Sobat sekalian pernahkah bertanya kepada anak-anak
gimana rasanya belajar dengan model Pembelajaran Jarak Jauh atau yang lebih
kita kenal daring ini? seneng, sedih
atau bagaimana? Atau malah tidak bisa mengungkapkan karena rasanya yang nano-nano.
Yup, kalau ditanya ke anaknya bahkan pula ke orangtua. Sebagian
besar pasti menjawab belajar secara klasikal
di ruang kelas yang nyata lebih nyaman, bersemangat dan lebih mudah daripada
belajar model daring yang dilakukan secara mandiri dengan Belajar Dari Rumah (BDR). Bagaimana tidak sulit, kalau belajar dari rumah, maka bisa dipastikan anak-anak akan terkurangi interaksi secara langsung dengan sang
guru. Mereka lebih banyak belajar sendiri, latihan sendiri, dan memahami sendiri. Tak sedikit dari mereka yang merasa sangat kesusahan memahami materi apalagi kalau materinya tentang konsep suatu teori ataupun juga praktik.
Kalau ada penjelasan suara dan gambar masih bisa sedikit dinikmati dan dipahami langsung oleh siswa, atau terlebih lagi jika pembelajaran dengan interaksi
dua arah seperti menggunakan fasilitas zoom
atau google meet maka akan lebih mudah
bertanya tentang apa yang sulit menurut mereka. Namun ternyata tak semua guru
menggunakan fasilitas ini, sebagian dari mereka hanya menuliskan di Microsoft word kemudian di share. Dan yang
lebih fatal, tanpa memberi penjelasan, tanpa pula memberi ringkasan langsung
memberi tugas halaman sekian nomer sekian sampai sekian.
Dueng! Ah masak iya siswa disuruh memahami sendiri semua
mapel tanpa pendampingan yang masif dan
intensif dari guru. Kadang guru kurang memahami, bahwa betapa anak-anak
mengalami kesulitan yang luarbiasa tentang pembelajaran model daring ini. Jadinya kadang siswa merasa sudah disuruh
memahami sendiri pelajarannya, minim penjelasan, eh ujung-ujungnya langsung
disuruh mengerjakan tugas atau ulangan dengan batas waktu yang sempit pula.
Tentu tak hanya siswa yang mumet alias bingung,
orangtua yang mendampingi pun juga bingung. Yang bisa mendampingi full di rumah saja bingung, Apalagi orangtua yang bekerja dan tak mampu
menjelaskan semua mapel (mata pelajaran) ke anak mereka secara maksimal. Akhirnya kadang hanya
mengandalkan sumber informasi dari yang tersebar di media sosial dan lain
sebagainya. Sehingga keshohihan materi yang runtut seperti konsep yang
diinginkan oleh materi dan kurikulumnya kadang melenceng dari jalurnya.
Nah bagaimana anak-anak bisa menguasai ilmu
pengetahuan secara maksimal jika pembelajaran jarak jauh sepertinya masih kurang maksimal ini. Mau tanya mbah google pun juga sumber dan referensinya kadang
tidak jelas. Dan memang sebaiknya tidak mengambil mentah-mentah semua informasi yang ada di sana, karena berbahaya sekali untuk masa depan SDM negeri ini. Belum lagi
isu hoax yang begitu merebak dimana-mana.
Melihat alasan itu semua, tentu daring ini ada plus
minusnya. Namun kita menyadari saat ini daring masih jadi pilihan terbaik untuk belajar, dengan tujuan untuk menghindari penyebaran virus yang
semakin luas. Dan ini dibutuhkan kesabaran ekstra semua pihak. Untuk mengurangi
kebosanan yang luar biasa maka guru
harus semakin kreatif agar daring tak garing. dan kita semua berdoa semoga pandemi segera berakhir, agar anak-anak bisa segera menikmati belajar normal di ruang kelas nyata seperti sedia kala.
Daring versus sabar ... semua sabar ya ... menginspirasi tulisannya
BalasHapusSemangat emak onlennn. Sayapun daring mulu, anaknya daring, emaknya ngezoom> puyeng pala bebii
BalasHapusSemangat, Kak. Memang banyak orang tua yang mengeluh seperti itu. Apalagi yang anaknya cukup aktif, biasanya kewalahan sendiri.
BalasHapusSemoga pandemi lekas selesai ya, dan anak-anak bisa kembali masuk sekolah.
terima kasih kak, masukan nih buat saya yang ngajar juga untuk memperbaiki metode on line nya
BalasHapusSemangat, Kak..
BalasHapusEmang sih ya daring itu ada plus minusnya..
Adek saya aja suka ngomel mulu. "Apaan sih nih? Jelasin kagak, kasih tugas iya."
belajar daring emang banyakan tugas. Bukunya minim pula
BalasHapusSemangat semangat semangat
BalasHapusRealita daring memang seperti itu, harus ada kerjasama dan kesadaran antara orang tua, guru dan siswa. Agar tetap sinergi belajar daring dengan gembira.
BalasHapusDi sekolah saya, setiap hari ada pertemuan virtual melalui Teams. Bapak Ibu Guru yang sepuh pun belajar menggunakan perangkat. Namun, yang datang ke kelas bisa diitung dengan jari. Ketika dilakukan home visit, banyak anak ternyata tidak di rumah. Bahkan orang tua tak tahu anaknya ke mana.
BalasHapusBDR selalu punya tantangan. Yang perlu disadari bersama adalah pendidikan adalah tugas orang tua dan guru. Keduanya harus bisa berkolaborasi dengan baik.
Jadi anak dan orang tua jaman sekarang sulit ya, apalagi dengan tugas yang diberikan tanpa penjelasan. Daya tangkap anak pun berbeda-beda.
BalasHapusBtw saya bingung kenapa ortu sampai ngga tau dimana anaknya saat home visit ya?
Masya allah berat jadi ortu di masa pandemi, anak-anak belajar semakin menambah berat bebannya. Belajar tanpa arahan tepat bisa buat anak kebingunan juga. Keren kak, tulisannya ciamik
BalasHapus