BERHELM
JILBAB
Naik
sepeda motor tentu tak lengkap tanpa memakai helm. Dan buat saya pakai helm
selain untuk keselamatan adalah untuk menjaga posisi jilbab agar tetap rapi. Saat
kami keluar bareng bersama suami dan anak-anak maka adalah hal yang biasa suami memakaikan helm karena saya harus
gendong para krucils (red. anak-anak). Pada suatu hari suami mengantar saya dan
anak-anak kerumah salah satu teman untuk rapat program pekanan, nah seperti
biasa pula beliau menyiapkan helm untuk dipakaikan ke kepala saya. Setelah sampai
ditujuan maka seperti biasa pula saya bawa helmnya dan saya taruh tak jauh dari
saya duduk atau saya taruh di kursi rumah teman tempat acara rapat. Rapatpun
dimulai dengan serunya karena selain ramenya acara rapat kami juga umek ( red
sibuk) dengan anak-anak kami masing-masing maklum karena rata-rata dari kami
masih usia produktif makanya membawa anak-anak adalah hal yang mesti kami
lakukan.
Setelah
hampir 3 jam rapatpun usai seperti biasa suami selalu ontime dalam masalah
penjemputan. Kata seorang teman di rapat” kalo pak Dani datang berarti rapat
sudah harus diakhiri karena selalu ontime”. Seperti biasa pula suami sms sudah
didepan( depan rumah teman saya). Nah biasanya kalo sudah di sms gitu alhasil
saya pun harus segera menyiapkan anak-anak agar siap di ajak pulang, ya tas nya
jilbab nya dan barang bawaannya kadang buku atau mainan lainnya. Begitu juga
dengan bawaan sendiri. Terbayang ribetnya kalo mereka masih mau main atau
barang-barangnya ada disana sini. Nah biasanya kalo lama ndak muncul dari pintu
pasti suami sms lagi.
Setelah
saya pastikan semua siap dan saya menggendong salah satunya maka kamipun
berpamitan pulang. Karena hari itu teman-teman pada ribet dengan persiapan
pulang mereka masing-masing maka tak ada yang mengingatkan barang bawaan saya.
Setelah itu sayapun lanjut menaiki sepeda yang sudah siap tancap gas. Sepedapun
melaju tak terlalu cepat, rasanya saya merasakan kesejukan luar biasa ditambah
enteng pula kepala saya. Setelah sampai diperempatan besar dan lampu merah saya
coba iseng lihat di spion.” Oh No......abiii mana helmku? Teriakku.” Lho dari
tadi ndak pakai helm?” tanya nya. “Kukira sudah pakai helm bi ternyata helmnya
helm jilbab aja”. Lampu merah pun berganti hijau otomatis suami harus
konsentrasi nyetir lagi karena sudah banyak yang antri melaju di belakang kami.
“Hem...bi kalo ketemu polisi gimana? Boleh ga bilang sudah berhelm pak helm
jilbab.” Hem rasanya ga mungkin berani jawab itu.” Jawabku enteng. Mau balik
tidak mungkin karena hari sudah malam. Al hasil sayapun tak berhelm sampai
dirumah padahal hal ini sepanjang ingat sangat tidak mungkin saya lakukan.
disampaikan di majalah ummi