atau ‘Membangun’ anak
prinsip dasarnya adalah orangtua bersama anaknya bersama-sama sebagai partner dalam
berkegiatan.
Anak diberikan
peran
Anak diberikan
kesempatan
Anak diberikan
kepercayaan
Tentang apa? Iya tentang kegiatan
atau pekerjaan yang mampu ia kerjakan sendiri, orangtua hanya melihat dengan
sedikit mendampingi atau tanpa mendampingi sama sekali, asal dipastikan juga
keamanan si anak.
Sekilas rasanya terdengar
sangat “tega” apalagi kalau dihadapkan dengan orang-orang yang
tidak terlalu paham dengan ilmu pengasuhan model seperti ini. Padahal kalau
menurut pakar pengasuhan bang Ading Adlil Umarat atau pakar lainnya,
kegiatan dilakukan ananda sendiri dalam rangka agar agar anak mereka punya
pengalaman yang terekam di neuron otak dan ototnya bahwa ia
adalah anak yang mandiri dan mampu mengerjakan pekerjaannya sendiri.
Sedangkan `mengurus` sebaliknya
yang berperan aktif adalah orang tua, kegiatan anak banyak didominasi bantuan
orangtua, atau bahkan orang tua semua yang mengerjakan. Apakah orangtua
beralasan melalukan ini? Tentu saja ada alasannya, pertama alasannya
kawatir anaknya kenapa-kenapa, hasilnya tidak rapi, tidak bersih, berarti ini
kurang memberikan kepercayaan pada anak, kedua kalau
anak yang mengerjakan nanti lama, berarti kurang memberikan kesempatan pada
anak, dan alasan ketiga orangtua bisa sendiri tanpa
bantuan anak berarti ini orangtua tidak berbagi peran.
Padahal kalau kita melihat dampak positifnya di era mendatang `membangun` anak mempunyai dampak positif yang pasti diinginkan oleh setiap orangtua ketimbang mengurus anak. Kalau mengurus anak, maka dampak bahagia sesaat saja kita rasakan, jika semua pekerjaan kita kerjakan sendiri tanpa melibatkan anak sebagai patner memang rumah lebih bersih, rapi, dapur tidak berantakan. Bagaimana tidak ketika mereka membuat kotor lantas kita langsung sigap merapikan membersihkan. Padahal memberi kesempatan pada mereka membersihkan bagian dari membangun tanggungjawab mereka dimasa depan.
Sering kita mendengar anak-anak
perempuan dilarang kedapur karena jika mereka kedapur malah buat kotor dapur,
membuat rusuh dapur, atau karena alasan kegiatan masak jadi lama,
maka kelak dikemudian hari larangan kita itu akan berdampak pada
anak-anak perempuan yang tidak bisa membedakan mana rempah kencur, jahe,
lengkuas dan lain sebagainya. Intinya kalau mengurus anak, maka akan memberikan
kebahagiaan semu yang sifatnya sementara bagi kita dan dampak
dikemudian hari, anak akan sangat merepotkan kita karena mereka kurang secara
kemandirian.
Sedangkan `membangun` anak,
memang terlihat supertega, merepotkan kita. namun dampak
panjangnya adalah sangat meringnakan kita, karena anak lebih mandiir dan
bertanggungjawab. Dan apa yang kita berikan hari ini berupa pembagian peran,
pemberian kepercayaan dan kesempatan adalah modal yang sangat berharga
bagi hidupnya di masa yang akan datang mereka juga akan lebih survive mampu
menyelesaikan sendiri terlebih dahulu, tidak buru-buru secara manja minta
bantuan,
Semoga setelah kita memahami
perbedaan mengurus dan membangun anak ini kita bisa segera hijrah ke ‘membangun’ anak.
Percayalah, itu jauh lebih baik. Dan memang kita haru sadar kembali menjadi
orangtua membutuhkan banyak sekali ilmu, meskipun kami merasa terlambat
mengetahui ilmu `membangun` dan `mengurus` anak
ini, namun daripada tidak sama sekali maka meski terlambat kami coba
terapkan. Wallohua`alam.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar