FILM TILIK
Film
tilik menjadi film pendek yang cukup popular akhir-akhir ini. meme sang tokoh utama yaitu bu Tejo
membanjiri media social. Film ini menggambarkan tentang sekelompok ibu-ibu desa
yang sedang mengadakan perjalanan untuk “tilik” bu Lurah yang sedang sakit. Tilik artinya
menjenguk. Jadi memang film ini menampilkan dari scene awal sampai akhir adalah perjalanan menjenguk, dengan tokoh
utama adalah:
- Bu Tejo,
ibu berjilbab hijau tosca. Ibu inilah yang menjadi icon utama di fil tilik
ini. Karakter bu Tejo, menggambarkan karakter seorang ibu-ibu yang suka rasan-rasan, namun ia juga
mempunyai sisi positif yaitu rasan-rasannya beralasan, disertai fakta dan
analisa yang dia pahami.
- Yu Ning,
ibu berjilbab cokelat yang memiliki wakat kalem dan terkesan “bijak”, sebagai
seorang teman ia termasuk orang yang bisa ngerem alur ghibab yang
menurutnya tidak berdasar itu.
- Yu Sam,
ibu yang angina-anginan, kemana ada berita ikut saja dia. Terutama jika bu
Tejo yang ngomong, maka yu sam bakal mengiyakan. Di dunia nyata banyak
pula orang-orang yang mempunyai sifat seperti ibu satu ini. arah mana yang
menguntungkan dia, maka ia akan ikut.
- Bu Tri,
Ibu yang menggambarkan sebagai
tukang kompor dan ia mendukung Bu
Tejo. Di dunia nyata inipun banyak orang-orang yang mempunyai sifat
seperti Bu Tri ini.
- Dan
juga tokoh-tokoh lainnya yang menjadi pendukung film ini, seperti supir
truk, Dian yang merupakan tokoh utama rasan-rasan bu Tejo, yang dikira
adalah pacar Fikri malah di endingnya cukup mengagetkan penonton, Fikri
putra Bu Lurah dan bu Lurah, Pak Lurah dan Bu Lurah.
Topik
utama rasan-rasan ibu-ibu ini adalah
tentang Dian. Seorang bunga desa yang mempunyai sikap tidak baik menurut mereka.
Rerasannya pun dimulai, status hubungan antara Dian dan Fikri. Ini gegara ada
yang mengatakan bahwa Fikri mengantarkan Dian ke Rumah Sakit tempat bu Lurah di
rawat.
Namun
bu Tejo mempunyai analisa berbeda, kecurigaan mengarah bukan pada hubungan special
Dian dengan Fikri namun lebih buruk dari itu yaitu tentang Dian yang mempunyai
pekerjaan tidak baik. Dimana menurut mereka, Dian ini baru bekerja tapi sudah
menghasilkan banyak uang sehingga bisa membeli barang-barang branded. Lah kan
menurut mereka normalnya orang baru bekerja itu ya masih sedikit uangnya.
Bu
Tejo semakin menabur bumbu rerasan ini dengan mengatakan bahwa Dian, terlihat
beberapa kali jalan-jalan di mall dan hotel dengan laki-laki dan om-om. Dan akhirnya
rerasan makin gayeng ketika Bu Tejo juga mengatakan bahwa dia pernah mendapati
Dian sedang muntah-muntah seperti orang hamil. Mendengar ungkapan tersebut, tentu
saja Yu Ning menyangkal, bis jadi Dian masuk angin, dan Yu Ning pun memberi
nasehat jangan mudah menyimpulkan dhanya dari penglihatan tanpa sebuah bukti. Ohya
diperjalanan tilik ini Yu Ning sering membela Dian, salah satunya adalah karena
Dian saudara jauhnya.
Oleh
karenanya mendengar Dian dituduh sebagai wanita yang tidak baik dengan obrolan
ngalor ngidul, Yu Ning mengatakan bahwa ibu-ibu ini seperti wartawan saja. Karena
seperti orang yang meliput berita, menganalisa, menggandengkan fakta dan
akhirnya menyimpulkan dan merilis berita.
Dalam
film pendek ini juga dibubuhi satu scene menarik.
yaitu adegan kepingin pipisnya bu Tejo. Ini adalah momen yang dimana menjadi pemutus sementara rerasan para
ibu ini. dan otomatis bu Tejo yang menjadi “pembicara
utama” pun juga sudah tidak konsentrasi dengan yang dibicarakan. Mimik wajahnya
pun kelihatan sekali berubah dari bersemangat menjadi cemas. Ditengah berhentinya
truk yang membawa ibu-ibu yang mau tilik ini, ada diskusi pendek Yu Ning dengan
sang supir dan setelah itu bu Tejo pun juga ikutan nimbrung dengan memberi
sebuah sesuatu dari pak Tejo.
Sesuatu
itu adalah uang. Sempat Yu Ning mengatakan bahwa ini sogokan karena pak Tejo
mau mencalonkan diri sebagai Lurah berikutnya, otomatis bu Tejo menyangkal. Dan
inipun semakin menambah keyakinan Yun Ning setelah truk tiba-tiba tidak bisa
jalan. Dan pada akhirnya ibu-ibu ini pun mendorong truk yang mereka tumbangi
kecuali bu Tejo dan bu Tri.
Karena
mereka berdua tidak ikut mendorong, akhirnya ketika mereka naik jadi
bulan-bulanan alias penumpahan kekesalan para ibu. Teriutama Yu Ning. Adegan pun berlanjut pada perdebatan sengit antara
Yu Ning dan bu Tejo hingga mereka di tilang oleh polisi. Scene ini menampakkan
wajah bu Tejo didampingi Yu Ning yang sedang “nyerocos” pada pak polisi, untuk membela diri (mereka). Dan foto
mereka berdua yang kelihatan kepalanya dari balik dinding truk sempat
membanjiri media sosial.
Perjalananpun
dilanjutkan, adan akhirnya mereka sampai di Rumah Sakit dimana bu Lurah
dirawat. Dan diparkiran truk Dian dan Fikri mengatakan bahwa Bu lurah sedang
tidak bisa di jenguk karena masih berada di ICU. Namun Fikri meminta Ibu-ibu
tidak usah cemas karena dokter mengatakan Bu Lurah baik-baik saja.
Akhirnya
Yu Ning, yang merasa bersalah karena sudah terlalu khawatir dan mengajak Ibu
untuk menjenguk Bu Lurah mendapat umpatan kekecewaan dar ibu-ibu, nah disinilah
adegan menarik berikutnya yaitu bu Tejo yang tampil dengan kata “Solutipnya”
Pada
akhir cerita, terus terang penulis dibuat kaget dan sempat mengulang-ngulang scene terakhir ini. ketika Dian menemuai
seorang lelaki tua di dalam mobil. Siapa laki-laki itu ? ternyata menjawab
penasaran penulis dan juga anda sekalian, serta rerasan para ibu tadi. Dan glek
lho kok?! Antara percaya dan tidak percaya, lelaki tua itu adalah pak Lurah. Walah-walah.
FILM CREAM
Ketika
pertama mendapat judul dan link dari komunitas komunitas ODOP. Penulis mengira
bahwa “Cream” ini punya arti lain
selain cream yang kita kenal, sebagai benda yang untuk perawatan kulit. Apalagi
pastinya bukan ice cream pula, eh ternyata cream
ini memang yang dimaksud adalah cream perawatan. Namun d film ini cream melebar
ke perawatan tidak hanya kulit, tapi juga yang lainnya.
Dikisahkan
bahwa terdapat seorang ilmuwan yang
berhasil menemukan Cream di mana
Cream tersebut ditunjukkan mampu menyembuhkan jerawat, hidung, dan tangan. Dan dalam
pertunjukkan cream dianggap mempunyai peran lebih dari sekedar yang kita
ketahui pada umumnya. Ilmuwan tersebut mengatakan bahwa hal itu dikarenakan
Cream meregenerasi sel badan dengan cara menyerap informasi dari dalam otak
bagaimana organ-organ tubuh tersebut seharusnya berbentuk, dan mereparasinya
seperti semula sebeluk rusak dan bagaimana seharusnya manusia normal.
Dalam
pertunjukkan selanjutnya, Ilmuwan tersebut mengatakan bahwa Cream tersebut bisa memberikan manfaat lebih
dari itu, yaitu Cream tersebut mampu
menyembuhkan orang sakit, menghidupkan orang mati, dan memperbaiki alam yang
rusak dan gersang, bahkan juga alam yang rusak karena limbah beracun yang
manusia buat. Setelah itupun banyak masyarakat yang merasa terbantu atas adanya
Cream tersebut.
Setelah
itu ternyata Ilmuwan memberikan surprise lagi yaitu adanya penemuan Cream baru
yang dinamakan “New Cream”. Bagaimana
reaksi dari hasil cream baru ini. ternyata lebih dahsyat, tidak hanya menyembuhkan
manusia, menghidupan dll tapi lebih dari itu adanya kemampuan cream ini dalam
duplikasi beberapa hal. Termasuk dirinya sendiri, dan diantaranya adalah
tentang duplikasi sumber daya yang tidak terbatas. Dan hal itupun disambut baik
oleh masyarakat, dimana masyarakat benar-benar mampu menyelesaikan semua
masalahnya dengan Cream tersebut. Termasuk rasa bosan, sedih dan ketidak happy an. Pokoknya top markotop lah
cream ini.
Ternyata
trespon positif masyarakat ini tidak untuk para pengusaha. Mereka yang
cendernung nyinyir mencari cara bagaimana ilmuwan ini harus mengakhiri puncak
kariernya dalam dunia per cream an. Dan
akhirnya media yang berpihak pada entah siapa, memberitakan hal buruk tentang Cream tersebut. Isunya, Cream tersebut dapat membuat seseorang
mengidap tiga jenis HIV berbeda sekaligus, dan Ilmuwan pencipta Cream ini adalah seorang pedopil, dan
juga dikatakan bahwa Cream tersebut dibuat dari bahan baku mayat bayi yang
sudah Ilmuwan tersebut bunuh. Dan endingnya cream ini ditaraki dari peredaran,
dan kerusuhan terjadi dimana-mana. Ilmuwn ditangka[p dan tidak boleh melakukan
penelitian aneh lagi seumur hidupnya.
Pesan Moral
dari kedua film ini
Ternyata
Dalam kedua film ini menunjukan adanya kesamaan pesan moral yang menurut
penulis secara semangat sama, yakni keharusan untuk mencari fakta terlebih
dahulu untuk menilai sesuatu. Dan baik
cream maupun tilik syarat dengan pembelengguan fakta. Karena fakta tidak
diutamakan akhirnya “pendapat” liar.
.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar