Sobat, bagamana kalau kalian mendengar kata sadis? Iiih… ngerikan ya. Nah, bagaimana
kalau kata sadis ini dipakai dalam beberes? Seremnya kek gimana ya? Iya serem
banget sih. Kalau tidak serem ga lulus - lulus nanti alias tereliminasi.
sumber: google
Alhamdulillah Maret lalu, kira-kira sebulan sebelum Ramadan, alhamdulillah Allah beri kesempatan saya
untuk mengikuti kelas kece ini. diasuh oleh coach yang superkece dengan asisten
yang killer namun baik hati. Beberapa bulan sebelumnya sebenarnya sudah ingin
mengikuti kelas ini namun maju mundur karena takut bener sama kata sadisnya itu
lho, kawatir-kalau belum-belum sudah tereliminasi karena ditengah kesibukan
yang bejibun. Bahkan saya sudah menunggu
sejak batch #2 . Akhirnya bismillah
demi hidup yang lebih baik, lebih layak maka saya pun memberanikan diri
mengikutinya. Dan Alhamdulillah seatnya
masih ada jadi langsung bismillah daftar.
Saat saya daftar konon sekitar semingguan fullseat,
setelah batch saya hanya 2 jam saja sudah fullseat.
Makanya sampai ada waitinglist. Dan kini
saya sedang waiting list tingkat advance.
Sadis biasa kami para peserta artikan sangat disiplin, tak hanya
beberesnya saja yang sadis. Disiplin mengumpulkan tugas, absen serta aktif
mengikuti materi dan diskusi adalah kegiatan yang wajib dilakukan setiap hari
dengan jam yang sudah ditentukan oleh mentor, kecuali hari libur yaitu hari kamis dan ahad. Penilaian
sang coach bener-benar disiplin dan kalau sekali tidak mengumpulkan tugas atau
absen kami mendapat nilai nol, maka otomatis kalau sudah 4 kali nol maka akan
di DO (Drop Out) alias di dikeluarkan
dari group. Dan otomatis tidak lulus. Berapa banyak teman saat itu tidak
menikmati kelulusannya karena harus DO duluan sebelum kelas berakhir. Apakah ada
yang mengulang? Ada. Karena DO batch sebelumnya akhirnya daftar lagi. Saya sendiri
mencoba bertahan agar bisa mendapatkan ilmu secara utuh hingga akhir kelas. Ohya
kelas ini tak hanya kelas materi saja, tapi ada workshop atau prakteknya
sehingga benar-benar meresap di hati dan pikiran kami.
Sebelum berbenah kami mendapat tugas yaitu, menuliskan tentang harapan mengikuti
kelas ini. tentu harapan terbesarnya adalah rumah jadi bersih dan rapi serta
plong karena berkurangnya barang yang ada di rumah. dan minimnya barang ini bukan
berarti kita tidak punya apa-apa tapi mengurangi barang yang tidak dipakai seperti
hidup minimalis ala babang Fumio Sasaki dan beberes ala tante Marie Kondo. Pra tugas selanjutnya adalah menuliskan secara
terperinci kondisi tempat tinggal dan juga perilaku penghuninya dan perasaan
ketika menghuninya. Ya Rabb, saya malu sesi ini. Malu sama Allah sudah menitipkan
rumah mungil ini ternyata kami belum bisa menjaga dan merawatnya dengan baik. Dan
perilaku penghuninya masih suka bersih-bersih sekedarnya saja. Memasuki masa tugas
benar-benar kami tidak boleh salah baca, tertinggal atau alasan lainnya. Mentor
tidak akan menerima alasan apapun makanya kudu hati-hati dalam membaca
informasi.
Tugas
pertama adalah membuat mindset
tentang berbenah. Apa gunanya mindset
ini? gunanya adalah ketika saya lelah beberes maka dengan melihat ini maka akan
bersemangat kembali. Mindset ini
seperti visi besar kami para peserta untuk berbenah di rumah. Sehingga ditulisnya
mindset ini seperti peletup semangat
saat kami lelah hayati.
Tugas
kedua adalah memfoto
kondisi ruang atau item yang akan menjadi korban pertama kesadisan berbenah. Atau
Bahasa kerennya “before” nya deh. Alhamdulillah,
tugas ini hanya dikirim ke teteh mentor saja. Biasanya ada beberapa tugas yang
lainnya harus di posting di media social.
Tugas
ketiga mencatat jadwal berbenah. Nah jadwal ini kita sendiri
yang buat sesuai dengan kemampuan dan waktu yang kita punya, hanya saja
dibatasi tidak sampai kelas ini berakhir. Kelas dengan lama 25 hari ini ternyata
tidak 100% bisa beberes sesisi rumah. tapi Alhamdulillah mendekatilah. Berikut jadwal
saya beberes waktu itu:
a. Pakaian
: 24 sd 29 maret 2020 dirinci lagi pakaian bunda, ayah, anak, tas,sepatu dll
b. Rak
buku : 30 maret – 5 april 2020: dirinci
rak buku sekolah, rak buku umum, rak buku di ruang baca anak.
c. Dapur:
11 April 2020 dirinci kitchen setnya dan meja makannya
d. Komono
atau Pernak-pernik : 18-19 April 2020.
e. Barang
sentimentil :Kertas dan foto: 20 April 2020
Dari
sekian kategori yang akan diberesin ini ternyata setelah dipraktekkan yang
paling lama adalah pernak-pernik,kebayang kan jumlahnya soalnya didalammnya ada
mainan para bocah, juga barang sentimentil bukan jumlahnya yang membuat lama tapi
mikirnya buang tidaknya yang bikin lama, secara disana ada foto kenangan,
sertifikat kenangan dll. dan paling
cepat adalah kategori pakaian. Eh iya dan kali pertamanya tugas 3 ini saya
mendapat nol bulat #eh harusnya paling akhir jam 13.00 hari itu saya kirim
13.22.
Tugas
keempat adalah pertanyaan sudah pernah pernah melipat ala konmari apa belum. Heu-heu sebenarnya sudah setahun ini melipat baju si kakak kembar
ala konmari, tapi ternyata setelah
saya ikut kelas ini lipatan saya tanpa ilmu, ngasal bahasanya. Nah ikut kelas ini jadi tahu cara melipat yang
benar ala konmari. Jadi ingat amal
tanpa ilmu adalah musibah.
Tugas
kelima adalah menghitung kategori pakaian dan berapa yang
akan disimpan. Baru juga tugas lima ternya saya sudah mabuk di tugas ini soabt.
Betapa banyak kategori ini. kalau di hitung hampir 600 an kategori pakaian ini
termasuk pakaian, tas, sepatu dan kaoskaki. Jumlah penghuni rumah 6 orang,
berarti rata-rata 100 per orang nih. Banyak banget yak! Tapi bismillah sortir harus segera mugngkin takut baying-bayang
syetan untuk bisikin saya “eman” atau
saying-sayang. Ohya yang sama pula harus cari rak atau kardus yang support
untuk melipat ala konmari.
Tugas
keenam menulis jumlah buku, ini juga termasuk kategori yang
jumlahnya sangat banyak. Ada 942 buku di rumah dan hanya berani meninggalkan
800 an saja. Kalau baju sudah tahu harus dikemanakan hasil sortirannya, kalau
buku bingung, tidak semua orang mau memanfaatkannya alias membacanya.
Tugas
ketujuh adalah menulis jumlah komono. Untuk kategori kali ini saya ampun. Tidak
bisa menghitung jumlahnya, selain banyak jumlahnya, dia juga berada
dimana-mana. Nah makanya perlunya menyortir dan memberi “rumah” atau tempat
buat mereka. Masih ingat kata sang mentor. Setiap barang harus mempunyai rumah
alias tempat. Dan agar mudah, semua
dilabeli agar memudahkan saya dan penghuni rumah untuk mengidentifikasi.
Tugas kedelapan adalah barang
senrtimentil termasuk didalamnya adalah kertas, foto, dan video baik yang cetak
maupun file di gawai dan laptop. Saya yang punya hobi memfoto tapi bukan foto
diri sih ”selfie” harus merelakan
belasan ribu foto yang tak mungkin saya lihat kembali untuk didelete atau dibakar. Padahal diantaranya
foto zaman semono. Kata sang mentor,
tidak perlu semua dikenang, ayo tatap masa depan saja.
Tugas
kesembilan adalah mengkategorikan mainan anak sesuai tingkat
perkembangan anak berikut jumalahnya. Kenapa disesuaikan tingkat perkembangan
anak, kawatirnya mainan yang sudah ga cocok untuk anak besar masih saja kita
simpan. Nah, numpuk lagi kan. Kategori ini paling sulit juga. Tiap mau buang eh
si bocah kekeh mempertahankan. Tapi rayuan jitu bunda Alhamdulillah si sholih
merelakan meski bertahap.
Tugas
kesepuluh berkenalan dan save
103 nomer dan nama peserta. Meski 2 hari waktunya ternyata cukup melelahkan save dan kenalan serta menjawab kenalan
teman juga. Imagine sobat. Kata si
teteh mentor lah masak iya hampir 20 hari ga kenalan sama teman di group. Meskipun
di group sudah kenalan, pastinya jarang ada yang save satu-satu, makanya dengan
wapri sendiri-sendiri maka akan lebih berasa kenalannya. Alhamdulillahnya tidak
pas awal masuk kelas, karena jumlah 103 ini sisa yang bertahan dikelas.
Tugas
kesebelas memilih review teman yang terbaik. Ini juga termasuk
sulit setelah karena harus jalan-jalan ke semua facebook 103 teman, dan memilih
yg terbaik. Ohya Alhamdulillah di poin kenalan tadi kami sudah saling
memberitahu link facebooknya jadi agak mudah menemukan tulisan reviewnya. Sayangnya
yang saya pilih tidak masuk juara.:)
Tugas
keduabelas memilih foto terbaik teman nah inipunmengharuskan
saya berjalan-jalan keliling Indonesia bahkan mancanegara. Karena kebetulan
juga ada peserta orang Indonesia yang tinggal di luar negeri otomatislah saya
pun jalan-jalan semalaman.
Tugas
ketigabelas adalah mereview seluruh kegiatan selama kelas ini
berlangsung mulai before dan afternya. Tugas ini paling mengesankan, karena
bisa melihat foto before afternya milik
saya sendiri dan juga teman-teman masya Allah.
Selain setigabelas tugas tersebut masih ada tugas-tugas lain, yang harus
saya posting langsung di media social facebook. Secara keseluruhan kelas
berbenah ini its work banget buat
saya dan keluarga. Pada intinya berbenah
itu butuh ilmu, jangan ngasal. berbenah itu butuh komunitas agar frekuensinya
sama. Berbenah juga butuh dukungan, Dan terakhir semangat berbenah kita
akan berdampak pada kesejukan jiwa para penghuninya dan yang pasti penghuni
lainnya pun ikutan berbenah juga.
(Bersambung)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar