Sumber foto: google
Sobat sekalian pernah tidak menghitung. Berapa banyak
jumlah Baju dilemari kita? Ada berapa jumlah
Atasan?
Bawahan?
Gamis?
Khimar?
Ciput?
Slayer?
Masker?
Manset
atau Kaoskaki yang sepasang atau hanya tinggal sebelah?
Yuk sobat sekalian mari istighfar
bersama jika kita merasa sulit menghitungnya. Dilemari kamar ini katanya isinya
baju kita ajah, eh ternyata barang-barang kita ada juga dilemari nya anak-anak,
dilemarinya suami. Bahkan di ruang yang kita sebut gudang.
Mari coba kita renungkan dari
semua baju yang kita punya dan tumpuk di rumah apakah semua dipakai? Atau yang mana yang sering kita
pakai, apakah itu-itu saja? Hem….sepertinya
yang nyaman hanya beberapa. Lah terus bagaimana dengan yang lain? Apa fungsinya
mereka menghuni di rumah kita? apakah mereka ngontrak lemari kita ya?
Bagaimana tidak ngontrak atau bahkan seakan
memiliki rumah kita, wong keberadaan mereka di rumah kita ada yang setahun, hampir lima tahun bahkan sepuluh tahun dan
sedihnya mereka tidak atau belum kita kenakan, dia hanya diam termenung, dan
menumpuk di lemari kita. Bahkan…..sssttt kadang
ada yang masih packingan dari toko dan
masih ada tempelan harganya pula.
Ya Alloh…..segitunya ya
kita, dulu pas beli baju buat apa? Sekedar inginkah karena trend atau kekinian modelnya? Atau memang butuh? Hem….jangan sampai karena sebuah alasan kita mencoba memaksa
memaklumi diri sendiri, “maklum lah kaum
wanita suka belanja”. hiks……kalau
ada diskon pinginnya sih tutup mata. Ternyata
belum bisa. Termasuk saya salah satunya. Kalau mau belanja offline padahal sudah dicatat nih kebutuhan dari rumah, nyatanya
ketika sudah on the spot, bakal ada
barang-barang yang tak tercatat namun kebeli, atau mau beli sesuatu via online pun juga demikian ketika melihat barang yang diskon
sering kalah sama ajakan nafsu, terus dibayang bayangi syetan “ mumpung diskon”
belum tentu ada diskon lagi. Duh ya Rabb!
Padahal kalau kita bisa
mengekang nafsu kita untuk membeli baju
yang "sekedar ingin" tadi dengan
baik, maka kita akan mampu menata pengeluaran dengan baik, uang tersebut bisa
kita alokasikan ke yang lain yang lebih faedah. Dan pula masih banyak saudara
kita yang membutuhkan uluran tangan kita, walau hanya sekedar baju. Untuk
kebutuhan primer yang namanya makan
saja mereka susah makanya mereka tidak memikirkan baju. Eh….kitanya masih mikirkan menambah koleksi.
Ohya Ini masih soal baju kita lho
ya, kita para kaum hawa belum ke baju keluarga kita, baju suami, baju anak-anak
yang sudah mulai kekecilan dan mungkin penghuni lain di rumah kita. Maka sebuah
pesan yang menarik dari sang mentor adalah jika kita menyortir barang termasuk
kategori baju ini. cara yang paling gampang adalah tanyakan pada diri sendiri,
setiap menyortir baju kita “ ini baju
membuat saya bahagia atau tidak” kalau iya simpan. Tapi kalau tidak maka
lepaskan, sedekahkan. Sekali lagi tinggalkan kata, nanti kalau dibutuhkan
gimana? Insya Allah akan Allah ganti
dengan yang lebih baik. Sekali lagi jangan sampai karena masalah perbajuan yang
jumlah over ini memperlama hisab kita
nanti.
Yuk mari beristighar
kembali dan saling mengingatkan ya sobat. wallohualam
Tidak ada komentar:
Posting Komentar