“Bunda..dimana buku Bahasa arabku?“ Teriak si sulung."Lho kan di
rak lemari meja belajar biasanya kan nduk.”jawabku.
“Nggak ada bund….”pungkasnya
Suatu pagi, teriakan si sulung
membuyarkan aktivitas beberes saya di dapur. Akhirnya saya pun ikut mencari itu
buku. Hem….Dia yakin tidak
ketinggalan disekolah. Kami mencari di ke empat rak buku di rumah kami. Dan akhirnya
setelah mencari lagi, ...aha ketemulah
diatas tumpukan buku yang sudah tidak dipakai lagi. Lho…..kok bisa disitu, padahal tumpukan buku itu untuk buku lama
yang sudah tidak dipakai, Tanya saya. Kakakpun menggeleng kepala bingung mau
jawab apa.
Kalau ingat peristiwa ini jadinya
merasa bersalah. Kenapa saya masih saja membiarkan tumpukan buku tak terpakai
di rumah. Eman dibuang adalah alasan utama saya. Kawatir kalau nanti masih
dibutuhkan oleh si adik. Padahal kurikulum itu kan tidak selalu sama ya. Selain
itu kalau mau memberikan juga bingung mau memberikan kesiapa. Sudah Tanya sana-sini
tapi masih nihil informasi karena buku-buku yang ditumpuk itu adalah buku
pelajaran.
Buku adalah salah satu kategori
yang harus diberesin dalam kelas ini. Wuih….padahal dari dulu kami berdua
selalu berprinsip bahwa buku adalah salah satu harta berharga kami, makanya
banyaknya buku dirumah kami tak membuat kami merasa keberatan. Beda dengan
barang lain. Alhasil termasuk paling berat untuk melepas buku ini. Kalau buku
pelajaran si kakak yang sudah tidak terpakai sih tidak masalah, tapi buku-buku
kami yang lain yang masih susah menego hati kami.
Tapi kembali sang mentor
mengingatkan, apakah benar banyaknya buku dirumah kami dibaca semua? Ah sobat
sekalian kalau diberi pertanyaan ini kami tidak mampu menjawab. Karena ternyata
betapa banyak buku dirumah lama tidak terbaca. Tidak terbaca alasannya
macam-macam, ada yang karena sudah dibaca dan malas mengulang, adapula buku
asal beli padahal tidak sesuai passion. Buku
kami semakin banyak ketika kami masing-masing ketika menikah membawa harta
benda ini dari kos kami masing-masing. termasuk kertas –kertas yang entah
antara kami malas membuang dan malas memilah.
Yang lebih mengagetkan adalah masih ada buku
yang terpacking plastik ini. Jumlanya tidak 1-2 kadang ada sepuluhan buku. Lho mau
bagaimana wong kami terutama suami hobi banget beli buku. Beli banyak alasan
utama mumpung ada expo dan mumpung
diskonnya besar. Gusti, apakah ini nanti tak memberatkan pertanggungjawaban
kami diakhirat. Padahal sekarang buku jarang terjamah, karena senang membaca
yang di medsos daripada buku, karena lebih cepat, lebih mudah dan tidak harus
bawa-bawa buku kemana-mana.
Akhirnya meskipun berat, karena
buku yang jumlahnya ribuan ini adalah harta benda kesayangan kami. Tapi karena
kawatir pertanggungjawaban di akhirat kelak, maka akhirnya menjadi sasaran
berbenah kami. Bukan hanya di rapikan, tapi juga di sortir habis-habisan.
Kemana larinya buku yang tidak dipakai…..alhamdulillah
setelah nihil mencari informasi, akhirnya malah ada saudara yang mau menampung
buku-buku yang tidak dipakai itu Ya Rabb
ringankan hisab kami karena harta buku ini.
Wah...jadi pengen ikut kelas berbenah. Agar bisa membenahi diri sendiri.
BalasHapusUntuk buku - buku yang sudah tidak diinginkan dirumah, bisa di donasikan ke Taman Baca terdekat Mbak, sekarang banyak Taman Baca bertebaran yang membutuhkan buku bacaan.